Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

kisah di balik bayangan

GREAT_WOLF
--
chs / week
--
NOT RATINGS
667
Views

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - awal senja

Tik, tik, tik.

Di kota never, Hujan tampak turun rintik-rintik di sore hari, sekitar pukul lima. Kala itu aku duduk sambil menyeduh kopi bernuansakan kenyaman. Aku mengingat semua kejadiannya yang aku alami sebelumnya.

MENGEKSPLOR MASA LALU ARYAN.

aku dan adikku bermain bersama saat aku masih kecil.

Itu Sungguh masa-masa yang sangat indah.

Dan saat malam itu juga ayah dan ibuku bertengkar karena ayahku pulang larut malam yang membuat ibu sangat curiga. Aku dan adik mengupil percakapan mereka di malam hari dan mereka mulai memukul satu sama lain. Adikku menangis di sebelah sambil memeluk badanku yang gemeteran karena takut, dia sekitar berumur 10 tahun cukup muda untuk menyaksikan hal yang menyakitkan itu.

Dan ketika saat itu, ayahku pergi malam itu dan meninggalkan kami di rumah itu untuk selama-lamanya.

Dan ketika ruangan sudah mulai hening aku mengajak adikku untuk menghibur ibuku yang sedang duduk sambil menangis meratapi nasibnya. Alih-alih terhibur ia pergi ke kamarnya dan mulai membungkus semua pakaian. Aku dan adikku mengetuk pintu kamarnya dan ia tidak mengatakan sepatah katapun. Aku mengajak adikku untuk tidur dan tidak memikirkan semua hal itu.

Lalu keesokan harinya adikku (eren) membangunkan yang sedang tidur dengan tangisan yang terus menderu di telingaku.

"Abang, abang. " kata eren yang membangunkanku.

"Bang ibu mau pergi bang hik hik hik... " Aku yang mendengar tangisan eren langsung bergegas menemui ibu yang menyeret kopernya. Taksi sudah menunggu di luar dan ibuku hendak menaiki taksi. Aku langsung menangkap kaki ibu lalu memegangnya erat-erat dan berkata.

"Ibu jangan pergi ibu...

Siapa yang akan menjaga kami bu?." Eren datang dan tangis kami pecah membuat suasana pagi menjadi penuh air mata.

"Lepaskan, aryan lepaskan aku. Kau dan eren bukan siapa-siapa ku lagi!" Bentak ibu berusaha melepaskan gengamanki di kakinya.

"Ibu kasihani kami bu...

Eren masih kecil bu. Jangan tinggalkan kami seperti ini bu hik hik hik." Ucapku yang menangis deras.

Dengan kuat ibu menendangku dengan kuat sehingga aku terbanting di dinding merasakan sakit yang luar biasa.

"Uhuk uhuk uhuk." Aku yang berdiri sambil batuk berdarah karena tendangan yang kuat. Kemudian aku meraih kaki ibu kembali dan memohon tersungkur.

"Ibu jangan pergi ibu uhuk uhuk, jangan tinggalkan kami bu...." Aku yang memelas ke ibu lalu terjatuh pingsan.

Eren yang melihatku pingsan mengira aku sudah mati.

"Abang jangan pergi juga bang!, Eren takut bang"

Ibuku yang melihatku tergeletak mencoba menahan tangis yang kemudian pergi ke mobil taksi.

Setelah beberapa saat kemudian, aku terbangun dan langsung melihat eren yang tidur di dekatku.

"Eren kamu ngapapa?" Tanyaku pada eren yang tidur. Aku yang mencoba membangunkannya kemudian merasakan tubuhnya yang panas.

"Eren kamu kenapa? Badanmu panas eren!

Aku akan membawamu ke kasur tunggu aku datang." Kataku ke adik eren.

Kemudian aku menggendong tubuh kecil eren lalu membawanya ke kamar dan Kemudian mengompres badannya.

"Abang, sepertinya aku sudah tidak kuat lagi!" Kata eren dengan suara lemah.

"Eren! Jangan katakan itu. Kamu kuat, kamu bisa eren." Kataku kepada eren dengan keras.

Kemudian ia tersenyum lalu tertidur pulas.

"Aku baru ingat kalo eren belum makan dari tadi pagi. Aku akan memaksakan bubur untuknya." Bisikku dalam pikiran.

Kemudian aku memaksakan eren makanan bermodalkan buku resep karena aku tidak tahu cara memasak.

Setelah masakan bubur masak eren memanggilku dari kamar.

"Abang abang! Kamu di mana bang"

Aku yang mendengarnya langsung bergegas.

"Iya eren, ini abang lagi memasakan sesuatu untuk eren.

Aku langsung memberikan bubur tersebut ke eren yang membuat matanya berbinar.

" abang apa yang terjadi dengan ayah dan ibu bang? Kenapa mereka tega meninggalkan kita!" Tanya eren kepadaku.

Aku yang mendengarnya hanya bisa berkata.

