Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Rusa yang Terluka (Dendam Mila)

🇮🇩AnduangJM
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
307
Views
Synopsis
Di sebuah desa Minangkabau yang damai, Mila dan Nevi tumbuh dalam kesederhanaan hingga kedatangan Leni mengubah hidup mereka. Dengan niat tersembunyi, Leni menjodohkan Mila dengan Suman, seorang guru PNS, dan Nevi dengan Kemal, adik Leni. Tujuannya adalah memisahkan Suman dan Kemal, yang memiliki hubungan terlarang. Meski ragu, Mila dengan berat hati menerima perjodohan karena bujukan keluarga dan impian hidup yang lebih baik. Pernikahannya digelar meriah, segera setelah itu, ia diboyong ke Jakarta. Dalam perjalanan 2 hari diatas mobil pribadi, ia mendapati suaminya dingin, sementara Nevi tampak bahagia dengan Kemal. Ketika kebenaran terungkap—bahwa Suman mencintai Kemal dan pernikahan mereka hanyalah skenario Leni—Mila merasa dikhianati. Keadaan semakin buruk ketika Mila mengalami pelecehan oleh Kemal dengan restu Suman. Leni, yang mengetahui penderitaan Mila, justru bersikap angkuh dan menyuruhnya menerima nasib. Hal ini memicu tekad balas dendam dalam diri Mila. Ia menargetkan kelemahan Leni: suaminya, Rudi. Dengan trik elegan, Mila berhasil membuat Rudi jatuh hati padanya, menyebabkan kehancuran rumah tangga Leni. Namun, saat melihat Leni hancur, Mila menyadari bahwa balas dendamnya tidak memberinya kebahagiaan. Ia memilih untuk tidak melanjutkan hubungan dengan Rudi dan memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya dengan Suman. Nevi, yang juga tidak tahan dengan kehidupan rumah tangganya, ikut meminta cerai. Mila kembali ke kampung halamannya, membawa luka dan pengalaman pahit, tetapi juga kebebasan baru. Ia bertekad menyembuhkan hatinya dan memulai hidup yang lebih baik tanpa belenggu masa lalu.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog. Rusa Yang Terluka

PROLOG.

RUSA YANG TERLUKA

Seekor rusa tak pernah memilih untuk terluka.

Tapi ketika panah menancap di rusuknya, ia belajar:

Lari adalah satu-satunya cara bertahan.

Bukan dari hutan, bukan dari pemburu—

melainkan dari kawanannya sendiri,

yang diam-diam meracuni sungainya.

Mereka menyebutnya perjodohan.

Kata yang terdengar manis, mengalir seperti madu di lidah,

tapi bagi Mila, ini tak lebih dari pemakaman saat dia masih

bernapas.

Leni datang dengan mobil hitam berkilau,

seperti kereta kencana dalam dongeng masa kecilnya.

"Dia PNS," bisiknya lembut, "kelak dia akan jadi

gurumu."

Rumahnya di kota seperti istana, dan kau akan menjadi

ratunya."

Dan Mila percaya.

Siapa yang tak percaya pada senyum sepupu yang datang dengan dus

berisi mi instan dan baju bekas Singapura?

Siapa yang tak luluh pada janji-janji yang berkilauan?

Tapi malam pertama bukanlah pelukan, bukan cinta yang hangat.

Yang ada hanya kesunyian, tubuhnya teronggok di kursi mobil,

deru mesin mobil mengantarnya ke rumah "mewah",

di sana dia terkurung laksana masuk ke "peti mati berlapis

emas"

serpihan mimpi berhamburan di sepanjang jalan.

Di dalam kamar yang lebih mirip gua, Mila meraba lukanya.

Panah itu bernama "pernikahan"

Anak panah beracunnya berbunyi, "Ini demi masa depanmu."

Ia menatap cermin retak di sudut ruangan,

bayangannya sendiri berbisik kepadanya:

"Aku rusa yang tertipu."

Mereka menjanjikanku surga, tapi yang kudapat hanya penipuan dan

penistaan.

Tapi tandukku telah tumbuh menjadi pedang,

dan darahku—akan kujadikan tinta

untuk menulis ulang dongeng ini.

"Luka tidak pernah benar-benar sembuh.

Ia hanya belajar berhenti berdarah.

Dan sekalipun sembuh, bekasnya akan tetap ada, mengiringi langkah

seumur hidup."

TTD MILA

-----

Di

sebuah desa yang sunyi, di antara gemercik sungai dan lekuk hijau perbukitan,

hidup seorang gadis bernama Mila. Ia baru berusia tujuh belas tahun, usianya

seharusnya dipenuhi impian dan kebebasan. Namun, di tanah kelahirannya, takdir

seorang perempuan bukanlah miliknya sendiri. Ia diikat oleh adat yang mengakar

ratusan tahun, di mana perjodohan bukanlah pilihan, melainkan titah.

