Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Taruna Merah Akmil

Kronik Abisal

Di bagian utara dunia, pertempuran panjang antara berbagai ras dan ras setan akhirnya mencapai akhirnya. Tuhan Iblis, sosok dengan rambut hitam, mata merah, berkuasa dari istananya yang terbuat dari obsidian, setelah berulang kali mengalahkan Dewi, makhluk terkuat di dunia. Namun, dia menahan diri untuk tidak membunuhnya, mengetahui bahwa Dewi hanya akan bereinkarnasi untuk memimpin serangan lain. Saat dewi berlutut di hadapannya, terluka parah dan tak berdaya, suara ledakan bergema di luar, menandakan kemenangan Aliansi yang sudah dekat. Meski memiliki kekuatan yang luar biasa, Tuhan Iblis mengakui kelemahan ras setan secara keseluruhan dibandingkan dengan manusia dan Aliansi. Pengembangan energi pertarungan dan mana telah memungkinkan manusia biasa untuk melawan setan, yang mengakibatkan kekalahan tentara setan. Sadar akan niat Aliansi untuk memperbudak setan Abyssal, Tuhan Iblis memutuskan untuk melemparkan mantra terlarang yang akan menghabiskan nyawanya. Saat pasukan Aliansi menyerbu istana, mereka ragu-ragu ketika merasakan energi mantra. Tuhan Iblis bersumpah untuk melawan dan bereinkarnasi untuk menyelamatkan kaumnya. Sementara itu, Dewi merenungkan perlakuan Tuhan Iblis terhadap dirinya di masa lalu dan mengakui rasa hormat dan dedikasinya kepada kaumnya. Saat Tuhan Iblis bersiap untuk melemparkan mantra tersebut, Dewi bertanya apakah dia bisa meninggalkan rencananya dan hidup bebas. Namun, Tuhan Iblis terikat tugas untuk mengembalikan kemuliaan ras setan dan melindungi kaumnya. Memahami ketetapan hati Tuhan Iblis, Dewi menyiapkan pedangnya, dengan niat untuk bertabrakan dengan mantra terlarang Tuhan Iblis. Ledakan yang dihasilkan menciptakan awan jamur, menandai akhir dari konflik dan awal dari era baru. Tuhan Iblis dan Dewi menjadi tokoh sejarah, kisah mereka kadang-kadang diceritakan.
Hail_The_loli · 19.7K Views

ZERO ONE: ONE HOPE

Fantasi | Petualangan | Komedi | Aksi | Coming-of-Age | Supernatural | Shounen | Misteri | Slice of Life Di tempat di mana rumah bisa berbentuk jamur raksasa, roti bisa meledak di lidah, dan kekuatan bisa diwarisi lewat darah dan mimpi—lahirlah seorang pemuda dengan rambut merah menyala dan semangat yang lebih panas dari apinya sendiri. Hariel Achilla, si bocah api dari Inspiriaville, adalah kekacauan berjalan yang bermimpi besar: menaklukkan langit dan menemukan ZERO ONE, harta karun legendaris yang dipercaya mampu mengabulkan keinginan terdalam siapa pun yang menemukannya. Namun, jalan menuju langit bukan sekadar lintasan awan. Ia harus melewati ujian demi ujian, dimulai dari Hutan Onivira, tempat legenda dan bahaya hidup berdampingan. Di sana, Hariel menghadapi monster raksasa, teka-teki masa lalu, dan pertanyaan besar: apa makna kekuatan sejati? Berbekal kekuatan misterius bernama ZEVA, tawa yang tak pernah padam, dan dukungan dari desa penuh keajaiban, Hariel memulai petualangan yang bukan hanya akan mengubah dirinya—tapi juga mungkin mengguncang dunia. ZERO ONE: ONE HOPE adalah kisah tentang api yang tak bisa padam, mimpi yang terlalu besar untuk ditertawakan, dan tekad seorang bocah untuk menjadikan legenda sebagai takdirnya. Teruntuk kalian yang tumbuh dengan semangat shounen, mencintai dunia penuh warna seperti One Piece, dan mendambakan kisah petualangan yang membakar semangat — cerita ini ditulis untuk kalian. Selamat datang di perjalanan menuju langit.
FIN_0519 · 2.9K Views

