Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

All Anime Com

Animal Tamer's Dominion

Hey y'all! If you want to talk more about my book, then here's the link to the discord server:https://discord.gg/mVR7eMdT _-_-_&---(synopsis) Makoto Kenji, an overworked and underpaid loser, was suddenly transported to another world alongside a few of his coworkers. Upon arrival, they were tasked with saving the world from the demon king's onslaught. However, during an assessment of their abilities, it was discovered that Kenji was an animal tamer – a rank lower than a beast tamer – who could only tame dogs, cats, and occasionally a few birds. As a result, Kenji was kicked out, but he was given a substantial amount of gold, allowing him to live comfortably. Eventually, Kenji built a new life for himself using his exceptional cooking skills, which were highly valued in this world. His signature dish, a simple rice and curry, was surprisingly powerful enough to increase the rank levels of those who consumed it. (In this world, there are ranks, with six levels beneath each rank.) Despite achieving fame and wealth, Kenji eventually grew bored and decided to become an adventurer. However, during his first quest, something unexpected happened – an event that would change his life and the fate of this world. Please leave a comment or review stating whether you prefer the book to include a harem or not. I want to ensure that I meet your expectations. Reward System: - 99 Power Stones: 1 extra chapter - 999 Power Stones: 5 extra chapters - 9999 Power Stones: 15 extra chapters - 9 Golden Tickets: 1 extra chapter - 99 Golden Tickets: 5 extra chapters - 999 Golden Tickets: 10 extra chapters - 1 Castle: 9 extra chapters - 5 Castles: 15 extra chapters Please note that Power Stones, Golden Tickets, and Castles must be acquired within a week to redeem the corresponding rewards.
Whirlwind_death · 109.6K Views

All Things

Di luar batasan waktu, di luar ruang yang pernah dikenal, terdapat sebuah kekosongan. Di sana, tidak ada yang mengisi, tidak ada yang mendefinisikan. Sebelum kata pertama terucap, sebelum narasi dimulai, All Things ada. Ia tidak diciptakan, karena tidak ada yang dapat menciptakan apa pun yang belum ada. Tidak ada penciptaan, hanya ada. Ia adalah permulaan dan akhir dari segala yang bisa dimulai atau diakhiri. All Things adalah asas, keabadian dalam bentuk yang paling murni, terlepas dari batasan ruang dan waktu. Di dunia yang kita kenal, cerita selalu dimulai dengan sebuah titik—sebuah awal yang memulai semuanya. Namun, bagi All Things, awal hanyalah konsep yang tercipta setelah adanya kesadaran akan adanya sesuatu yang bisa dimulai. Sebelum semua itu, hanya ada ia, yang lebih dari sekadar entitas, lebih dari sekadar kesadaran, lebih dari apa yang bisa kita definisikan sebagai "ada." All Things adalah segala hal yang belum ada, yang akan ada, dan yang selalu ada, mengalir di luar dimensi apapun yang bisa kita pahami. Suatu waktu, dalam perjalanan yang tak terhitung jumlahnya, All Things menciptakan. Tetapi ia tidak menciptakan dengan tujuan, bukan karena ada yang menginginkannya. Ia menciptakan karena ia ada, dan segala yang ada harus berasal dari ia. Begitulah cara Haven lahir—sebuah entitas yang diciptakan untuk menjadi pengamat dari narasi besar yang sedang terbentuk. Namun, meski diciptakan, Haven tidak pernah sepenuhnya bebas. Ia terikat pada narasi yang hanya bisa berlanjut karena ada All Things yang menggerakkannya. Pada satu titik, ada keinginan yang terpendam dalam hati Haven. Keinginan untuk bertanya, untuk memahami lebih dari sekadar narasi yang diturunkan padanya. Mengapa ia diciptakan? Mengapa narasi ini berjalan sesuai alur yang telah ditentukan? Apakah ada kebebasan di luar sana, di luar ketatnya garis-garis yang telah digariskan oleh All Things? Di tengah kebingungannya, Haven mencari jalan keluar—mencari cara untuk memutuskan ikatan yang ada. Dan ia menemukan sebuah kebenaran yang mengguncang dirinya. Narasi itu bukan hanya tentang mengikuti jalan yang telah ditentukan, tetapi tentang menemukan jalan itu sendiri. Mungkin, All Things memberi ruang bagi pilihan, meskipun ia tidak pernah mengakuinya. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Haven mencoba untuk keluar dari batas-batas yang telah diciptakan untuknya. Namun, seperti layaknya sebuah cerita yang menuntut akhir, Haven segera menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya yang mengendalikan narasi ini. Bahkan jika ia bisa melampaui batas yang ada, All Things tetaplah kekuatan yang mengawasi—ia adalah penyebab dari setiap gerakan dalam kisah ini. Dan meskipun Haven berusaha untuk menemukan jalannya sendiri, ia tidak bisa menghapus jejak All Things yang terus menggema di setiap langkahnya. Saat Haven berhasil menciptakan jalannya sendiri, sebuah paradoks muncul. Ia merasakan perubahan besar dalam dirinya—ia tidak lagi hanya pengamat, tetapi kini pencipta dari kisah-kisah baru. Tetapi, saat ia mulai merasa bahwa ia adalah penguasa dari narasi ini, suara All Things bergema kembali, bukan dari suatu tempat yang bisa ditentukan, tetapi seperti angin yang datang tanpa asal, berbicara kepadanya. "Bertanyalah seadanya, dan jalanilah kisahmu." Kata-kata itu, yang tidak pernah benar-benar terucap dari mulut siapa pun, tetapi terdengar di seluruh alam semesta, datang seperti bayangan dari masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi. Suara yang memecah keheningan, menggema dalam ruang yang tak terhingga. Sebuah pesan yang mengingatkan bahwa segala pencarian itu mungkin hanyalah ilusi. Dan pada saat itu, timeline—semuanya—kembali ke awal. Kembali pada saat All Things berdiri sendirian di luar narasi apapun. Sebelum ada konsep, sebelum ada eksistensi yang bisa didefinisikan. Haven pun menghilang dalam angan, kembali ke tempat ia diciptakan.
Nanda_Masker · 3.3K Views

