Berita tentang kelahiran tuan muda keluarga Yun telah lama menyebar, tetapi hanya sedikit orang luar yang pernah melihatnya secara langsung. Kini, semua mata tertuju pada satu sosok.
Seorang pemuda berdiri, rambut hitam panjangnya berkibar ringan, dan jubah hitam berhias corak naga emas membungkus tubuhnya dengan megah.
Yun Xiao.
Tubuh suci yang selama dua belas tahun tidak menunjukkan dirinya, kini muncul dengan penuh dominasi dan langsung mengeksekusi seseorang tanpa ragu.
Betapa banyak orang yang memiliki keberanian seperti itu?
Para ahli yang hadir menatapnya dengan ekspresi berbeda. Ada yang kagum, ada yang khawatir, dan tentu saja, ada yang marah.
Para tetua Sekte Api Nirvana tampak marah, wajah mereka mengeras melihat jenius sekte mereka tewas begitu saja di depan mata mereka. Namun, mereka tidak bodoh. Jika mereka bergerak sembarangan, konsekuensinya bisa berujung pada kehancuran sekte mereka sendiri.
Yun Xiao hanya tersenyum tipis melihat mereka tetap diam. Kini dia semakin memahami betapa besar pengaruh keluarganya.
Tanpa berkata-kata lagi, Yun Xiao berbalik dan berjalan pergi dengan tenang. Langkahnya ringan, tetapi setiap gerakannya seolah membawa tekanan tak terlihat.
Di belakangnya, para anggota keluarga Yun langsung mengikuti.
"Saya mendengar Tuan Muda sedang dalam perjalanan pelatihan, tidak menyangka akan bertemu dengan Anda di sini," kata Yun Lingxuan, seorang perempuan berbakat dari keluarga Yun yang kini berjalan di samping Yun Xiao.
Yun Xiao melirik sekilas. Dia memang belum pernah bertemu langsung dengan Yun Lingxuan, tetapi namanya bukanlah nama asing baginya. Sebagai salah satu jenius keluarga Yun, dia cukup dikenal.
"Tidak ada tetua yang menemani kalian?" tanya Yun Xiao.
"Tidak ada," jawab Yun Lingxuan jujur.
Ternyata mereka datang ke kota ini setelah mendengar keberadaan sebuah alam rahasia yang dikabarkan menyimpan warisan seorang ahli kuat dari zaman kuno. Namun, mereka tidak menyangka banyak kekuatan besar lain juga tertarik dengan tempat itu.
Yun Xiao mengangguk paham. "Jadi begitu."
Setelah berjalan cukup jauh, dia berhenti. "Kita berpisah di sini."
Yun Lingxuan tampak terkejut. "Kenapa, Tuan Muda?"
"Aku tidak tertarik dengan alam rahasia itu. Kalian pergi saja," kata Yun Xiao santai.
Yun Lingxuan berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, setidaknya izinkan saya ikut dengan Anda."
Yun Xiao menatapnya sebentar. Sepertinya sulit untuk menolak.
"Baiklah, tapi hanya kau saja," ucapnya akhirnya.
Yang lain tampak kecewa, tetapi Yun Xiao mengeluarkan beberapa botol ramuan dan memberikannya kepada mereka.
"Gunakan ini dengan baik di alam rahasia nanti," katanya sebelum berbalik dan pergi.
Yun Lingxuan langsung mengikuti di belakangnya.
Beberapa hari kemudian, mereka tiba di sebuah kota yang jauh lebih besar dari sebelumnya.
"Ibu Kota Dinasti Panwu," gumam Yun Lingxuan. Dia mengenali tempat ini, tetapi tidak tahu mengapa Yun Xiao datang ke sini.
Namun, dia tidak bertanya. Dia hanya mengikuti Yun Xiao yang menghabiskan satu hari penuh hanya untuk berjalan-jalan tanpa tujuan jelas.
Keesokan harinya, Yun Xiao meninggalkan kota begitu saja.
Yun Lingxuan semakin tidak mengerti jalan pikirannya.
