Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Vision Lirik

Aetheria: Rise Of The Digital Empire

In the year 2099, the world stands on the brink of a technological revolution. Maxwell Harrison Carter, a brilliant yet enigmatic tech prodigy, unveils Aetheria—a boundless virtual world powered by cutting-edge VR technology and neural interface systems. But Aetheria is more than just a game; it’s a new reality, a digital empire where power, wealth, and influence transcend borders. Backed by the mysterious Business Domination System (BDS), Maxwell isn't just playing to win—he’s playing to dominate. With missions guiding his path, rewards fueling his empire, and an unshakable vision driving him forward, he begins building a legacy that blurs the line between reality and the virtual realm. As governments, corporations, and shadowy factions move to seize control of Aetheria, Maxwell must navigate corporate espionage, cyber warfare, and political manipulation. With his loyal team by his side—Adrian, Mia, Isabella, Dr. Lin Mei, and Ethan—he pushes the limits of technology, strategy, and ambition. But power comes with a price, and not everyone wants to see Maxwell succeed. With billions of lives, trillions of dollars, and the future of two worlds hanging in the balance, Maxwell must make ruthless decisions to protect his vision and outmaneuver every rival. The question remains: Can one man truly build an empire that bridges the real and the virtual? Aetheria: Rise of the Digital Empire is an epic tale of ambition, technology, and the relentless pursuit of power in a world where the line between game and reality no longer exists. "This isn't just a game. It's the future. And I will control it." — Maxwell Harrison Carter
Donna_Clifton_2007 · 4.3K Views

PERJALANAN ANAK DESA

Hutan Sancang, tempat yang dikenal sebagai tanah sakral bagi para pendekar, diselimuti kabut tipis saat fajar menyingsing. Di antara pepohonan raksasa dan akar-akar yang menjalar, seorang bocah lelaki berdiri tegap, tubuhnya kecil namun penuh tenaga, matanya tajam menatap seekor kijang yang tengah minum di tepi sungai. (Cicit burung terdengar bersahutan, air sungai mengalir dengan gemericik lembut…) Namanya Wira, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil hidup di alam liar. Tubuhnya berbalut kain sederhana yang sudah usang, tetapi matanya penuh dengan semangat tak terkalahkan. Hari ini, ia harus berburu untuk bertahan hidup. Dengan nafas teratur, ia melangkah perlahan mendekati kijang itu. Namun tiba-tiba… (Dentuman keras! Seperti petir yang menyambar…) Dari dalam semak-semak, seekor harimau kumbang meloncat menerjang kijang itu dengan cakarnya yang tajam. Wira terperanjat, tapi bukan karena takut—melainkan karena kagum. Harimau itu melirik sekilas ke arahnya, seolah memberi peringatan untuk tidak mendekat. Namun, Wira tidak mundur. “Kau hebat,” gumamnya pelan. (Hening. Angin berbisik lembut di antara dedaunan…) Tanpa diduga, langkah kakinya justru membawanya lebih dekat. Harimau itu menatapnya tajam, tetapi bukan dengan amarah—melainkan dengan ketenangan yang menggetarkan jiwa. Saat itu, terdengar suara langkah kaki berat mendekat dari balik pepohonan. (Suara ranting patah, gemuruh langkah mendekat…) Sosok berjubah hitam dengan sorot mata tajam muncul dari balik rimbunan hutan. Wira menatapnya tanpa gentar. Ia tahu siapa pria itu—Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran, seorang raja sakti mandraguna yang konon memiliki ikatan batin dengan harimau putih. “Anak kecil, mengapa kau tidak lari?” suara Prabu Siliwangi bergema seperti petir di langit yang tenang. Wira menatapnya langsung. “Aku tidak takut.” (Guruh menggelegar di kejauhan…) Sang Prabu tersenyum tipis. Ia melihat ke dalam diri bocah itu—bukan sekadar keberanian, melainkan juga ketulusan yang langka. “Kau tidak takut mati?” “Aku hanya takut jika hidupku tidak berarti,” jawab Wira mantap. (Desir angin berhembus lebih kencang, dedaunan berjatuhan…) Mata Prabu Siliwangi berbinar. Di usianya yang telah matang, ia jarang menemukan seseorang seperti Wira—seorang anak yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki jiwa yang bersih. “Aku akan mengajarimu ilmu sejati,” ujar sang Prabu. Wira mengernyit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Mengajarku?” Prabu Siliwangi mengangguk. “Kejujuran dan keberanianmu lebih kuat daripada pedang mana pun. Kau layak menjadi muridku.”
popyy_5435 · 60 Views
Related Topics
More