Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Lirik Whenever Wherever

Whenever I Want, Love

In a quiet village where nothing ever seems to change, four teenagers navigate school, friendships, and the weight of growing up. But when Elias, an eccentric and sharp-witted boy, starts having strange, prophetic dreams, his world begins to shift in ways he never imagined. At first, it’s harmless—just glimpses of the future, whispers of possibilities. But then, Elias discovers something far more dangerous: the ability to control dreams, shape reality, and bend people’s will to his own. What starts as an innocent experiment quickly spirals into something darker. With each passing day, Elias becomes more consumed by his power, his mind twisting with the endless possibilities it offers. His childhood friend Lina doesn’t see the change, his classmates laugh at his antics, and even his closest friend, Gabriel, remains unaware. But Gabriella—Gabby—senses something is wrong. She’s always been distant, always kept her guard up. But now, as she watches Elias slip further into his obsession, she finds herself drawn into a mystery bigger than anything she’s ever faced. The strange messages in their group chat, the way Elias’s gaze lingers just a second too long—it all points to something unnatural. As Elias teeters on the edge, hunger for power clouding his judgment, Gabby is the only one who sees the danger. The only one who might be able to pull him back. But can she reach him before it’s too late? Or will he become something far beyond saving? A story of power, obsession, and the thin line between control and chaos—where dreams are no longer just dreams, and the greatest battle is not against fate, but against oneself.
CanIBleedHimBru · 1.8K Views

PERJALANAN ANAK DESA

Hutan Sancang, tempat yang dikenal sebagai tanah sakral bagi para pendekar, diselimuti kabut tipis saat fajar menyingsing. Di antara pepohonan raksasa dan akar-akar yang menjalar, seorang bocah lelaki berdiri tegap, tubuhnya kecil namun penuh tenaga, matanya tajam menatap seekor kijang yang tengah minum di tepi sungai. (Cicit burung terdengar bersahutan, air sungai mengalir dengan gemericik lembut…) Namanya Wira, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil hidup di alam liar. Tubuhnya berbalut kain sederhana yang sudah usang, tetapi matanya penuh dengan semangat tak terkalahkan. Hari ini, ia harus berburu untuk bertahan hidup. Dengan nafas teratur, ia melangkah perlahan mendekati kijang itu. Namun tiba-tiba… (Dentuman keras! Seperti petir yang menyambar…) Dari dalam semak-semak, seekor harimau kumbang meloncat menerjang kijang itu dengan cakarnya yang tajam. Wira terperanjat, tapi bukan karena takut—melainkan karena kagum. Harimau itu melirik sekilas ke arahnya, seolah memberi peringatan untuk tidak mendekat. Namun, Wira tidak mundur. “Kau hebat,” gumamnya pelan. (Hening. Angin berbisik lembut di antara dedaunan…) Tanpa diduga, langkah kakinya justru membawanya lebih dekat. Harimau itu menatapnya tajam, tetapi bukan dengan amarah—melainkan dengan ketenangan yang menggetarkan jiwa. Saat itu, terdengar suara langkah kaki berat mendekat dari balik pepohonan. (Suara ranting patah, gemuruh langkah mendekat…) Sosok berjubah hitam dengan sorot mata tajam muncul dari balik rimbunan hutan. Wira menatapnya tanpa gentar. Ia tahu siapa pria itu—Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran, seorang raja sakti mandraguna yang konon memiliki ikatan batin dengan harimau putih. “Anak kecil, mengapa kau tidak lari?” suara Prabu Siliwangi bergema seperti petir di langit yang tenang. Wira menatapnya langsung. “Aku tidak takut.” (Guruh menggelegar di kejauhan…) Sang Prabu tersenyum tipis. Ia melihat ke dalam diri bocah itu—bukan sekadar keberanian, melainkan juga ketulusan yang langka. “Kau tidak takut mati?” “Aku hanya takut jika hidupku tidak berarti,” jawab Wira mantap. (Desir angin berhembus lebih kencang, dedaunan berjatuhan…) Mata Prabu Siliwangi berbinar. Di usianya yang telah matang, ia jarang menemukan seseorang seperti Wira—seorang anak yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki jiwa yang bersih. “Aku akan mengajarimu ilmu sejati,” ujar sang Prabu. Wira mengernyit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Mengajarku?” Prabu Siliwangi mengangguk. “Kejujuran dan keberanianmu lebih kuat daripada pedang mana pun. Kau layak menjadi muridku.”
popyy_5435 · 60 Views
Related Topics
More