Angin gunung berembus kencang, membawa serta butiran salju yang menusuk tulang. Di puncak Tebing Langit Terbelah, seorang pria muda berlumuran darah berdiri dengan pedang retak di genggamannya. Tatapannya tajam, namun tubuhnya gemetar.
"Zhang Rui... kau benar-benar mengkhianatiku," gumamnya, darah merembes dari luka di dadanya.
Di hadapannya, berdiri puluhan murid dari Sekte Langit Abadi, dipimpin oleh Zhang Rui, sahabat sekaligus saudara seperguruannya.
"Maaf, Li Wei," ujar Zhang Rui dengan nada datar. "Aku tak punya pilihan. Jika kau mati, aku akan menjadi pewaris utama sekte."
Li Wei tertawa getir. "Jadi selama ini persaudaraan kita hanya kepalsuan belaka? Aku mempercayaimu dengan seluruh hidupku... dan kau menikamku dari belakang."
Zhang Rui mengangkat pedangnya. "Hanya yang kuat yang bertahan di dunia ini. Kau terlalu naif."
Dengan satu serangan telak, tubuh Li Wei terpental ke belakang, jatuh ke dalam jurang tanpa dasar. Rasa sakit memenuhi seluruh tubuhnya sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.
Saat ia membuka mata, Li Wei mendapati dirinya berbaring di sebuah kamar yang sangat familiar. Cahaya lilin berkedip lembut, menerangi ruangan kayu kecil yang penuh dengan kitab-kitab tua dan senjata latihan.
"Ini... kamarku di Sekte Awan Putih?" gumamnya.
Ia bangkit dengan cepat dan berlari menuju cermin perunggu di sudut ruangan. Wajah yang ia lihat adalah wajahnya saat masih berusia delapan belas tahun, tanpa bekas luka pertempuran dan penderitaan yang ia alami.
"Aku kembali ke masa lalu?" pikirnya dengan takjub.
Saat kesadaran itu menyentaknya, Li Wei mengepalkan tinjunya. Dendam yang membara dalam hatinya kini memiliki jalan untuk dituntaskan. Ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Zhang Rui, Sekte Langit Abadi, dan semua pengkhianat lainnya... mereka semua akan membayar harga yang setimpal.
Namun kali ini, ia tidak akan terburu-buru. Ia akan membangun kekuatan dari awal, merencanakan dengan matang, dan memastikan kemenangan mutlak.
"Aku tidak akan menjadi bidak dalam permainan orang lain lagi," bisiknya.
Dengan tekad yang lebih kuat dari baja, Li Wei mulai merencanakan jalannya menuju puncak dunia kultivasi.