Chereads / MDPL:Meters Above Sea Level / Arc 1 Chapter 0 prolog

MDPL:Meters Above Sea Level

DaoistrtL56a
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 310
    Views
Synopsis

Arc 1 Chapter 0 prolog

MDPL: Meters Above Sea Level

Arc 1: adventure on mount shasta

Chapter 0: Persiapan

---

Langit cerah pagi itu memancarkan biru yang memikat, kontras dengan desau angin dingin yang menyusup perlahan melalui celah jendela kamar Rey. Di atas meja kayu sederhana, laptop Rey menyala dengan daftar persiapan KKN terpampang di layar. Ia duduk di kursinya, mengacak-acak rambut hitamnya yang sudah berantakan sejak bangun pagi. Tatapannya serius, meski matanya memancarkan sedikit kekhawatiran.

"Gunung Shasta, ya?" gumam Rey sambil mengetik cepat.

Dari balik pintu, suara langkah berat mendekat. Tidak lama kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan sosok Berthold dengan rambut cokelatnya yang rapi, membawa segelas kopi.

"Masih sibuk bikin daftar? Lo itu ribet banget, Rey. Kita tinggal naik aja, beres." Berthold duduk santai di kasur Rey, menyeruput kopinya dengan santai.

"Berthold, ini serius. Gunung Shasta tuh beda sama tempat camping biasa. Kalau nggak ada persiapan, bisa kacau. Lo inget 'kan, ini buat nilai akhir kita? Gue nggak mau gagal di detik-detik terakhir." Rey menoleh, menatap Berthold dengan sorot mata tegas.

Berthold mengangkat bahu. "Ya, ya. Gue paham, Boss. Tapi, bukannya KKN ini juga semacam liburan? Santai dikit kek."

Sebelum Rey sempat membalas, suara lain muncul dari luar kamar.

"Rey! Berthold! Kalian udah siap?" Cyntia muncul dengan senyum cerah di wajahnya. Rambut hitam panjangnya tergerai, membuatnya tampak segar di pagi itu. "Lucka sama Aina udah nunggu di luar. Mereka bawa perlengkapan tambahan, katanya biar nggak ada yang ketinggalan."

Rey menghela napas panjang. "Baiklah. Gue ambil barang-barang dulu. Kalian ke mobil duluan."

Berthold bangkit dari tempat tidur, menepuk pundak Rey. "Ingat, Rey. Jangan terlalu serius. Hidup itu kayak mendaki gunung. Nikmati setiap langkahnya."

Rey tersenyum tipis. Meskipun terkadang Berthold suka asal bicara, ada kebenaran dalam ucapannya.

Setelah memastikan semua perlengkapan sudah masuk ke dalam ransel besar, Rey bergabung dengan teman-temannya di halaman depan. Mobil van yang akan membawa mereka ke Gunung Shasta sudah menunggu.

Lucka melambaikan tangan dengan senyumnya yang lembut. Di sebelahnya, Aina yang cantik dengan rambut pirang terikat menyapa mereka dengan tenang.

"Sudah siap, Rey?" tanya Lucka sambil memeriksa daftar bawaan mereka.

"Siap atau tidak, kita harus berangkat sekarang," jawab Rey mantap.

Mereka semua masuk ke dalam mobil. Meski suasana terasa santai, di benak Rey tersimpan harapan besar. KKN ini bukan sekadar tugas universitas. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa ia bisa menaklukkan segala rintangan demi impian lulus sebagai lulusan terbaik.

Dengan mesin mobil yang menderu, perjalanan menuju Gunung Shasta dimulai. Tak ada yang tahu tantangan seperti apa yang menanti mereka di sana, tapi satu hal yang pasti—mereka harus bekerja sama agar semuanya berjalan lancar.

Dan di antara tawa dan canda perjalanan itu, Rey menyimpan sebuah janji pada dirinya sendiri: Apa pun yang terjadi, ia akan menyelesaikan ini.

---

Bersambung ke Chapter 1: Awal Perjalanan.