Chereads / The trash of Nestern / Chapter 5 - Bab 4:Noerd Vs Seno Merdis(Remake)

Chapter 5 - Bab 4:Noerd Vs Seno Merdis(Remake)

Kekhawatiran Noerd

Sudah sembilan hari sejak terakhir kali Eryssa mengirim surat ke mansion.

Sebenarnya, aku tak terlalu peduli... tapi bagaimanapun juga, dia tetap adikku. Jika sesuatu terjadi padanya, aku tidak akan bisa diam saja.

'Kalau aku melapor ke Kak Reinhilde, dia pun tak bisa berbuat banyak. Perang pertamanya sebagai ksatria kerajaan akan dimulai empat hari lagi...'

Aku menghela napas.

'Sudahlah, lebih baik aku melanjutkan latihan bersama Garrick dulu.'

---

Tiga Hari Kemudian

Malam itu, aku kembali ke tempat latihan seperti biasa. Udara dingin menusuk kulit, dan hanya cahaya bulan yang menerangi sekeliling.

"Oi! Pak tua! Dimana kau?!" seruku, mencari sosok Garrick di kegelapan.

Tiba-tiba—

PLUNG!

Sebuah suara percikan air terdengar. Aku menoleh ke arah sumber suara.

"Air? Jangan-jangan—"

WHUSHH!

TAGGHK!

Sebuah serangan mendadak datang dari atas! Aku nyaris saja terkena serangan itu, untungnya aku berhasil menangkis dengan pedang kayuku.

Aku mundur beberapa langkah dan menatap Garrick yang kini berdiri di depanku, pedang kayunya masih terangkat.

"Oi! Kau ingin membunuhku?!" protesku.

Namun sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatku—

WHUSHH!

Sebuah tebasan ke atas mengarah kepadaku.

"Tu-Tunggu—"

HEPP!

Aku melompat ke belakang tepat waktu, menghindari serangan itu.

'Jadi ini latihan malam ini? Baiklah! Aku juga akan mulai serius!'

Aku menggenggam pedang kayuku lebih erat dan memasang kuda-kuda.

---

Hari ke-14: Keputusan Noerd

Malam itu, aku kembali kalah.

Ya... lagi-lagi aku kalah.

Tapi bukan itu yang membuatku gelisah. Sudah empat belas hari sejak terakhir kali Eryssa mengirim surat.

Aku tidak bisa menunggu lebih lama.

"Aku harus mencarinya."

Tapi... kemana?

Aku berpikir sejenak, lalu sebuah kemungkinan terlintas di kepalaku.

"Dark Elf..."

Mereka sering dikaitkan dengan penculikan. Jika dugaanku benar, maka Eryssa pasti ada di sana.

Aku mengencangkan genggamanku.

"Baiklah, aku akan memastikan sendiri."

Tanpa pikir panjang, aku segera meninggalkan mansion dan bergegas menuju Istana Dark Elf.

---

Di Medan Perang...

"SEMUANYA! SERANG!"

Suara kapten pasukan menggema di tengah hiruk-pikuk medan perang.

"HAAAAAAAAAAAAH!"

Reinhilde berada di garis depan, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan mengerikan.

WHUSHH!

Dengan satu tebasan, ia membelah musuhnya menjadi dua.

Darah mengotori tanah. Jeritan terdengar di mana-mana.

Namun Reinhilde tetap maju tanpa ragu.

---

Di Istana Dark Elf

Aku akhirnya tiba di hutan yang mengelilingi Istana Dark Elf—sebuah padang luas yang tetap dipenuhi pepohonan tinggi.

"Huft~ akhirnya sampai juga."

Perjalanan tadi memakan waktu sekitar empat puluh menit menggunakan Accel, dan sekarang manaku hampir habis.

"Baiklah, saatnya masuk!"

Aku menarik tudung jubahku untuk menyembunyikan wajahku sebelum menyelinap masuk.

---

Di Dalam Istana Dark Elf...

"UGH— AKH—!!"

Suara jeritan menggema di dalam ruangan gelap.

