Chereads / Yeyen dan Dunia PUBG / Chapter 5 - Putri Malu di Dunia Nyata

Chapter 5 - Putri Malu di Dunia Nyata

Keesokan harinya, Yeyen berjalan menuju ke kelas seperti biasa.

Namun, kali ini ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

Suara-suara di voice chat tadi malam…

Kenapa terdengar tidak asing?

Di dalam kelas, dia mulai mencari-cari tanpa sadar.

Mencocokkan suara dalam pikirannya dengan wajah teman-temannya.

Sampai akhirnya…

Telinganya menangkap percakapan dari sudut kelas.

"Gila, yang semalam tuh siapa, sih? GG banget sumpah," suara itu terdengar santai, penuh semangat.

Gema.

Lalu yang lain menimpali, "Iya, si Putri Malu itu. Masa baru seminggu main tapi udah bisa lempar molotov pas banget ke musuh?"

Andre.

Dan terakhir, suara yang paling familiar… "Tapi dia beneran nggak mau kasih tahu dia dari mana, ya?"

Dendi.

Mata Yeyen membesar.

Jadi… mereka?

Mereka bertiga yang bermain dengannya tadi malam.

Teman sekelasnya sendiri.

Yeyen menundukkan wajahnya. Merasa malu.

Dia tidak akrab dengan Dendi, Andre, atau Gema.

Selama ini, mereka hanya teman sekelas, hanya sekadar saling tahu nama.

Tapi mereka sama sekali tidak mengenali suaranya di voice chat tadi malam.

Yeyen tetap diam, mendengarkan.

Gema menepuk bahu Andre.

"Eh, lu coba cek lagi. Dia udah accept friend request kita belum?"

Andre menggeleng. "Belum. Dia malah langsung keluar dari game."

Gema mendesah. "Duh, jangan-jangan dia nggak mau temenan sama kita? Atau… dia itu bocil?"

Dendi tertawa. "Bisa jadi. Tapi feeling gue sih, dia seumuran kita. Dia bahkan mainnya di server yang sama."

Yeyen merasakan jantungnya berdebar.

"Jadi, kita bakal ketemu dia lagi nggak?" tanya Andre.

"Ya, kalau dia mau mabar lagi, sih," jawab Dendi santai. "Kita kan nggak tahu siapa dia, apalagi ketemu di real life."

Yeyen menahan senyum.

Oh, kalian nggak tahu? Aku cuma duduk lima meter dari kalian.

Percakapan mereka berlanjut, tapi Yeyen sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Seharusnya dia tidak perlu khawatir.

Mereka bertiga tidak curiga sedikit pun kalau dirinya adalah Putri Malu.

Mereka menganggapnya sebagai pemain random di internet, yang juga kebetulan satu kota.

Tapi…

Kenapa Yeyen merasa perasaannya jadi campur aduk?

Bagian dari dirinya ingin tetap diam dan membiarkan ini tetap menjadi rahasianya.

Tapi bagian lain…

Sedikit penasaran.

Apa yang akan terjadi kalau mereka tahu siapa dirinya sebenarnya?

Saat jam istirahat, Yeyen melangkah keluar kelas.

Tujuannya jelas.

Dia ingin menemui Nike, teman akrabnya di kelas sebelah.

Nike suka main game.

Jadi, mungkin saja dia tertarik bermain PUBG juga.

Saat sampai di depan kelas Nike, Yeyen melongok ke dalam.

Nike duduk santai di bangkunya, sedang terlihat asyik menonton film di laptop bersama teman-temannya.

Tanpa ragu, Yeyen langsung menghampiri dan duduk di kursi kosong di depannya.

"Nike."

Nike mendongak, lalu tersenyum. "Eh, Yeyen! Ada apa?"

"Mau nanya sesuatu."

"Apa?"

Yeyen menarik napas.

"Mau nggak main PUBG bareng aku?"

Nike menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Hah? Kamu main PUBG?"

Yeyen mengangguk santai. "Baru seminggu. Aku pengen ngajak kamu."

Nike menyipitkan mata curiga. "Jangan-jangan kamu udah jago?"

Yeyen terkekeh pelan.

"Nggak juga."

Nike berpikir sebentar. "Hmm, aku nggak keberatan sih. Cuma, aku udah lama nggak main battle royale. Takut jadi beban."

Yeyen tersenyum tipis.

"Nggak masalah. Aku juga masih belajar."

Nike mengangguk. "Oke, aku bakal download lagi nanti."

Sukses!

Tapi Yeyen belum selesai.

Dia punya satu pertanyaan lagi.

"Nike, kamu tahu klub E-Sport sekolah, kan?"

Nike mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Aku tertarik pengen gabung."