Asralux Pahlawan Dari Kegelapan

Asralux: Pahlawan dari Kegelapan Episode 1 – "Yang Dibuang" By Bagas D --- Langit mendung menggantung muram di atas Akademi Pahlawan Arkhaya, tempat para calon penyelamat bangsa digembleng dan dilahirkan. Hari ini adalah hari kelulusan. Hari penuh sorak-sorai. Tapi tidak baginya. Di tengah lapangan besar yang dikelilingi pilar-pilar emas, Ardan berdiri dengan kepala menunduk, tubuhnya penuh luka, pakaiannya compang-camping, dan kedua tangannya gemetar memegang selembar kertas lusuh. Sementara teman-teman seangkatannya berdiri dengan penuh kebanggaan, mengenakan jubah pahlawan dan menerima simbol kehormatan, Ardan hanya berdiri sendiri—dalam diam dan kehinaan. > “ARDAN.” Suara keras sang Kepala Dewan menggema dari podium. Semua perhatian langsung tertuju padanya. > “Nilaimu... adalah yang TERENDAH dalam sejarah akademi kami.” “Tidak hanya gagal. Kau memalukan.” Riuh rendah tawa dan bisikan menyakitkan menyeruak. > “Dia tuh? Yang dulu katanya latihan tiap malam? Hah!” “Mana sekarang tekadmu itu, Ardan?” Ardan hanya diam. Tapi dalam dadanya, ada yang terbakar. Luka demi luka yang tak terlihat di tubuhnya, tapi mengoyak jauh lebih dalam: harga diri. Lonceng besar berbunyi. Sebuah kristal kehormatan dilemparkan ke arah kakinya. Retak. Pecah seperti mimpi-mimpinya. > “Mulai hari ini, namamu dihapus dari catatan kami. Kau bukan lagi calon pahlawan. Kau… dibuang.” --- Senyap. Bahkan angin pun seolah menolak menyentuhnya. Ardan memungut kristal yang retak itu. Darah menetes dari telapak tangannya yang terluka. Tak ada tepuk tangan. Tak ada air mata. Tak ada siapa pun yang berdiri untuknya. > “Apa artinya jadi kuat… jika tak ada yang melihat?” “Apa gunanya semua latihan malam, semua luka, semua keyakinan… kalau ujungnya aku tetap dianggap gagal?” Ia melangkah pergi melewati gerbang Akademi. Setiap langkahnya seperti membelah dunia. Orang-orang menatapnya dengan jijik. Seorang anak kecil melempar batu kecil ke arah kakinya. Ibunya langsung menarik si anak menjauh. > “Jangan dekat-dekat! Dia buangan!” “Katanya dia gagal jadi pahlawan, bahkan tak bisa angkat pedang dengan benar!” Ardan berjalan terus. Tak ada tempat untuknya di balik dinding emas Akademi. Tak ada tempat untuk orang seperti dia—orang dengan tekad tapi tanpa nama. --- Di kejauhan, seorang perempuan berkerudung hitam berdiri di atas menara. Matanya bersinar redup. Ia memperhatikan langkah Ardan dengan seksama. > “Akhirnya… matahari telah jatuh ke bayang-bayang.” “Dan dari kegelapan… lahirlah cahaya baru.” --- Senja tiba. Ardan duduk di atas tebing, melihat ke arah kota Arkhaya yang indah dari kejauhan. Langit berubah merah, seperti simbol perang batin dalam dirinya. Tangannya masih berdarah memegang pecahan kristal. Tapi dia tak melepaskannya. Karena itulah satu-satunya bukti bahwa ia pernah mencoba. Bahwa ia belum selesai. > “Jika dunia tak menginginkanku… aku tak akan memohon diterima.” “Aku tak perlu jadi cahaya mereka… Aku akan jadi cahaya dalam kegelapan.” “Dan saat mereka memohon pertolongan… biarlah bayangan yang menjawab.” --- [TO BE CONTINUED]
Bagas_Dwi_0738 · 360 Views

