... Tap tap tap
Hutan itu sunyi, hanya diiringi desiran angin yang menggoyangkan dedaunan dan langkah-langkah terburu dari seorang pemuda yang berlari tanpa arah. Napasnya tersengal, dadanya naik turun, dan keringat mengalir di pelipisnya.
Bayangan pepohonan berlalu di sisi-sisinya, namun ia tak memiliki waktu untuk mengagumi keindahan alam yang mengelilinginya. Semua yang ada dalam benaknya hanyalah satu hal—berlari.
Lari.
Lari dari apa? Ia tidak tahu.
Suara langkah kaki yang lain bergema di belakangnya. Mungkin itu hanya gema dari langkahnya sendiri, mungkin bukan. Tapi rasa takut dalam dadanya terus mendorongnya maju.
Lalu kakinya terpeleset.
"Agh—"
Tubuhnya jatuh keras ke tanah. Ranting-ranting tajam menggores kulitnya, dan wajahnya menghantam permukaan batu yang keras. Dunia berputar, pandangannya kabur, dan napasnya tersendat.
Dingin.
Darah mengalir dari pelipisnya, meresap ke tanah sebelum akhirnya terbawa oleh aliran sungai kecil di dekatnya.
Ia ingin bangun, tapi tubuhnya menolak. Kesadarannya memudar perlahan.
Hening.
...
..
....Ciit cit cit
Suara kicauan burung terdengar dari burung yang ada di atas salah satu pohon.
Hacih!!
Bersamaan dengan suara bersin yang terdengar dari bawah pohon. Suara yang berasal dari Seorang pria berjalan dengan santai di jalur setapak yang jarang dilalui. Jubah putihnya sedikit kusut, kantung matanya dalam, namun raut wajahnya tetap tenang.
Dia menggosok hidungnya sebelum Ia menarik sesuatu dari sakunya—sebatang rokok. Dengan gerakan terlatih, ia menyalakannya, mengisap dalam-dalam, lalu mengembuskan asap yang segera terbawa oleh angin.
Asap tipis mengepul dari ujung rokok yang terbakar perlahan.
....
Di tengah lebatnya hutan, suara dedaunan yang bergesekan terdengar lembut, bergoyang mengikuti irama angin yang berembus perlahan. Sinar matahari menembus celah pepohonan, menciptakan kilauan samar di antara bayangan rimbun.
Bagi kebanyakan orang, tempat ini mungkin terlalu sepi. Terlalu sunyi. Tapi bagi dokter itu. Bagi Ezekiel, ini adalah tempat terbaik untuk beristirahat.
Huffff.. (melihat ke arah asap)
...
"Ketenangan"
katanya sambil bersenandung pelan—
Tak ada suara gaduh rumah sakit. Tak ada aroma obat yang menusuk. Tak ada keluhan pasien yang menumpuk di pikirannya. Hanya dirinya, rokok di tangannya, dan ketenangan yang sulit didapat di tempat lain.
Setelah beberapa saat berjalan tanpa ia sadari pun rokoknya sudah sampai ke puntung. Semuanya terasa begitu cepat jika dia istirahat. Pikirnya
Melihat puntung itu dia pun diam sebelum menghembuskan nafas panjang. Kemudian membuang puntung rokok ke tanah dan menginjaknya.
Ia melirik jam saku yang terselip di sabuknya, memastikan waktu. Masih ada beberapa menit sebelum ia harus kembali.
"Mungkin masih sempat sebatang lagi?" gumamnya, meraih sakunya kembali—
Thud!
Suara keras yang terdengar seperti suara benturan terdengar seketika membuatnya berhenti di tengah langkahnya dan seketika berbalik badan ke arah asal suara..
....
Alisnya sedikit berkerut. Matanya melirik ke arah semak-semak di belakang pepohonan yang lebih gelap. Tentu dia bisa saja mengabaikannya. anggaplah itu cuma sekedar angin yang menjatuhkan ranting atau seekor binatang liar yang mancing perkoro atau mangsa.
Tapi… suara itu terlalu berat untuk sekadar ranting yang patah.. emang si bisa jadi tapi entah mengapa.
Jantungnya berdetak sedikit lebih kencang.Namun, di saat yang sama perasaan aneh mulai menyelimutinya.
....
"Ahhh bodo lah!"
Perasaan aneh mulai terasa seperti menggeliat di dalam dadanya. Bukan panik tapi sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Seolah tubuhnya tahu sesuatu yang pikirannya belum pahami. Dan dia pun berjalan menuju sumber suara.
Tap tap tap
Langkahnya mantap, meski ada sedikit kewaspadaan di baliknya. Tapi ia tetap berjalan mendekat dan menggeser dedaunan yang menghalangi pandangannya.
Namun matanya seketika melebar saat melihat apa Yang ada di balik sana.
Darah yang mengalir perlahan melalui batu dan jatuh ke sungai di dekat sana secara perlahan. Darah yang terbawa arus sungai dan kemudian menghilang.
—Tidak..
Yang lebih penting..
Di sana, terbaring seorang pemuda dengan tubuh kurus dan pakaian compang-camping. Posisinya tidak nyaman—terlentang, namun kepalanya tersandar pada sebuah batu, seolah ia terjatuh ke belakang tanpa sempat menahan diri.
Namun..
aneh. Entah mengapa mukanya terlihat sedikit. Dokter itu tidak bergerak selama beberapa detik. Ada sesuatu tentang pemuda ini yang terasa… salah.
Bukan karena kondisinya yang sekarat. Bukan karena tubuhnya yang terlihat seperti seseorang yang telah bertahan hidup di hutan selama bertahun-tahun.
"Dia terlihat familiar.. tidak maksudku, aku bahkan tak bisa melihat mukanya"
Dia terdiam sejenak berfikir mengenai perasaan aneh yang memenuhi pikirannya ketika tatapannya mencoba fokus pada muka orang itu.
"Aneh.. dari mana?"
Pikirannya mencoba mencari jawaban, tapi ia tidak punya waktu untuk merenung lama.
Ia segera berjongkok, menempelkan dua jari di leher pemuda itu. Denyut nadinya lemah, tapi masih ada.
Ia melirik ke arah jam sakunya dan melihat dia sudah terlambat 2 menit.
Tapi ya sudahlah setidaknya dia terlambat bukan tanpa alasan kan? Itu lebih baik.
ia segera menarik pemuda itu ke dalam pelukannya, bersiap membawanya kembali ke kota—
Badannya menegang dan dia sigap berbalik ke satu arah sebelum ke arah lain, matanya menyapu semua arah yang ada di hutan. Meski hanya sesaat dia merasakan tubuhnya menegang.
Untuk sepersekian detik, ia merasakan sesuatu—suatu tekanan yang tidak seharusnya ada di sini.
... Tengok-tengok
Seolah ada sesuatu yang mengawasinya.. namun kemanapun ia melirik tetap, Tak ada apa-apa di sana. Hanya pepohonan, angin, dan cahaya matahari yang menari di antara bayangan.
Namun, entah kenapa, rasa tidak nyaman itu tetap tinggal— dokter itu menarik nafas panjang selagi melirik. Sebelum akhirnya fokus ke pemuda itu lagi sambil bergumam.
"Sialan, sejak kapan aku mulai menghayal begini?"
Helaan napasnya berat. Ia menggigit ujung rokoknya yang belum sempat dinyalakan, lalu mengangkat pemuda itu ke punggungnya.
Tanpa berfikir lagi Ia segera berdiri, membawa pemuda itu di punggungnya, lalu bergegas kembali ke kota.