Angin pagi berembus lembut di atas ladang-ladang hijau Dewhaven. Matahari yang baru saja terbit menyoroti embun yang masih menggantung di ujung-ujung dedaunan, menciptakan kilauan yang seperti berlian kecil. Schliffen, seperti biasanya, berdiri di bawah pohon besar di dekat Eternal River, mendengarkan suara alam yang seolah berbicara kepadanya.
Namun, hari ini berbeda. Ia merasa getaran aneh di dalam tubuhnya, seolah-olah dunia di sekelilingnya tidak mengalir sebagaimana mestinya. Sejak kejadian di tepi sungai, di mana ia tanpa sengaja menghentikan waktu, perasaan ini semakin sering muncul. Ada sesuatu dalam dirinya yang beresonansi dengan ritme yang lebih besar, sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.
"Aku harus mencobanya lagi," gumamnya pelan.
Ia mengambil napas dalam, merasakan udara pagi yang masih segar memenuhi paru-parunya. Kemudian, dengan perlahan, ia mencoba memanggil kembali sensasi itu—momen di mana dunia seolah terhenti dalam genggamannya.
Zero.
Begitu pikirannya membentuk kata itu, seketika segalanya di sekelilingnya menjadi diam. Burung-burung yang sedang terbang berhenti di udara, riak sungai membeku dalam bentuk yang tak wajar, bahkan angin yang seharusnya menerpa dedaunan lenyap begitu saja. Dunia benar-benar hening.
Namun kali ini, Schliffen merasakan sesuatu yang lebih mendalam. Seakan-akan ada jalinan tak kasat mata yang menghubungkannya dengan aliran waktu itu sendiri. Dan untuk pertama kalinya, ia merasakan betapa luasnya kemungkinan yang ada di hadapannya.
Tapi ada satu masalah.
Dadanya mulai terasa sesak. Tubuhnya gemetar, dan keringat dingin membasahi dahinya. Perlahan, tekanan itu semakin kuat, seolah-olah waktu sendiri menolaknya. Dalam sekejap, dunia kembali bergerak, dan Schliffen jatuh berlutut di tanah, napasnya tersengal.
"Aku... kehabisan tenaga?"
Ia belum bisa mengendalikan kekuatannya sepenuhnya. Ia masih terlalu lemah.
Namun, sebelum ia bisa mencerna semuanya, suara langkah kaki terdengar dari arah ladang. Schliffen segera menegakkan tubuhnya, mencoba menyembunyikan kondisi lelahnya.
"Schliffen! Dari tadi aku mencarimu!"
Suara itu berasal dari Ethan, teman masa kecilnya. Ia berlari mendekatinya, napasnya sedikit tersengal.
"Ada apa?" Schliffen bertanya, berusaha bersikap biasa saja.
"Kau harus ikut ke desa sekarang! Ada seseorang yang datang dari luar!"
Schliffen mengkerutkan dahi nya. Dewhaven jarang sekali kedatangan orang asing. Desa ini terpencil, jauh dari kota-kota besar maupun rute perdagangan utama.
"Siapa dia?"
"Aku tidak tahu, tapi dia bilang ingin bertemu dengan pemuda yang memakai kain hitam di matanya."
Jantung Schliffen berdetak lebih cepat.
Bagaimana mungkin seseorang dari luar desa tahu tentang dirinya?
Dengan perasaan yang campur aduk, ia mengikuti Ethan kembali ke desa. Dalam benaknya, hanya satu pertanyaan yang menggema:
Siapa yang sedang mencarinya?