[BL] Thriller Trainee

Author: Wang Ya Genre: Unlimited Flow, Horror, Supernatural Pesulap Zong Jiu yang sudah tidak bernyawa bertransmigrasi ke dalam novel horor dengan alur cerita yang tak terbatas tentang pertunjukan bertahan hidup, menggantikan umpan meriam yang meninggal secara tragis di babak evaluasi pertama. Pertunjukan ini sangat menarik. Dari puluhan ribu orang, hanya seratus orang yang dapat bertahan hidup, dan posisi c (pesaing terkuat) bahkan dapat memperoleh tiket keinginan universal. Kalau orang lain, mereka mungkin akan ketakutan setengah mati. Tak seorang pun menyangka bahwa Zong Jiu tidak hanya tak kenal takut, tetapi juga menimbulkan kehebohan yang sensasional, tanpa malu-malu memamerkan triknya sepanjang jalan. Setelah tipu muslihatnya berhenti, dan hidupnya dapat dianggap aman dan tenteram, ia berakhir dalam persaingan dengan penjahat besar dalam novel tersebut. Hari ini kau berusaha menyerangku, besok aku akan menyerangmu lagi, bolak-balik, itu cukup menyenangkan, heh. Alhasil, meski hanya main-main, suatu kali mereka terbawa suasana dan benar-benar berakhir tidur bersama. Melihat musuh bebuyutan yang menekannya ke tanah, Zong Jiu dengan malas mengangkat pandangannya. "Jika kau ingin membunuhku, bunuh saja aku, jangan bicara omong kosong." Bahkan saat dalam posisi yang kurang menguntungkan, dia tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut, dan malah terus memprovokasinya. Orang itu menggunakan jarinya yang sedingin es untuk menelusuri telinganya, dan gerakan menuju aorta tiba-tiba terhenti. “Sayang sekali. Aku sudah berubah pikiran.” — Dulu dia sangat ingin membunuh Zong Jiu secara pribadi. Setiap hari, dia selalu menyesal karena tidak mencungkil dagingnya, mematahkan lehernya sendiri. Namun setelah orang ini jatuh ke tangannya, keinginan lain yang lebih mendesak tumbuh seperti rumput liar. Dibandingkan menang atau kalah, ia lebih suka melihatnya menangis dan terengah-engah, dengan mata merah, memohon belas kasihan.
Elhafasya · 147.8K Views

ARUNIKA: Kanvas di Balik Samudra

Di atas kanvas langit yang tak pernah sepenuhnya biru, terbentang kisah seorang taruna—Noaniel Aquino Navis Naviarta—yang melangkah dalam diam, menyimpan badai di dada dan samudra di tatapannya. Ia bukan pahlawan yang menghunus pedang di tengah sorak, melainkan penjaga sunyi yang menundukkan waktu dengan keteguhan langkah dan kesetiaan tanpa suara. “ARUNIKA: Kanvas di Balik Samudra” adalah elegi tentang perjalanan batin seorang pelaut muda yang meniti lorong-lorong kedisiplinan dan kehormatan, sembari memikul beban masa lalu yang tak pernah ia biarkan karam. Ketika satu undangan reuni melayang masuk—dengan nama lama yang terukir lembut: Aneira Aluna Primadisa Vireska—Noaniel dihadapkan pada dermaga kenangan, tempat di mana luka pernah singgah, dan rindu menggantung tanpa alamat. Dengan latar dunia keras taruna, tawa getir di barak, dan malam-malam yang dihiasi doa sunyi, kisah ini mengalun bagaikan simfoni laut: tenang di permukaan, namun dalamnya menenggelamkan. Ia bukan sekadar cerita tentang cinta yang tertunda, melainkan tentang keberanian menyentuh kembali warna pertama yang pernah dilukiskan di kanvas hati—warna yang tidak pernah pudar meski badai kehidupan datang bergulung-gulung. Dalam arus waktu yang tak pernah menunggu, Noaniel menuliskan kisahnya bukan dengan tinta, melainkan dengan langkah. Bukan dengan kata, melainkan dengan keberanian menoleh ke belakang—untuk memahami bahwa kadang, yang kita cari di cakrawala jauh… justru telah lama berdiam di dalam dada.
navierta · 824 Views
Related Topics
More