Orang-orang

menyebutnya tradisi, menjunjungnya sebagai kehormatan, dan mengajarkannya

sebagai kewajiban. Tapi di balik jubah suci adat, tersembunyi sesuatu yang

lebih dangkal: keinginan akan status, kilauan emas, dan gengsi di mata

masyarakat. Tradisi, bagi mereka, hanyalah kedok. Bukan untuk menjaga nilai

luhur, melainkan untuk memuaskan dahaga akan kemegahan duniawi.

Mila,

yang baru saja menapaki kebahagiaan kelulusan MTsN, harus menghadapi kenyataan

pahit. Harapan dan cita-citanya dicabut begitu saja, diganti dengan kilauan

perhiasan dan pesta pernikahan yang bukan untuknya, melainkan untuk orang

tuanya. Demi menjaga kehormatan keluarga, ia diserahkan kepada seorang lelaki

yang bahkan tak dikenalnya. Ia bukan dipertemukan dengan cinta, tetapi

dikorbankan untuk harga diri yang dibangun di atas ilusi.

Namun,

kemewahan yang dijanjikan itu ternyata hanya bayangan kosong. Suaminya, yang

dipuja sebagai pria terhormat, hanyalah "Lelaki Semu" yang menyimpan

rahasia busuk. Ia bukan pelindung, melainkan penjaga sangkar yang mengurung

Mila dalam dusta dan kesengsaraan. Lebih dari itu, lelaki itu berbagi kasih

bukan dengan istrinya, tetapi dengan lelaki lain.

Sementara

Mila dikurung dalam kepalsuan, orang-orang di sekitarnya masih membanggakan

pernikahan ini sebagai pencapaian keluarga. Mereka menyebutnya anugerah,

rezeki, dan takdir yang harus disyukuri. Tak ada yang peduli pada isak

tangisnya di malam hari, pada dinding lembap yang menyerap ratapannya. Baginya,

cinta yang dijanjikan hanya mitos. Dan 'tradisi suci' yang mereka banggakan,

kini terbukti tak lebih dari belenggu yang dibuat untuk menekan mereka yang

lemah.

Tetapi,

di balik setiap luka, ada nyala yang tak bisa dipadamkan. Mila menyadari bahwa

kepasrahan adalah racun yang perlahan membunuhnya. Maka ia memutuskan untuk

bangkit. Ia tidak akan menjadi korban yang diam. Ia akan membalas. Bukan demi

dendam semata, tetapi demi kebebasan yang direnggut darinya.

Di

sisi lain, Leni—kakaknya yang merasa diri sebagai penyelamat—tak sadar bahwa

perjodohan yang ia rekayasa untuk adiknya Kemal, dan 'sahabat kental' adiknya

bernama Suman, justru akan menjadi kehancurannya sendiri. Leni mengira bahwa

memisahkan mereka berarti "menyelamatkan" mereka dari hubungan yang menurutnya

menyimpang. Namun, di balik kepeduliannya tersembunyi ketakutan yang lebih

dalam—ketakutan akan "cinta diluar norma" yang tak bisa ia

kendalikan.

Ketika

semuanya bertubrukan, yang tersisa hanyalah kehampaan. Mila, yang terlukai oleh

kebohongan dan pengkhianatan, harus merangkai ulang hidupnya dari serpihan yang

berserakan. Sementara Leni, rumah tangganya porak-poranda karena rencana yang

ia susun sendiri, hanya bisa bertanya dalam diam:

"Apakah

ini hukuman atas niat baikku? Atau aku yang terlalu buta untuk melihat kehendak

semesta?"

Ini

bukan sekadar kisah pernikahan paksa, kehilangan kewaspadaan karena terayu

kilau kemapanan atau balas dendam.

Ini

tentang bagaimana sistem yang dipuja sebagai warisan luhur ternyata bisa

menjadi alat untuk menindas. Tentang bagaimana 'kehormatan keluarga' sering

kali hanya alasan untuk mengorbankan anak demi harga diri orang tua. Tentang

bagaimana mereka yang paling lemah justru dipaksa menanggung beban agar orang

lain bisa berjalan dengan kepala tegak.

Mila

mungkin tak lagi polos, tapi ia ingin kalian—yang masih punya pilihan—belajar

dari lukanya.

Sebelum

tradisi menggerus mimpi, sebelum diam membunuh suara, dan sebelum kita berubah

menjadi monster yang sama seperti mereka yang dulu melukai.