Mereka terus bergerak, hingga akhirnya tiba di sebuah hutan luas. Aura pertempuran terasa di berbagai penjuru, tetapi Yun Xiao tidak memperdulikannya.
Selama tidak ada yang mengganggunya, dia juga tidak akan mengambil tindakan apa pun.
Hingga akhirnya, di tengah perjalanan, mereka tiba di depan sebuah gua yang gelap dan sunyi.
Yun Xiao tidak tahu apa yang ada di dalamnya, tetapi ada sesuatu yang menariknya ke sana.
Tanpa ragu, dia melangkah masuk.
Begitu melewati pintu masuk, cahaya menyilaukan tiba-tiba memenuhi pandangan mereka. Yun Xiao refleks memejamkan mata.
Saat dia membukanya kembali, dia tidak lagi berada di dalam gua.
Apa yang terbentang di hadapannya adalah dataran luas yang hancur. Langit gelap, tanah retak, dan di mana-mana ada sisa-sisa reruntuhan yang telah lama terkubur waktu.
"Ini buruk, Tuan Muda," kata Yun Lingxuan dengan suara tegang. "Sepertinya kita berada di dunia yang hancur."
Yun Xiao mengamati sekelilingnya. Dia bisa merasakan kekacauan hukum dunia ini, seolah-olah aturan alam telah rusak. Bahkan energi spiritual di udara terasa tidak stabil.
"Skala pertempuran di tempat ini pasti sangat besar," katanya tenang.
Berbeda dengan Yun Xiao yang tetap tenang, Yun Lingxuan tampak gelisah. Bukan karena kondisi dunia ini, tetapi karena mereka tidak tahu di mana mereka berada.
Jika mereka tidak bisa menemukan jalan keluar, mereka mungkin akan terjebak selamanya.
Namun, Yun Xiao tidak mempermasalahkannya. Dia tetap berjalan ke depan tanpa ragu.
Mereka berjalan cukup lama tanpa bertemu satu orang pun, sampai akhirnya mereka mencapai sebuah perbatasan.
Di depan mereka terbentang dataran es yang luas.
Udara yang awalnya hanya dingin, kini berubah menjadi menusuk tulang.
Jauh di depan, sebuah gunung es besar menjulang tinggi. Jarak mereka masih sangat jauh, tetapi gunung itu terasa begitu dekat, seakan-akan mendominasi seluruh cakrawala.
"Tuan Muda, kita tidak bisa pergi lebih jauh," Yun Lingxuan memperingatkan.
Yun Xiao juga sadar akan bahaya itu. Bahkan dengan kekuatannya, hawa dingin ini mulai mempengaruhinya.
Namun, sebelum mereka bisa mengambil keputusan, sebuah suara terdengar dari belakang.
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Yun Xiao dan Yun Lingxuan langsung berbalik.
Tanpa mereka sadari, seorang wanita berdiri di belakang mereka.
Keberadaannya begitu sunyi, tanpa aura, tetapi tekanan yang dia bawa cukup untuk membuat tubuh mereka terasa seolah-olah dibekukan.
Yun Xiao mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melihat ke belakang.
Dia melihat seorang wanita berambut perak panjang, dengan mata hijau sebening giok.
Dia sangat cantik. Namun, lebih dari sekadar kecantikan, kehadirannya terasa agung, seolah-olah dia adalah bagian dari dunia itu sendiri.
Tatapan wanita itu jatuh pada Yun Xiao.
"Tubuh suci," gumamnya, suaranya tenang tanpa emosi.
Kemudian, tanpa peringatan, dia menggerakkan jarinya.
Sebuah token keluar dari saku Yun Xiao dan melayang ke tangannya.
Mata wanita itu sedikit menyipit saat membaca tulisan pada token itu.
"Istana Kaisar…" dia berbisik. Kemudian, setelah beberapa saat hening, dia menatap Yun Xiao dengan dalam.
"Luo Luoshi…"
Dia terdiam beberapa detik sebelum bertanya, "Kau putra Luoshi?"