Chapter 1: Tanda-Tanda Awal Kiamat
Akhir September datang membawa peralihan musim. Tapi di Kota Takamura, Prefektur Kanagawa, hawa musim panas belum juga mengalah. Siang tetap membakar, malam menggigit dingin. Cuaca tak jelas ini membuat banyak orang mengeluh, tapi Renji Aisaka hanya duduk diam di dalam apartemen kecilnya, menatap televisi tua yang berdiri di sudut ruangan.
Ruangan itu sempit, tak lebih dari sepuluh tatami. AC tua berdengung lemah, berusaha melawan panas yang tertinggal dari siang tadi. Tempat tidur lipat, rak buku kecil, dan dapur mungil menjadi saksi bisu dari kehidupan sederhana mahasiswa semester akhir bernama Renji.
Hari ini, ia duduk berbeda. Tak ada siaran anime, tak ada streaming game. Hanya satu hal yang ia tunggu—siaran langsung berita nasional pukul 12:45:51.
Dan benar saja, tepat saat detik itu tiba, layar TV menunjukkan wajah serius seorang pembawa berita dari NHK.
"Berita internasional—ilmuwan global baru saja menggelar konferensi pers terkait penemuan virus raksasa di lapisan es Siberia Timur. Virus ini telah terkubur selama jutaan tahun dan belum diketahui apakah dapat menginfeksi manusia atau hewan. Namun, selama lapisan es tetap beku, para ahli meminta masyarakat untuk tetap tenang…"
Renji langsung berdiri. Matanya menatap jam ponselnya—tepat 12:45. Bahkan jeda detiknya pun sesuai.
"Sudah tiga kali," bisiknya. "Semua sesuai dengan informasi dari... sistem itu."
Seminggu yang lalu, hidupnya berubah saat entitas asing—yang ia sebut Stellar Core—muncul di pikirannya. Tak ada suara dramatis, tak ada cahaya aneh, hanya kehadiran halus yang perlahan mengalirkan informasi… tentang masa depan.
Salah satunya: virus ini akan mencair, menyebar, dan menghancurkan dunia.
Dan hari itu akan datang sepuluh hari lagi, pada hari Selasa jam dua siang waktu Jepang.
Renji tahu ia tidak bisa memperingatkan dunia. Maka satu-satunya pilihan adalah bertahan hidup.
Ia mulai bertindak cepat. Beberapa hari lalu, ia sudah memesan makanan darurat, air minum, alat medis, pakaian lapangan, dan perlengkapan survival lainnya dari Amazon Jepang dan Rakuten. Tapi semua itu belum cukup.
Yang paling penting—kendaraan.
Stellar Core mengatakan: sistem bisa digunakan untuk memodifikasi kendaraan menjadi alat bertahan hidup.
Mobil biasa terlalu sempit. Truk kargo terlalu mencolok. Tapi… RV? Mobil rumah dengan ruang untuk tidur, menyimpan peralatan, dan bisa bergerak bebas?
"Itu jawabannya," gumam Renji.
Tapi setelah semua pembelian awal, saldo rekeningnya cuma tersisa 12.000 yen. Harga RV termurah sekalipun tak akan cukup.
Renji membuka aplikasi pinjaman online. Beberapa aplikasi legal menolak langsung karena ia tidak punya penghasilan tetap. Yang lain—dengan bunga mencekik dan ancaman kasar—muncul dari iklan di forum-forum gelap.
"Terserah... asal cair cepat."
Ia isi data palsu, unggah kartu MyNumber, dan menunggu. Tak sampai dua menit, notifikasi masuk: "100,000 yen telah ditransfer ke rekening Anda."
"Terima kasih, lintah darat."
Ia langsung mencari "RV bekas murah" di situs jual beli. Sebagian besar harganya 300.000–500.000 yen. Tapi di halaman ketiga, ia menemukan satu iklan mencurigakan:
"RV tua, kondisi apa adanya. Mesin hidup, AC rusak. Harga 98.000 yen. Lokasi: Kota Iwaki, Prefektur Fukushima."
Renji melihat fotonya. Cat memudar, jendela buram, tapi bodinya masih utuh. Model Amerika awal 90-an.
[Kendaraan ini cocok untuk modifikasi sistem. Memulai inisialisasi?]
Teks holografis dari Stellar Core muncul di pandangannya. Ia mengangguk.
"Ya. Kita mulai dari sini."
Dunia tak akan sama lagi sepuluh hari dari sekarang. Tapi Renji sudah mengambil langkah pertama—dan ia tidak berniat mati bersama dunia yang lama.