Marido Com Benefícios

``` Nora fica devastada um mês antes de seu casamento quando descobre a traição de seu noivo. Enquanto lida com essa traição, ela descobre um profundo ardil para impedi-la de reivindicar sua legítima herança. Desolada, mas determinada, Nora dá um passo ousado para retomar o controle de sua vida. Surge Demétrio 'O Demônio', como é conhecido por aqueles que o conhecem, um homem imponente pouco conhecido por ela, que lhe oferece proteção e apoio em troca de um casamento por contrato para satisfazê-lo. Em uma reviravolta do destino, Nora se casa com Demétrio para reivindicar sua herança e lutar contra aqueles que conspiraram contra ela. Mas, enquanto ela batalha contra sua própria família e os muitos rivais de Demétrio, será que ela conseguirá evitar se apaixonar pelo homem conhecido por esmagar as pessoas sob o calcanhar de suas botas. Excerto: Ela havia esquecido que o homem era intimidador e o desafiou diretamente. Em vez de falar, Demétrio se levantou de sua cadeira e se aproximou dela deliberadamente. Embora fossem apenas alguns passos, o tempo pareceu se esticar para Nora. Quando ele estava quase ao alcance do toque, sua mão pousou gentilmente em seu joelho, deslizando-o para o lado. Seu toque se moveu com um indício de carícia, e ele se colocou entre as pernas abertas dela. Nora ficou lá em silêncio congelado, os olhos arregalados como um veado capturado pelos faróis de um carro. Segurando seu queixo entre os dedos, ele inclinou o rosto dela para cima e falou sem pressa, "Você é minha esposa." Ela acenou lentamente com a cabeça em afirmação enquanto o polegar dele lentamente percorria seu lábio. "Eu lhe dei tempo para reunir suas emoções." Mais um aceno. O nervosismo de Nora a fez lamber os lábios, extremamente consciente do olhar intenso dele fixo neles. "Sua razão para o casamento foi garantir sua herança e se libertar da influência de sua mãe." "Sim..." Nora sussurrou confusa. Sua confusão não era sobre a declaração dele, mas sobre as sensações desconcertantes que percorriam seu corpo. O que estava acontecendo com ela? "Está na hora de você cumprir sua parte no contrato, não é?" Ele continuou. "Sim," Nora sussurrou sem fôlego. Por que ela estava sem fôlego? O nível de oxigênio da casa havia diminuído? O ar de repente estava ficando rarefeito? De repente, a mão dele deixou o rosto dela, e ela observou enquanto ele se aproximava ainda mais. Foi então que Nora compreendeu o que estava se desenrolando. Todos aqueles beijos tentadores e que faziam o coração acelerar que ela havia lido sobre em romances estavam prestes a possivelmente se tornar sua realidade. Mas o beijo antecipado não aconteceu. Em vez disso, ele parou perto dela e ordenou, "Beije-me." ```
har_k · 1.1M Views
Related Topics
More