Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Thunder Lirik

Becoming a true immortal through my descendents' praying

【Your descendants in the Immortal Cultivation World have offered a plate of snacks】 【Incense Fire Value +10】 【Would you like to reward your descendants?】 Yang Genshuo was surprised to discover that offerings in the Immortal Cultivation Family game could actually appear in the modern world, and that modern items could also be bestowed upon descendants in the game. Years later, peculiar rumors about the Yang Family spread throughout the Immortal Cultivation World. "To break through from the Fetal Breathing Stage to the Qi Refinement Realm, one needs to refine a strand of heavenly and earth's spiritual energy. I've heard of Red Flame True Qi, Xuan Water True Qi, and Green Wood Spirit Energy, but Yang Dao-friend, this... Liquefied Natural Gas, what kind of spiritual energy is it? How is it condensed?" "I've heard that the Yang Family's Spiritual Plant Technique is incredibly sophisticated, with each mu of Spirit Rice yielding twice as much as top-tier Spirit Plant Families, all thanks to a strange secret technique the family disciples cultivate called 'hybridization'." "The Yang Family’s art of elixirs is unrivaled in the world, with new elixirs constantly being created. It is rumored that a spirit of the elixir named 'Artificial Intelligence' tirelessly deduces elixir recipes day and night..." "Nowadays, the Thunder Cultivators of the Yang Family are exceptionally strong, all thanks to the Yang Family's effort in creating a top-tier Thunder Gathering Array. Thunder Cultivators who enter this array can increase their cultivation speed multiple times. It is said that the array eye is known as—the power station." As the Yang Immortal Cultivation Family grew stronger, Yang Genshuo actually became the only Immortal in the modern world by consuming offerings! Years later, facing an endless stream of people ascending the mountain to seek the Dao, Yang Genshuo calmly said, "There are no immortals in this world; you must believe in science!" Then he soared away on his flying sword.
Winning is exhausting · 606.4K Views

PERJALANAN ANAK DESA

Hutan Sancang, tempat yang dikenal sebagai tanah sakral bagi para pendekar, diselimuti kabut tipis saat fajar menyingsing. Di antara pepohonan raksasa dan akar-akar yang menjalar, seorang bocah lelaki berdiri tegap, tubuhnya kecil namun penuh tenaga, matanya tajam menatap seekor kijang yang tengah minum di tepi sungai. (Cicit burung terdengar bersahutan, air sungai mengalir dengan gemericik lembut…) Namanya Wira, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil hidup di alam liar. Tubuhnya berbalut kain sederhana yang sudah usang, tetapi matanya penuh dengan semangat tak terkalahkan. Hari ini, ia harus berburu untuk bertahan hidup. Dengan nafas teratur, ia melangkah perlahan mendekati kijang itu. Namun tiba-tiba… (Dentuman keras! Seperti petir yang menyambar…) Dari dalam semak-semak, seekor harimau kumbang meloncat menerjang kijang itu dengan cakarnya yang tajam. Wira terperanjat, tapi bukan karena takut—melainkan karena kagum. Harimau itu melirik sekilas ke arahnya, seolah memberi peringatan untuk tidak mendekat. Namun, Wira tidak mundur. “Kau hebat,” gumamnya pelan. (Hening. Angin berbisik lembut di antara dedaunan…) Tanpa diduga, langkah kakinya justru membawanya lebih dekat. Harimau itu menatapnya tajam, tetapi bukan dengan amarah—melainkan dengan ketenangan yang menggetarkan jiwa. Saat itu, terdengar suara langkah kaki berat mendekat dari balik pepohonan. (Suara ranting patah, gemuruh langkah mendekat…) Sosok berjubah hitam dengan sorot mata tajam muncul dari balik rimbunan hutan. Wira menatapnya tanpa gentar. Ia tahu siapa pria itu—Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran, seorang raja sakti mandraguna yang konon memiliki ikatan batin dengan harimau putih. “Anak kecil, mengapa kau tidak lari?” suara Prabu Siliwangi bergema seperti petir di langit yang tenang. Wira menatapnya langsung. “Aku tidak takut.” (Guruh menggelegar di kejauhan…) Sang Prabu tersenyum tipis. Ia melihat ke dalam diri bocah itu—bukan sekadar keberanian, melainkan juga ketulusan yang langka. “Kau tidak takut mati?” “Aku hanya takut jika hidupku tidak berarti,” jawab Wira mantap. (Desir angin berhembus lebih kencang, dedaunan berjatuhan…) Mata Prabu Siliwangi berbinar. Di usianya yang telah matang, ia jarang menemukan seseorang seperti Wira—seorang anak yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki jiwa yang bersih. “Aku akan mengajarimu ilmu sejati,” ujar sang Prabu. Wira mengernyit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Mengajarku?” Prabu Siliwangi mengangguk. “Kejujuran dan keberanianmu lebih kuat daripada pedang mana pun. Kau layak menjadi muridku.”
popyy_5435 · 69 Views
Related Topics
More