Di sana, seorang gadis muda terikat dengan rantai, tubuhnya penuh luka lebam.

Eryssa.

Di depannya berdiri seorang pria berambut panjang keperakan, tersenyum kejam.

Drei Almosh, pemimpin Dark Elf.

"Oi, oi, mana semangatmu tadi, Eryssa~?" katanya dengan nada mengejek.

Eryssa mendongak, matanya penuh kebencian.

"Sialan kau! Kau akan membayar semua ini!" bentaknya.

Drei tertawa kecil, lalu membungkuk dan menatapnya lebih dekat.

"Kakakmu sedang sibuk berperang, bukan?" bisiknya. "Aku bisa saja mengirim pasukanku untuk membunuhnya terlebih dahulu~."

Tatapan Eryssa mengeras.

PTUH!

Ia meludahi rambut panjang Drei.

Tawa pria itu langsung menghilang.

"Kau berani...?"

Drei mencengkeram palu besi di tangannya.

"Baiklah, aku sendiri yang akan menyiksamu!"

Namun, sebelum ia bisa mengayunkan palu—

PUGG!!

Sebuah pukulan telak menghantam perutnya.

"UAGH—!!"

Drei terhuyung mundur, matanya melebar karena terkejut.

BRAK!!

Tubuhnya terpental keras ke dinding.

"Huh...? Apa yang—"

Sebelum ia bisa memahami apa yang terjadi, WHUSSH!

Sebuah pedang melesat ke arah kepalanya!

TRANGG!!

Serangan itu berhasil ditahan—oleh pedang lain.

Seseorang berdiri di antara kami.

Seno Merdis.

Seorang ksatria terkenal dengan julukan "Anjing Berdarah", yang pernah membantai satu organisasi sendirian.

"Siapa kau?" tanyanya dengan suara dingin.

Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum miring.

"Hah? Aku?"

Aku menarik tudungku, memperlihatkan wajahku.

"Aku hanya sampah keluarga Nestern."

"Hah?! Kak Noerd!?" teriak Eryssa, terkejut.

Aku meliriknya dan tersenyum.

"Iya, ini aku. Lama tak bertemu, Eryssa."

Namun senyumku malah terlihat mengerikan, membuat semua orang di ruangan itu bergidik.

"Kak... kenapa kau datang ke sini?" tanya Eryssa dengan bingung. "Kau kan malas..."

Aku menghela napas.

"Sudahlah diam, kalau kau bicara lagi, aku tidak akan menyelamatkanmu," balasku, kesal.

Seno menatapku.

"Sudah selesai reuni-nya?" tanyanya.

Aku menyesuaikan genggamanku pada pedang kayu.

"Ya. Terima kasih sudah menunggu."

WHUSHH!

Aku berlari ke arah Seno dan mengayunkan pedangku ke atas.

HEPP!

Seno melompat ke belakang, menghindar dengan gesit.

Aku langsung melanjutkan dengan tebasan ke bawah.

TRANGG!

Pedang kami beradu.

'Sial, dia kuat!'

Seno menyerang balik dengan kecepatan luar biasa.

WHUSHH!

Aku menangkis dengan susah payah.

'Kalau terus seperti ini, staminaku akan habis!'

Seno menyadari pergerakanku yang melambat dan tersenyum.

WHUSHH!

Ia menusukkan pedangnya ke perutku.

"AGHHK!!"

Darah mengalir dari lukaku.

"KAKAK!!" teriak Eryssa panik.

Aku menggertakkan gigi.

Aku... tidak bisa kalah.

"Menyerah? Tidak ada dalam kamusku saat ini!"

Tiba-tiba—

Mataku berubah putih, pupilku menghilang. Nafasku berat, tetapi tubuhku masih bergerak.

Seno mundur, terkejut.

"Apa...?!"

Aku mengangkat pedangku—

WHUSSH!!

Dan menusukkannya ke dadanya.

"AGKHH—!!"

Seno terjatuh, tubuhnya tak bergerak.

Namun, seiring dengan kematiannya...

Aku pun jatuh ke tanah, kehilangan kesadaran.