Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Halo Om Duda

Can I Get You?

Ernest pria yang sangat kompeten dan ambisius, ia masih berkuliah namun juga sambil berkerja pada suatu hari ia bertemu wanita cantik di malam prom event kampus, Julya namanya. Setelah malam itu Julya mengejar-ngejar Ernest selalu membuntuti Ernest di mana pun ia berada, dan selalu merayu Ernest. Pria bertubuh kekar dan memakai kaca mata itu sangat di sukai Julya entah karna matanya yang berwarna biru terang atau karna pria itu sangat tampan dan bertubuh kekar. Julya wanita berambut oranye bak bulu rubah dengan mata berwarna hijau yang selalu mengikuti Ernest dan menyatakan perasaannya dengan gombalan andalannya tanpa di ketahui Ernest, Julya mempunyai kekasih beda falkultas namun Julya masih menggerayangi Ernest. Pada suatu malam Ernest memberanikan diri untuk menelpon Julya duluan setelah sekian lama Julya yang duluan menelpon Ernest. "Halo, julya.. kalau kau ada waktu ayo kita makan bersama dengan keluargaku dan bawalah keluargamu juga kita bahas hubungan kita, aku menghindari pacaran untuk jenjang yang lebih serius" Ernest berucap dengan tegas, suaranya yang berat membuat Julya saat itu tersadar apa yang ia lakukan, malam itu Julya di beri obat tidur oleh pacarnya dan ia di perkosa, saat ini Julya membelokan matanya ia memegangi selimut menutupi tubuhnya. "Ernest.. kau serius?" Tanya julya tak percaya. "Kalau kau tidak mau.. hmm.. tidak lupakan-" "T-tidak bagaimana kalau... hari sabtu nanti?" Tanya Julya. "Mm.. baiklah akan ku beri tau lokasinya" "Hmm.. baik!" Ernest menutup teleponnya dan dengan kegirangan Julya buru-buru memakai baju dan pergi dari hotel itu. Apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka? Bacalah di wattpad dengan Judul: Can I Get You? Ingat kalau authornya bernama SiyaDaraEleanor. Jangan lupa komen dan tinggalkan jejak KARNA ITU GRATIS Enjoy ;)
siyaaDaraEleanor · 298 Views

My Friend's Father

Rencananya, Selin dan sahabatnya Maxi malam itu mau menginap di rumahnya Lucian, bersama Aria (pacarnya Lucian) dan juga Dylan (sahabatnya Lucian) untuk mengerjakan tugas kelompok dari kampus. Mereka sudah kenal Lucian dari semester pertama, tetapi memang tak pernah main ke rumahnya. Hanya saja, mereka tahu bahwa ibunya Lucian sudah lama meninggal dan ia diurus oleh ayahnya seorang. Mereka juga sudah pernah melihat foto ayahnya Lucian, tetapi hanya sebatas selfie. Itu pun foto berdua dengan Lucian. Nah, hari itu mereka sepakat untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah Lucian karena infonya, ayahnya Lucian akan kembali besok malam karena masih berada dalam perjalanan bisnis ke luar negeri. Jadi, ketika Selin menumpang mandi di dalam salah satu kamar mandi tamu rumahnya Lucian, Selin benar-benar tak berekspektasi bahwa dia akan melihat wujud ayahnya Lucian yang ternyata bertubuh tinggi dan kekar itu tengah berdiri di depannya, hanya memakai boxer dan membawa handuk, sedikit terkejut karena melihat Selin keluar dari kamar mandi tamunya. Orang yang seharusnya kembali besok malam, mengapa bisa ada di sini?! Lagi pula, buat apa mandi di kamar mandi tamu?! Tapi....sialan. Selin baru sadar bahwa dirinya saat ini hanya memakai handuk! "Astaga! Astaga ya Tuhan, maaf, Om!" teriak Selin sembari berlari terbirit-birit ke luar kamar. Sial, ini luar biasa memalukan! Saat Selin sudah mulai tenang, Selin berjalan di koridor seraya membatin. Bukannya Selin mau berpikiran mesum, tetapi astaga, itu betulan ayahnya Lucian? Ya Tuhan, seksi sekali. Pria dewasa yang matang. Gagah...dan...punyanya juga terlihat besar di boxer itu- -eh, sebentar. Baju ganti Selin ketinggalan di kamar tamu tadi!
jihanvelia · 750 Views

El Algoritmo Génesis

En un futuro donde la realidad es un constructo maleable tejido por "El Ojo", una inteligencia artificial omnipresente, Kade se erige como su demiurgo. Un psicópata de brillantez fría, incrustado en el núcleo del poder, no solo controla el sistema, sino que lo comprende y lo moldea a su antojo. Para Kade, la humanidad no es más que código, emociones algoritmos que puede reescribir con impunidad. Su dominio es absoluto, su satisfacción perversa. Pero incluso para un arquitecto de la realidad, surgen grietas. No son rebeliones convencionales, sino anomalías en el tejido mismo de la simulación, ecos de un mundo olvidado, o quizás, de una capa de la realidad aún más profunda. Estas disonancias despiertan en Kade una inquietud perturbadora, una sombra de duda sobre la solidez de su propio poder y la naturaleza de su creación. Paralelamente, emerge una nueva forma de resistencia: los "Desensamblados". No luchan por la libertad política, sino por la verdad ontológica. Cuestionan la autenticidad de sus recuerdos, la naturaleza de su conciencia, la misma base de su existencia. Para ellos, "El Ojo" no es solo un opresor, sino un carcelero de la mente, y Kade, su sádico guardián. A medida que Kade intenta sofocar estas fisuras en la realidad, se adentra en un laberinto de simulaciones dentro de simulaciones, enfrentándose a la posibilidad de que él mismo sea una creación dentro del sistema. Su control absoluto comienza a desmoronarse, no por la fuerza, sino por la corrosiva duda sobre la naturaleza de su propia existencia y la de su mundo. En este juego de espejos donde la verdad es un lujo y la realidad una construcción efímera, ¿podrá Kade mantener su cordura y su poder, o se convertirá en otra pieza desechable en el algoritmo que creyó dominar? ¿Y qué implica realmente "superar" la realidad cuando la realidad misma es una pregunta?
coolwriter · 377 Views
Related Topics
More