Nike terdiam sesaat, lalu menaikkan alis. "Serius?"

"Iya."

Nike menatapnya penuh arti. "Kamu yakin? Klub itu isinya anak-anak jago semua, lho."

Yeyen mengangkat bahu santai.

"Justru itu. Aku pengen belajar dari mereka."

Nike terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Yeyen hanya tersenyum kecil.

"Jadi, mau ikut aku ke sana?"

Nike menghela napas lalu mengangguk. "Oke, kita lihat-lihat dulu. Aku juga penasaran."

Yeyen puas.

Hari ini, langkahnya semakin dekat untuk menjadi lebih baik di game.

Ruangan klub E-Sport terletak di lantai dua gedung sekolah.

Yeyen berjalan dengan langkah cepat, penuh semangat.

Sementara itu, Nike hanya mengikuti dari belakang, agak ragu.

"Nike, ayo cepet!" Yeyen menoleh ke belakang, matanya berbinar penuh semangat.

Nike menghela napas. "Kenapa sih, harus buru-buru?"

"Karena kita bakal bikin tim cewek sendiri!" ujar Yeyen penuh percaya diri.

Nike terdiam. "Hah? Tim cewek?"

"Iya! Pasti seru, kan?"

Nike mengerutkan kening. "Tapi kita baru daftar, Yen. Kok langsung mikir bikin tim?"

"Justru itu! Kita harus gerak cepat. Siapa tahu udah ada tim cewek lain, kan?"

Nike hanya bisa pasrah mengikuti Yeyen.

Mereka tiba di depan ruangan klub E-Sport.

Namun, begitu sampai di depan ruangan klub, mereka berhenti mendadak.

Pintu tertutup rapat.

Yeyen mencoba mendorong pintu, tapi terkunci.

"Eh? Kok tutup?" gumamnya, bingung.

Nike menyilangkan tangan. "Mungkin lagi kosong?"

Yeyen mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawaban.

Dia mengernyit, berpikir sejenak. "Kalau gini, gimana kita daftar?"

Nike menarik napas panjang. "Kita cari Pak Silas aja di ruang guru."

Yeyen langsung mengangguk. "Iya! Ayo, cepat!"

Mereka bergegas menuju kantor guru.

Beruntung, begitu mereka sampai, Pak Silas sedang duduk di meja kerjanya.

Yeyen mendekati beliau dengan penuh semangat.

"Permisi, pak Silas." panggilnya.

Pak Silas menoleh dan tersenyum. "Oh, kalian ada perlu apa?"

"Kami mau daftar klub E-Sport, Pak! Tapi ruangannya tutup." ujar Yeyen.

Pak Silas mengangguk paham. "Ah, iya. Hari ini memang sedang tidak ada pertemuan klub. Tapi kalian bisa daftar lewat saya langsung."

Nike menghela napas lega. "Syukurlah."

Pak Silas mengambil beberapa formulir dari lacinya dan menyerahkannya pada mereka.

"Isi ini dulu. Kalau sudah, kalian resmi jadi anggota."

Yeyen segera mengambil formulir dan mulai menulis dengan semangat.

Sambil mengisi, dia bertanya penuh rasa ingin tahu.

"Pak, di klub ini ada tim cewek nggak?"

Pak Silas mengangkat alis. "Saat ini? Belum ada."

Yeyen terkejut. "Oh? Sungguh?"

Pak Silas tertawa kecil. "Ada dua murid perempuan yang sudah gabung. Cindy dari kelas 11e dan Unsai dari kelas 11a. Tapi mereka belum punya tim sendiri."

Unsai?

Memang dia satu kelas dengan Unsai, tapi mereka jarang berbicara.

Nike melirik Yeyen. "Eh, kalau Unsai teman sekelasmu, ajak dia, dong."

Yeyen mengangguk penuh semangat. "Pasti!"

Pak Silas tertawa kecil.

"Kalau kalian bisa mengumpulkan minimal empat anggota, saya akan mempertimbangkan tim murid perempuan ini jadi resmi."

Yeyen mengepalkan tangan. "Siap, Pak! Kami bakal cari anggota lain!"

Nike tertawa kecil. "Kayaknya aku nggak bisa kabur dari rencana ini, ya?"

Yeyen tertawa kecil. "Nggak bisa, dong!"

Setelah formulir mereka selesai, Pak Silas menerima dan menyimpannya.

"Selamat datang di klub E-Sport. Semoga kalian bisa berkembang dan bersenang-senang di sini."

Yeyen tersenyum lebar. "Terima kasih, Pak!"

Sekarang, misi berikutnya adalah membentuk tim cewek pertama di klub E-sport!