Tahun 2050, Bumi berada di ambang kehancuran. Invasi makhluk asing dari galaksi lain telah membawa umat manusia ke titik putus asa. Negara-negara di dunia bersatu dalam perang besar untuk mempertahankan planet ini, tetapi semua usaha tampak sia-sia. Teknologi militer mereka terlalu lemah dibandingkan kekuatan lawan.
Di tengah keputusasaan, seorang ilmuwan jenius mengusulkan sebuah proyek revolusioner: Proyek Subjek X. Dalam proyek ini, manusia akan dimodifikasi dengan serum khusus yang memberikan kemampuan di luar batas manusia biasa. Serum ini meningkatkan daya tahan, kekuatan, dan stamina penggunanya, bahkan memberikan kekuatan unik tergantung pada jenis serum yang diberikan. Namun, ada satu batasan—serum hanya bisa digunakan oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun. Tubuh mereka yang masih berkembang memungkinkan adaptasi yang lebih baik dibandingkan orang dewasa.
---
Di sebuah desa terpencil, seorang anak berusia 13 tahun bernama Kael berusaha bertahan hidup dengan cara apa pun. Ia tinggal bersama ibunya yang sakit-sakitan, sementara ayahnya telah gugur di garis depan. Tanpa bantuan siapa pun, Kael terpaksa mencuri makanan dan obat-obatan demi bertahan hidup.
Malam itu, ia menyusup ke gudang logistik yang baru dikirim oleh pasukan aliansi Bumi. Dengan hati-hati, ia merayap melalui ventilasi udara dan menemukan tumpukan makanan. Tangannya dengan cekatan mengambil sebanyak yang bisa ia bawa. Namun, saat hendak keluar, kakinya tak sengaja menendang sebuah botol kosong.
Cling!
Seorang penjaga menoleh. "Siapa di sana?!"
Jantung Kael berdegup kencang. Ia mencoba kabur ke pintu keluar, tapi penjaga lainnya sudah melihatnya.
"Pencuri! Tangkap dia!"
Kael berlari secepat mungkin, tetapi para penjaga lebih cepat. Sebelum ia mencapai gerbang, seseorang menariknya ke belakang. Ia meronta, namun cengkeraman penjaga terlalu kuat.
Namun tiba-tiba…
DUARRRR!
Langit di atas mereka berubah merah menyala. Bayangan besar melintas di udara, diikuti dengan suara gemuruh mengerikan. Dari atas, kapal perang raksasa makhluk asing melepaskan tembakan ke gudang, menghancurkan segalanya dalam sekejap. Kael dan para penjaga terpental beberapa meter. Beruntung, ia masih hidup.
Kesempatan ini tidak ia sia-siakan. Ia segera bangkit dan berlari ke rumahnya. Namun, begitu sampai di desanya, yang ia temukan hanyalah kehancuran. Rumah-rumah terbakar, orang-orang berteriak ketakutan, dan pesawat-pesawat musuh membombardir tanpa ampun.
Saat melihat rumahnya sendiri, Kael membeku. Rumahnya telah hancur, dan api berkobar di mana-mana.
"Ibu!" teriaknya, berlari mendekati puing-puing itu.
Sebelum ia bisa masuk, seseorang menarik tangannya.
"Jangan!" kata seorang anak laki-laki berusia sebaya dengannya.
Kael meronta. "Lepaskan aku! Ibuku ada di dalam! Aku harus menyelamatkannya!"
"Itu sia-sia! Semuanya sudah hancur!" balas anak itu.
Kael menatapnya dengan mata penuh amarah dan kesedihan. "Kau tidak mengerti! Aku harus—"
"Aku mengerti!" Anak itu membentak. "Keluargaku juga sudah mati! Aku juga ingin menolong mereka, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang! Kita harus pergi sebelum mereka membunuh kita juga!"
Kael menggertakkan giginya, air mata mengalir di pipinya. Ia menatap rumahnya yang terbakar, lalu ke anak laki-laki di depannya. Akhirnya, dengan berat hati, ia mengangguk.
"Namaku Jimmy Kimmel," kata anak itu. "Ayo, ikut aku! Aku tahu tempat persembunyian yang aman."
Dengan hati yang berat, Kael mengikuti Jimmy menuju sebuah gua tersembunyi di dalam hutan, meninggalkan desanya yang kini hanya tinggal abu. Ia bersumpah dalam hati—ia tidak akan membiarkan ini berakhir begitu saja.
Ia akan bertahan. Ia akan menjadi lebih kuat. Ia akan membalas semuanya.