Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Maria Lirik

Mark of the Hunt

Am I going insane? The thought slithers into my mind the moment I wake up, cold and disoriented, in a place that feels more like a nightmare than reality. My head is empty, my memories wiped clean, leaving behind only a suffocating void where my identity should be. The walls around me are smeared with something dark—blood, maybe. Symbols, jagged and unfamiliar, carve into the surfaces as if someone tried to leave a message… or a warning. But none of it makes sense. Nothing here makes sense.  I try to grasp at something—anything—but the harder I reach, the faster it slips through my fingers, like smoke dissolving in the air. My pulse pounds as I force myself to move, each step foreign, like I’m controlling a body that doesn’t belong to me. A name. A purpose. Something to tell me who I am. But there’s nothing. Only fragments, pieces that refuse to fit together. Then the games begin. Survival. That’s all it’s supposed to be. Do what you’re told, follow the rules, and maybe—just maybe—you’ll make it out alive. But I learn quickly that this isn’t just about survival. It’s about control. It’s about twisting reality until I don’t know what’s real and what’s a lie. The other players are just as lost, just as desperate, but I can see it— But they aren’t like me. Some of them know more than they’re letting on. Some of them… aren’t afraid. The more I search for answers, the more the world unravels. Reality bends. Faces blur. Voices whisper from places they shouldn’t. Every time I think I’m close to the truth, it twists away from me, leaving me drowning in questions I can’t answer. The line between what’s real and what’s in my head has thinned to nothing, and I don’t know if I can trust my own mind anymore. Who am I? Maybe it’s better that I don’t know. Maybe knowing would break me beyond repair. Or maybe… maybe I was never meant to leave this place at all. I used to think I was just confused, just lost in the chaos. But now? I was definitely insane.
Emma_Maria_4394 · 5.7K Views

PERJALANAN ANAK DESA

Hutan Sancang, tempat yang dikenal sebagai tanah sakral bagi para pendekar, diselimuti kabut tipis saat fajar menyingsing. Di antara pepohonan raksasa dan akar-akar yang menjalar, seorang bocah lelaki berdiri tegap, tubuhnya kecil namun penuh tenaga, matanya tajam menatap seekor kijang yang tengah minum di tepi sungai. (Cicit burung terdengar bersahutan, air sungai mengalir dengan gemericik lembut…) Namanya Wira, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil hidup di alam liar. Tubuhnya berbalut kain sederhana yang sudah usang, tetapi matanya penuh dengan semangat tak terkalahkan. Hari ini, ia harus berburu untuk bertahan hidup. Dengan nafas teratur, ia melangkah perlahan mendekati kijang itu. Namun tiba-tiba… (Dentuman keras! Seperti petir yang menyambar…) Dari dalam semak-semak, seekor harimau kumbang meloncat menerjang kijang itu dengan cakarnya yang tajam. Wira terperanjat, tapi bukan karena takut—melainkan karena kagum. Harimau itu melirik sekilas ke arahnya, seolah memberi peringatan untuk tidak mendekat. Namun, Wira tidak mundur. “Kau hebat,” gumamnya pelan. (Hening. Angin berbisik lembut di antara dedaunan…) Tanpa diduga, langkah kakinya justru membawanya lebih dekat. Harimau itu menatapnya tajam, tetapi bukan dengan amarah—melainkan dengan ketenangan yang menggetarkan jiwa. Saat itu, terdengar suara langkah kaki berat mendekat dari balik pepohonan. (Suara ranting patah, gemuruh langkah mendekat…) Sosok berjubah hitam dengan sorot mata tajam muncul dari balik rimbunan hutan. Wira menatapnya tanpa gentar. Ia tahu siapa pria itu—Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran, seorang raja sakti mandraguna yang konon memiliki ikatan batin dengan harimau putih. “Anak kecil, mengapa kau tidak lari?” suara Prabu Siliwangi bergema seperti petir di langit yang tenang. Wira menatapnya langsung. “Aku tidak takut.” (Guruh menggelegar di kejauhan…) Sang Prabu tersenyum tipis. Ia melihat ke dalam diri bocah itu—bukan sekadar keberanian, melainkan juga ketulusan yang langka. “Kau tidak takut mati?” “Aku hanya takut jika hidupku tidak berarti,” jawab Wira mantap. (Desir angin berhembus lebih kencang, dedaunan berjatuhan…) Mata Prabu Siliwangi berbinar. Di usianya yang telah matang, ia jarang menemukan seseorang seperti Wira—seorang anak yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki jiwa yang bersih. “Aku akan mengajarimu ilmu sejati,” ujar sang Prabu. Wira mengernyit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Mengajarku?” Prabu Siliwangi mengangguk. “Kejujuran dan keberanianmu lebih kuat daripada pedang mana pun. Kau layak menjadi muridku.”
popyy_5435 · 365 Views
Related Topics
More