Ingin Selalu Bersamamu
PROLOG
...
Pria bersetelan formal menjeda langkah, memandang isi kamar putranya. Berantakan.
"Tidak biasanya kamar kamu seperti ini, apa yang terjadi sampai hati mengobrak-abrik barang-barang?" tanyanya.
Rakha menoleh sendu ke ambang pintu dengan perasaan hancur berkeping."
"Papa sudah pulang," Rakha menggumam pelan.
Miko melangkahi bantal tergeletak di sisi pintu, memindahkan gulungan selimut ke tempat tidur dan banyak lagi kegiatan dilakukannya membereskan kamar.
"Belajarlah menjadi lelaki dewasa. Jangan melampiaskan emosi ke benda-benda di sekitar, ini mencerminkan sikap kekanak-kanakan," tegur Miko.
"Papa tidak tahu alasan aku marah," lirih Rakha.
Selesai merapikan isi kamar, Miko duduk di sofa.
"Kemari. Ada sesuatu penting ingin Papa bicarakan," ucap Miko sungguh-sungguh.
Rakha menolak bangkit. "Prihal bisnis lagi? Aku tidak semangat diskusi lain kali saja membahasnya."
"Bukan. Ini tentang perjodohanmu dengan putri teman Papa," jelas Miko.
"Hatiku sedang patah tidak sebaiknya Papa menghibur aku dengan gurauan atau lelucon, bukan menambah beban pikiranku dengan memberitahu aku hendak dijodohkan," miris Rakha.
Miko merogoh saku jas kantornya, beranjak mendekat dan menyodorkan sebuah foto kehadapan Rakha.
"Perhatikan baik-baik. Dia yang akan menjadi istrimu," kata Miko.
Rakha mengambil foto tersebut, menatap datar gambar perempuan berwajah anggun yang tengah tersenyum lembut.
"Armala satu-satunya putri tunggal Adinata dan Farah. Kamu dan dia sama-sama anak pertama bedanya kamu memiliki adik. Armala tidak. Kalian dijodohkan tanpa sepengetahuan Mama dan adikmu agar pernikahan kalian berjalan lancar tanpa hambatan," terang Miko.
"Papa tidak ada bedanya dengan Mama dan Luna, mengatur aku sesuka hati," sedih Rakha.
"Berhenti protes. Terima pilihan Papa. Jika Aqeela mencintai kamu mana mungkin dia meninggalkanmu untuk Fattah. Jika Aqeela tulus mencintai, seratus lelaki yang datang menawarkan cinta sudah pasti ditolak demi menjaga perasaanmu. Tetapi kenyataannya Aqeela tidak menolak Fattah," sambung Miko.
"Dari mana Papa tahu Aqeela mengkhianati Aku? Apa mungkin dibalik kandasnya percintaanku ada campur tangan—"
"Menuduh Papa?" sela Miko.
"Aku tidak menuduh hanya saja terasa janggal di saat hubunganku dan Aqeela rusak, Papa mengungkapkan perjodohan ini seperti jauh hari sudah direncakanan tapi kalau Papa tidak terlibat dalam hal ini dari mana Papa mengetahui semuanya?" terheran Rakha.
"Dimas memberitahu segalanya," jawab Miko.
Rakha merosotkan bahu, usaha menyembunyikan masalah dari Papa berakhir percuma karena Dimas suka rela membocorkannya.
"Selama ini kamu memberikan yang terbaik kepada Aqeela, tidak perlu menyesal ditinggal pergi. Tidak ada gunanya meratapi kepergian cinta. kamu pantas hidup bahagia, membuka lembaran baru dengan Armala," lanjut Miko.
Rakha mengusap air mata, mengangguk siap menjalani kehidupan baru bersama Armala.