Tuhan,Dia Pergi Padahal Aku Berdoa
Rasyid Firdaus, seorang mahasiswa semester akhir, dikenal lantang menyuarakan keadilan lewat aksi dan tulisan. Ia hidup dalam kesederhanaan, dengan segunung beban: seorang ibu dan bapak guru, tanggung jawab sebagai anak terahir yang diharuskan lebih sukses dari kaka-kakanya, dan idealisme yang perlahan digerus kenyataan. Di tengah hiruk-pikuk perjuangannya, ia menemukan ketenangan pada sosok Nadira Lestari—mahasiswi Pendidikan Agama Islam yang lembut dan penuh keimanan.
Cinta mereka tumbuh diam-diam, bukan dari pelukan, tapi dari percakapan panjang di taman kampus dan saling menyebut nama dalam doa. Nadira percaya, jika sesuatu dititipkan pada Tuhan, maka ia akan dijaga. Tapi Rasyid percaya, cinta harus diperjuangkan, bukan hanya diamunajatkan.
Sayangnya, semesta tidak selalu berpihak pada mereka yang berjuang keras atau berdoa kuat. Ketika Masalalu Nadira serta ancaman dari masalalunya, Nadira dihadapkan pada pilihan yang tak pernah ia inginkan: memperjuangkan cinta, atau patuh pada ancaman aib masalalunya.
Dalam diam, Nadira pergi. Meninggalkan Rasyid yang masih bersujud di malam-malam panjang, berharap Tuhan mengembalikannya.
Novel ini menelusuri luka yang tak berdarah, cinta yang tak sampai, dan doa yang tak selalu dikabulkan seperti yang kita inginkan. Sebuah kisah tentang bagaimana manusia mencoba mengerti kehendak Tuhan lewat kehilangan yang paling menyakitkan.