Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Lord of The Inevitability

_Mr_Clown
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
184
Views
Synopsis
Dunia benar benar penuh dengan misteri. Avon Resha pria yang misterius mengaku mengejar puncak dari segalanya, menebar teror ke seluruh dunia. Kabut gelap yang menutup sejarah kelam di masa lalu kian memberikan pengaruhnya di zaman sekarang. Mari kita lihat, pengaruh apa yang akan di berikan. Lalu langkah apa yang akan di ambil Avon Resha untuk mencapai tujuannya?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Avon Resha

"Cepat!"

Ada banyak petugas dengan mengenakan seragam petugas berwarna hitam.

"Lapor, keadaan mayat sudah benar benar parah, dan seluruh orang di lantai 3 sudah benar benar mati, tak ada yang tersisa!"

"APA!?"

Seorang pria paruh bayar rambut hitam berantakan dengan kacamata yang sudah retak di lensanya, dan baju yang tercabik cabik. Walaupun pakaiannya mewah dan terbilang sangat bagus, wajar untuk seorang bangsawan.

"Tidak mungkin! Apa para petugas belum bisa menangkapnya?!"

Bam!

Dia menggebrak meja, ekspresinya sangat sangat jelek ketika dia marah.

"PEMBUNUH SIALA-"

Sebuah kartu menancap di tenggorokannya. Itu adalah kartu joker. Namun sebenarnya itu adalah kartu tarot The Fool, badut menyeramkan dengan senyum lembut namun membawa kepala manusia di tangannya. Saat dia sadar bahwa suaranya tidak keluar lagi, darah muncrat dari sela sela tancapan kartu tersebut.

Seseorang dengan jas formal hitam, dan kemeja putih, lalu kulit putih pucat, tinggi pria itu 200cm dengan Oni Mask berwarna biru bercampur keemasan, taring putihnya panjang seolah tersenyum namun ekspresinya serius sekaligus merendahkan, matanya berwarna merah dan kedua tanduknya menjulang tinggi seperti iblis. Celananya mengikuti jas formalnya berwarna hitam, dan sepatu hitam.

"Kamu sebenarnya..."

Pria itu terjatuh.

Lalu seorang wanita muncul dari belakang. Rambutnya pirang bergelombang indah, wajahnya sangat cantik, kulitnya putih, senyumannya sangat hangat dan menenangkan, matanya yang berwarna hijau seperti zamurd menatap segalanya secara lembut. Dia mengenakan gaun mewah, dia memang bagian dari bangsawan. Gaun hijau dengan ornamen dan aksesori yang minim, namun dia tetap cantik.

"Semuanya sudah di selesaikan, apakah kamu ingin melanjutkan nya?"

Suara lembut wanita itu membuatnya menoleh sambil mengocok kartu tarot di tangannya dan berbicara dengan suara serak.

"Ya, tak perlu terburu buru. Jika semuanya di habisi maka semuanya akan melenceng dari rencana sebelumnya, sisakan beberapa. Dapatkan beberapa tawanan dan budak, buat mereka bekerja dengan organisasi. Aku cukup lelah hari ini."

Wanita itu tersenyum lembut, namun senyuman itu lebih mengarah pada kesedihan.

"Tak perlu melibatkan anak anak tak bersalah..."

Pria bertopeng itu berjalan ke arah wanita itu dan melewatinya sambil meninggalkan pesan seblum akhirnya keberadaan nya hilang entah bagaimana.

"Tak perlu menahan diri, ini juga demi tujuanku."

Setelah mendengar pesan itu wanita itu menghela nafas berat dengan senyumannya yang berubah menjadi senyum masam.

Beberapa orang berjubah hitam muncul di belakang wanita bergaun hijau cantik tersebut, mereka rata rata seorang wanita.

"Nyonya, segera tinggalkan tempat ini, kami sudah membakar lantai satu."

Wanita cantik itu hanya mengangguk sebelum matanya berubah tajam, menyala keemasan ddngan pupil vertikal seperti naga.

Lalu dia menghilang.

...

Saat berada di kamarnya wanita itu tampak meraga sebuah tongkat, ya dia adalah seorang tunanetra, walaupun cantik, matanya seperti zamurd dia masih punya kekurangan, yaitu pengelihatan.

Akan tetapi, berkat indra tubuhnya yang sangat luar biasa, dia mampu mengetahui bahwa ada seseorang atau tidak jika seseorang diam diam menemuinya.

Terlebih dengan kekuatannya, dia sementara bisa melihat walaupun dalam pengelihatan sensor kehidupan atau sensor panas.

"Aku penasaran, nyonya, mengapa anda memutuskan untuk bekerja untuk penjahat keji yang di cari seluruh dunia itu? Apa yang membuatnya begitu spesial hingga anda begitu patuh dan menurutinya?"

Pelayan wanita bernama Abelia bertanya dengan tatapan yang mengasihani sosok cantik di depannya.

