Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

magic credit card

Google_Two
--
chs / week
--
NOT RATINGS
247
Views
Synopsis
kartu kredit ajaib.
VIEW MORE

Chapter 1 - Sean Valford.

Malam hari yang dingin dan terlihat seorang pemuda yang sedang berkabung atas kematian kakek angkat nya karena usia tua. Pemuda itu tampak sedih yang mendalam atas kematian kakek angkat nya itu.

Dia adalah pemuda yang bernama Sean Valford, usianya baru menginjak 16 tahun.

Terlahir tanpa ibu dan ayah, karena ia adalah anak dari hasil hubungan gelap.

Sean di buang oleh kedua orang tuanya di sebuah tempat sampah dan ditemukan oleh seorang kakek yang baik hati. Kakek itu juga hidup sendirian.

Sean di rawat dan di urus olehnya sampai dewasa (16 tahun). Sebelum meninggal si kakek itu sudah menceritakan tentang dirinya yang dibuang dan ditemukan di tempat sampah.

Sean sedih mendengar itu, namun ia lebih sedih setelah meninggal nya sang kakek yang telah mengurus nya dari bayi hingga sekarang dan sudah ia anggap sebagai ayahnya sekaligus sebagai kakek nya.

Tidak ada seorangpun yang datang untuk berbelasungkawa atas meninggalnya kakek, karena hidup miskin dan dianggap sebagai orang tidak penting.

Malam itu Sean menangis tak henti-henti dan bersedih sepanjang malam hingga kedua matanya membengkak.

Kesedihan nya tidak sampai disitu saja, keesokan harinya ia didatangi oleh pemilik rumah yang ia tinggali, karena ia dan kakeknya itu tinggal dirumah kontrakan kecil yang murah.

Waktu kontrak rumah itu sudah habis dan harus diperpanjang jika ingin tinggal dirumah ini, tapi Sean sudah tidak punya apa-apa lagi karena uangnya sudah ia habiskan untuk pemakaman kakek nya.

Uangnya tersisa sedikit dan hanya cukup untuk makan beberapa hari kedepan saja.

"Maaf pak, aku tidak punya uang lagi. Apakah bapak bisa memberikan aku waktu untuk membayar kontrakan ini?" Ucap Sean.

"Tidak bisa! Kau harus bayar uang kontrakan nya jika ingin tinggal disini, kalau tidak bayar maka kau harus pergi dari rumah ini besok!" Tegas si pemilik rumah kontrakan itu.

Sean hanya bisa menunduk sedih dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Lalu Sean mengemas beberapa bajunya kedalam tas punggung yang lusuh dan kotor, ia hanya membawa pakaian nya saja dan tidak memiliki apapun untuk ia bawa.

Ia tidak sekolah karena miskin, ia dari lahir sampai sekarang hanya bekerja sebagai pemulung saja.

Namun kakeknya itu telah mengajarkan nya membaca, menghitung dan menulis walaupun hanya pelajaran dasar saja, setidaknya Sean tidak butuh huruf dan bisa menghitung.

Sbelum ia pergi dari rumah kontrakan ini, ia sesekali melihat ke arah kasur kakeknya untuk mengenang.

"Hah? Apa ini? Kartu? Kartu apa ini?" Gumamnya yang kebingungan.

Ia menemukan sebuah kartu berwarna hitam dan tidak ia ketahui kartu apa itu sebenarnya. Ia simpan di saku celananya karena mungkin hanya itu satu-satunya barang peninggalan si kakek.

Setelah itu iapun pergi meninggalkan rumah kontrakan dan pergi ke tempat yang biasa ia datangi, yaitu tempat pembuangan sampah yang menggunung dekat desa nya.

Di tempat pembuangan sampah itu ia duduk dan melamun memikirkan kehidupannya yang sekarang.

"Kemana lagi aku harus tinggal.." gumamnya dengan wajah penuh kesedihan.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang. "Hey Sean! Lama tak jumpa, maaf aku tidak bisa hadir di pemakaman kakek mu, karena malam itu aku tidak ada dirumah.." ucap seseorang yang terlihat seperti teman sesama pemulung.

Sean menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Tidak apa-apa kok! Tidak usah dipikirkan, aku mengerti keadaan mu"

Ia adalah teman sesama pemulung dan namanya adalah Luis. Usianya 20 tahun dan sudah menjadi teman sekitar 5 tahunan, Sean mengenalnya saat ia berusia 11 tahun.

