Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Anomali Takdir: Mereka yang Tak Seharusnya Ada

Cocusias_Waner
--
chs / week
--
NOT RATINGS
196
Views
Synopsis
Dunia ini berjalan seperti biasa... setidaknya, itulah yang selalu dia pikirkan. Raka, seorang siswa SMA biasa, hidup dengan perasaan hampa—seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupnya, sesuatu yang dia tidak bisa ingat. Tapi di balik keseharian yang membosankan itu, realitas yang lebih besar sedang menunggu untuk mengungkapkan dirinya. Sebuah anomali ruang-waktu mengguncang dunia, menghadirkan 29 gadis yang seharusnya tidak pernah ada. Mereka berasal dari berbagai era dan dimensi, masing-masing membawa kekuatan luar biasa yang bisa mengubah hukum realitas itu sendiri. Namun, keberadaan mereka juga menjadi ancaman terbesar bagi dunia—dan organisasi rahasia di balik layar mulai bergerak untuk mengendalikan atau memusnahkan mereka. Saat Raka bertemu Aurelia, gadis pertama dari anomali tersebut, dia tanpa sadar mengikatkan takdirnya dengannya. Namun, satu per satu kebenaran tentang dunia, waktu, dan dirinya sendiri mulai terungkap. Kenapa hanya dia yang bisa menstabilkan keberadaan para gadis itu? Kenapa setiap kali dia menggunakan kekuatan mereka, dia merasakan luka dan trauma mereka? Dan yang paling penting... siapa dia sebenarnya? Di tengah pertempuran melawan organisasi rahasia, negara-negara besar, dan batas waktu dunia, Raka dihadapkan pada pilihan yang mustahil. Menikahi mereka semua... atau menyaksikan dunia hancur. Dan ketika semua ini berakhir, satu pertanyaan tetap menghantui: Apakah mereka benar-benar masih hidup?
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog: Bisikan dari Masa Lalu

Kriiiinggg—

Suara bel sekolah menggema di seluruh ruangan. Matahari sore yang menyusup melalui jendela mulai meredup, menggantikan cahaya lampu kelas yang perlahan menyala. Suasana gaduh mulai terdengar ketika murid-murid berkemas, beberapa bercanda, beberapa mengeluh soal tugas yang harus dikumpulkan besok.

Aku?

Aku hanya duduk di bangkuku, menatap kosong ke luar jendela.

Hari ini terasa seperti hari-hari biasa. Pulang sekolah, PR menumpuk, dan rutinitas yang membosankan. Tapi ada sesuatu yang aneh… seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku.

Sesuatu yang tidak bisa kuingat.

"...Oi."

Sebuah suara mengusik lamunanku. Aku mengalihkan pandangan dan melihat seorang cowok berdiri di samping mejaku, tangannya terlipat dengan ekspresi sedikit sebal.

"Kau melamun lagi, huh?" katanya.

Aku menghela napas. "Hanya sedikit."

"'Sedikit' katamu? Dari tadi kau cuma diam sambil menatap jendela kayak tokoh utama anime yang penuh trauma."

"Memangnya aku terlihat sekeren itu?" tanyaku santai.

Dia mengangkat alis. "Lebih seperti orang bodoh yang kepikiran hal aneh."

Aku terkekeh pelan. "Kau nggak salah juga."

Namanya Shinichi, teman sejak SMP sekaligus satu-satunya orang yang tahan dengan semua keanehanku. Di saat orang lain sibuk membahas tugas atau pacaran, aku malah terjebak dengan perasaan aneh yang sulit dijelaskan.

Aku menatap langit di luar jendela. Warna jingga keemasan menyelimuti gedung-gedung, menciptakan suasana yang tenang... namun entah kenapa, hatiku terasa kosong.

Shinichi tampaknya memperhatikanku cukup lama sebelum akhirnya membuka mulut.

"Kau serius, kan? Kau ini udah kayak orang yang kehilangan sesuatu. Atau mungkin... seseorang?"

Aku mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"

"Aku juga nggak tahu, tapi..." dia mengangkat bahu. "Perasaan kayak ada yang hilang, tapi kau sendiri nggak tahu apa itu—itu sering terjadi kalau kau pernah melupakan sesuatu yang penting."

Sesuatu yang penting...?

Aku menutup mata. Seketika, dunia di sekelilingku terasa meredup.

Dan lalu, aku melihatnya.

Seorang gadis berdiri di hadapanku.

Rambutnya panjang, berayun lembut seperti kabut yang tertiup angin. Matanya menatapku dengan ekspresi yang sulit dijelaskan—kesedihan? Kerinduan? Atau... harapan?

Aku tidak tahu siapa dia.

Tapi tubuhku bergerak sendiri. Aku mengulurkan tangan, ingin menggenggam jemarinya yang terlihat begitu rapuh.

Namun saat jari-jariku hampir menyentuhnya—

"Oi! Bangun!"

Sebuah suara keras menghantam kesadaranku. Mataku terbuka lebar, dan aku melihat wajah Shinichi yang kini berdiri di depanku dengan ekspresi frustrasi.

Aku mengerjap. "Hah?"

"Apa kau ketiduran sambil berdiri? Kau tiba-tiba diem aja kayak patung!"

Aku mengusap wajahku, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Itu bukan mimpi biasa. Itu... terasa nyata.

Aku mengalihkan pandangan ke luar jendela sekali lagi. Langit mulai gelap, matahari hampir tenggelam di balik cakrawala.

Siapa dia?

Dan kenapa aku merasa seperti aku sudah mengenalnya sejak lama...?