Pelayan itu punya wajah yang biasa saja, punya watak yang dingin namun dia sangat mendengarkan wanita di depannya, wanita pelayan ini memakai pakaian maid.

Mendengar pertanyaan pelayan itu, wanita yang cantik merupakan tunanetra itu berjalan ke depan mencari sofa untuk ia duduk.

Setelah itu dia tersenyum hangat.

"Kehidupan seseorang itu menarik, namun kamu harus sadar bahwa tak semuanya menarik, ada hal yang tak bisa kamu anggap menarik, kehidupan pribadi seseorang bersifat sensitif. Aku punya alasan ku sendiri, aku di berkahi kekuatan ini untuk membantu orang orang, namun aku sadar, tidak semua orang itu baik."

Abelia masih menatapnya dengan tatapan tanda tanya. Lalu wanita cantik di depannya tertawa lembut

"Hehe.. Kamu tak perlu mengerti sekarang."

...

Lalu di sebuah ruangan yang seperti ruangan kerja, karpet merah di lantai lalu rak buku di dinding sebelah kanan, dan meja di tengah ruangan menghadap ke pintu, sementara di belakangnya jendela sepenuhnya, langsung menatap kota.

Seorang pria dengan usia 27 tahun datang dengan setelan jas hitam, mantel parit. Dia seperti pemburu. Namun wajahnya tampak penuh luka dengan mata kanan yang sepenuhnya putih tanpa pupil, sementara mata kirinya masih bisa melihat. Kulit orang itu putih, namun sangat kasar.

"Tuan, wilayah perbatasan sudah benar benar hilang. Ah dab aku dengar anda dan si buta itu bergerak bersama?"

"Yah, ini adalah bentuk pelampiasannya, ini adalah janjiku sejak awal kepadanya."

Pria yang duduk di atas kursi dengan di depannya di hadapkan dengan beberapa dokumen, dia melepas topeng iblis nya. Memperlihatkan wajah tampan tanpa goresan, kulitnya benar benar putih pucat. Pupil matanya benar benar gelap sepenuhnya tanpa emosi.

"Jika boleh bertanya, mengapa anda selalu mengistimewakan dia, apa ada alasannya?"

"Tak ada alasan khusus, hanya.. dia melihatku."

"Melihat.... Anda?"

"Bukankah dia buta?"

Pria dengan wajah mengerikan itu menatap bingung, lalu pria di depannya tertawa kecil.

"Memang, namun tetap saja, aku juga sejak awal mendirikan organisasi ini mengatakannya kan, bahwa perintah dia lebih mutlak daripada aku?"

"Walaupun dia sangat jarang terlihat ketika rapat."

...

Tiba tiba tv memberitakan sebuah kejadian. Tv itu di dekat rak buku menghadap dinding dekat pintu dengan sofa merah empuk di depannya.

[Pembunuhan Berantai kembali terjadi, seperti biasanya, kali ini ketua organisasi dari Fate Redemption turun tangan sendiri, jika sampai dia turun tangan maka sepertinya masalah ini begitu penting.]

Pria dengan wajah mengerikan itu sedikit terdiam mendengar berita itu. Lalu menghela nafas.

"Tuan, kapan rapat akan di selenggarakan lagi?"

"3 hari lagi. Ngomong ngomong Oriana juga akan ikut."

"Ah.. gadis buta itu."

"Baiklah, tuan aku akan undur diri dan akan menyampaikan berita ini."

Dengan itu dia keluar dari ruangan dan menutup pintu dengan sopan.

Pria yang di sebut ketua organisasi Fate Redmption memutar bangkunya, dia melihat ke belakang melihat kota kota.

"Sigh... Hidup yang melelahkan."

Dering telpon tiba tiba berbunyi membuatnya segera mengangkatnya.

Tertulis di nama itu Oriana Roselia.

[Avon, kapan kamu akan pindah?]

"Besok. Terlebih aku ingin melakukan sesuatu dengan menyamar sebagai guru di akademi."

[Jarang sekali kamu ingin menjadi guru, apa ada masalah? Jika kamu merasa lelah, datanglah ke rumah. Ayah dan ibu akan menyambutmu.]

"Hahaha... Apa paman masih diam diam menyembunyikan dalaman wanita lain di kopernya lagi?"

[Yah.. tebak saja, ibu sudah sampai menghajarnya seperti samsak. Jujur aku tak bisa apa apa.]

"Sungguh...? Aku ingin segera menyelesaikan semuanya."

Seolah tersenyum dan membaca pikiran Avon, wanita itu sedikit tertawa kecil.

[Bertahanlah... Lagipula jika bukan kita, siapa yang akan mengambil langkah untuk melalui neraka ini?]

Avon diam diam tersenyum hangat.

"Yah, kamu benar, takdir benar benar kejam.. Semuanya terjadi seakan akan itu pasti!"

Reviews