"Mungkin mereka ingin healing eren."

"Healing itu apa bang?" Tanya eren balik"

"Healing itu hanya di lakukan oleh orang dewasa. kamu sudah selesai makan eren sekarang meminum obat pereda."

Eren mengangguk lalu meminumnya yang kemudian dia tertidur.

Aku berjalan keluar untuk tidak mengganggu eren yang tertidur dengan tangis yang sudah aku tahan.

Aku pergi ke kamar lalu menangis dengan sejadi-jadinya lalu memukul-mukul dinding kamar

Untuk melampiaskan amarah dan perasaan sakit ini.

Setelah beberapa menit, tangis pun reda dan tangan kecilku sudah berdarah. Aku tidur terlelap di kamar.

Aku pun terbangun dan melihat hari sudah malam. Aku menuju ke kamar eren untuk mengecek kondisinya.

Ketika aku sampai. Eren sudah terbangun dan sedang melihat sesuatu dan kemudian menangis.

"Eren apa yang kamu lihat?" Tanyaku ke eren.

"Abang apakah itu foto kita bersama ayah dan ibu ketika berlibur di pantai?" Tanya eren sambil menunjuk foto kami.

Aku melihatnya dan sangat tertekan yang membuatku sakit hati.

"Eren, jangan kamu pikirkan itu sekarang ya.

Kita makan malam dulu abang akan memasakan sesuatu yang enak buat eren." Kataku yang mencoba menghibur eren yang kemudian tangisnya terhenti.

"Eren baik, baiklah ayo kita memasak!" Tambahku yang menyemangati eren. Dia hanya mengangguk lalu turun dari keranjanganya.

Aku kemudian mengajak eren untuk masak bersama. Kami tertawa bersama dan menikmati rasa kebersamaan tanpa memikirkan hal yang sudah terjadi.

"Yoshh, makanan kita sudah jadi. Ayo kita makan!" Kataku pada eren yang sudah menunggu.

Kami kemudian makan dan menikmati rasa kebersamaan dan mencoba melupakan apa yang terjadi.

Keesokan harinya. Aku terbangun karena mendengar suara mobil dari luar dan melihatnya.

Ternyata itu adalah kakek dari ayahku yang sedang memasuki rumah.

Tok tok tok...

Terdengar ketukan suara pintu dari luar.

Aku yang membangunkan eren lalu menuju ke pintu tersebut.

"Aryan di mana eren!" Tanya kakek dengan tegas.

Kebetulan eren datang dari kamarnya kemudian memelukku karena takut dengan tampang kakek.

"Eren apa kamu baik-baik saja. Ayo kita pergi!" Kata kakek yang menarik tangan eren.

Seketika eren memberontak dan tidak ingin lepas dariku.

Yang kemudian kakek mengangkat eren lalu menggendongnya. Seketika eren menangis berusaha turun.

Aku yang mencoba menarik eren kembali di tahan oleh anak buah kakekku. Kemudian aku menerobos paksa mereka lalu menarik kaki baju kakek. Dengan kuat kakek melemparku dengan sangat kuat sehingga aku terbanting.

"Uhuk uhuk uhuk, sialan aku harus mengambil eren kembali." Gumamku sambil menyeka darah dari mulut.

"Abang, abaaang hik hik hik." Tangis eren yang mencoba mengulurkan tangannya.

Namun apa daya mereka telah masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkanku.

Aku yang mencoba mengejar mobil mereka sambil menahan rasa sakit terjatuh setelah beberapa langkah.

"Uhuk uhuk uhuk eren jangan tinggalkan aku!." Kataku dengan nada lemah sambil mengulurkan tangan ke arah mobil kakek. Dan kemudian aku pingsan di situ.

Beberapa saat kemudian aku terbangun lalu melihat sekitar yang kemudian menemukan sebuah kartu debit yang tergantung sebuah pesan.

"Aryan, di kartu ini ada uang sebesar Rp sepuluh juta kiranya kamu mampu bertahan hidup. Dengan uang ini. Salam dari kakek."

Yang kemudian aku menangis lalu masuk ke rumah.

Aku merasa lapar dan mencari makanan di kulkas lalu memasaknya dengan bantuan resep.

Kemudian aku memakannya dengan lahap lalu mandi untuk membersihkan kotoran.

Yang kemudian aku duduk lalu berpikir sejenak dengan pikiran bercampur aduk antara sedih, marah kesal, dan perasaan kehancuran.

"Ayah, ibu, eren. Apakah sudah cukup begini?. Apakah kalian tidak ingin bersamaku?." Ucapku di ruangan hening lalu menagis dengan keras.

Setelah tangisku reda aku kemudian berpikir lalu mencoba mencari cara agar bisa bertahan hidup dari situasi ini. Aku berniat pergi dari rumah ini dan memulai hidup baru tanpa bersama orang lain.

Kemudian aku mengemas pakaianku malam itu dan berniat pergi besoknya.