Luis dan Sean cukup dekat dan cukup akrab, mereka selalu bersama walaupun bertemu saat memulung dan saat waktu tertentu saja. Dan hanya Luis seorang yang mau berteman dengan Sean.

Luis menyemangati Sean yang sekarang terlihat masih bersedih. "Semangat dong! Jangan terus bersedih seperti itu"

Sean tersenyum. "Iya, makasih udah nyemangatin, ayo kita lanjut memulung nya!"

Mereka pun lanjut memulung sambil mengobrol ringan dan sedikit bercanda untuk menyegarkan suasana.

Hasil dari memulung dari pagi hingga sore itu mereka hanya mendapatkan uang sekitar $5 atau $7 saja, dan itu sudah cukup untuk makan dua hari, jika ada uang sisa maka mereka akan tabung.

"Kau dapat berapa Sean?" Tanya Luis.

"Aku dapat $6" jawab Sean.

"Sama dong! Ayo kita beli makanan!" Ajak Luis.

Setelah membeli makanan, mereka berdua duduk berdua di pinggir jalan sambil makan dan ngobrol.

Selesai makan, Sean mengeluarkan kartu hitam yang ia bawa dari kamar kakek waktu itu sambil ia putar-putar dan ia mainkan karena ia tidak tahu kartu apa ini.

"Wah! Sekarang kau sudah membuat kartu kredit ya? Hebat sekali kau, aku tidak menyangka kau ternyata punya tabungan di bank!" Kejut Luis yang melihat kartu kredit Sean.

"Kartu kredit? Tabungan bank?.. apa maksudnya?" Jawabnya yang polos dan tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Luis barusan.

Luis sedikit bingung. "Kau tidak tau kartu kredit? Lalu bagaimana kau bisa mendapatkan itu?" Tanya Luis lagi.

"Oh ini? Aku menemukan ini di bawah kasur kakek ku. Tapi sebelum-sebelumnya, kakek tidak pernah memperlihatkan ini padaku dan aku juga baru melihatnya.." jawab Sean.

"Begitu ya? Sepertinya itu kartu kredit kosong dan hanya ditemukan oleh kakek secara tidak sengaja" ujar Luis.

Sean mulai penasaran. "Sebenarnya apa itu kartu kredit? Bisakah kau jelaskan padaku?" Ucap Sean.

Lalu Luis menjelaskan tentang kartu kredit pada Sean yang tidak tahu apa-apa.

"Wow! Jadi kartu kredit ini bisa membayar tanpa menggunakan uang dan bisa menarik uang?!" Kejut Sean.

"Iya! Tapi itu juga kalau kartu kredit nya masih aktif dan ada saldo nya... lagipula jika kau menggunakan nya, maka pihak bank akan tahu siapa pemilik kartu kredit itu, karena kartu kredit itu memiliki data lengkap si pemilik identitas nya, jadi kau tidak berhak untuk mencairkan uang didalamnya" jawab Luis.

"Oh jadi begitu ya cara kerjanya. Sebaiknya aku kembalikan ke bank besok, mungkin pemilik nya sedang mencari ini" ujar Sean.

Obrolan pun selesai, Luis pamit pulang kerumahnya dan akan memberikan sisa sedikit makanan pada orang tuanya.

Luis ingin sekali mengajak Sean untuk tinggal bersama dirumah nya yang kecil itu, namun Sean menolak tawaran itu karena ia merasa tidak enak dan hanya akan membenani keluarga Luis saja.

Rumah Luis juga sempit dan kumuh, tidak ada ruang kosong disana dan jika Sean menerima ajakannya itu, maka kehadirannya hanya akan membuat suasana rumah Luis semakin sempit saja.

Maka dari itu Sean menolak dengan alasan tersendiri. Berapa kali pun Luis memaksa nya ia tetap menolak dan akhirnya Luis pun pulang. Sean akan memilih untuk tinggal di tempat pembuangan sampah.

Sean berbaring di atas batu sambil menatap langit malam yang terbuka dan dingin. Tangannya memainkan kartu kredit yang ia temukan di kasur kakeknya dan ia berniat untuk mengembalikan itu ke pihak bank.