Chapter 0
Anytime, anywhere, anyone
By : Aftrmthh.
Varus, city of weaponsmith pertengahan konstelasi Taurus - 504 A.D
"A.D referred to After Disaster"
"Bangsawan keluarga roundhouse dari terranova ya?."
"Aku masih penasaran apa tujuan sebenarnya mereka datang ke varus."
Gumamnya sebelum berbalik menatap rombongan keluarga roundhouse dari bawah jembatan utama kota varus dengan tampang yang tenang dan datar seperti biasanya sebelum berjalan pergi dan menyatu dengan kerumunan di distrik bawah kota varus yang ramai dengan pejalan kaki.
"Leonhart of roundhouse, aku penasaran apa yang di rencanakan orang itu di situasi konflik seperti ini."
Perang dingin Ascalon, dimulai ketika raja vicarius Ascalon dari castamore meninggal dunia dengan cara yang tidak wajar di singgasana nya.
Tidak ada bekas luka, tanda tanda penyakit ataupun bekas sihir di tubuhnya yang membuat semua penghuni kastil castamore kebingungan akan misteri kematian sang raja yang baik hati dan di cintai serta di segani oleh semua orang di kerajaan Dawnstar.
Akibat kosongnya kepemimpinan sebagai raja agung kerajaan Dawnstar yang notabene nya adalah kerajaan terbesar setelah bencana besar Stellar Fall 500 tahun yang lalu, kelima anak dari sang raja mulai memperebutkan tahta sang ayah sebagai penguasa.
Namun di sisi lain banyak pihak yang menggunakan kesempatan ini demi keuntungan pribadi mereka dengan beberapa diantara mereka mendukung faksi dari kelima pangeran yang ada.
Dan diantara nya ada leonhart of roundhouse, bangsawan dari terranova yang memiliki koneksi bawah tanah yang cukup luas serta binis anggur yang sukses.
Akan tetapi dia secara mengejutkan mendukung pangeran Gälliard Ascalon setelah kedekatan bisnis nya dengan pangeran Vikaryon Ascalon membuat dinakimika konflik memanas di perang dingin ini.
Di tengah lamunan nya diantara kerumunan di jalan distrik bawah kota varus yang ramai secara tiba tiba ada pemuda yang tidak sengaja menabrak pundak nya ketika berjalan melewati nya.
"Maaf, Aku tidak sengaja" ucap si pemuda itu dengan sopan.
"Tidak apa apa, ini normal terjadi di distrik bawah tanah varus." Ucapnya dengan tenang namun dia menyadari kalau si pemuda ini mungkin orang baru jika di lihat dari sikap linglung nya ketika berjalan dan juga pakaian nya yang aneh dan belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Kau pasti orang baru, dari mana asalmu?"
Si pemuda itupun dengan senyum ramah membalas "yah, aku memang orang baru di sini dan aku berasal dari Terranova lebih tepatnya distrik capita de Vira."
"Dan namamu?"
"Aku, Theo" ucap si pemuda itu
"Theo... Ya?"
"Aku... Jaeqharius Adamas." ucapnya sembari menatap lurus ke mata si pemuda itu sebelum jarak diantara mereka mulai di kerumuni pejalan kaki, membuat percakapan mereka berakhir sampai disana.
"Dia berbohong."
Itulah kata yang terlintas di kepala jaeqharius setelah percakapan mereka.
Theo yang mulai kewalahan dengan keramaian pun memutuskan pergi, namun jaeqharius hanya diam di tempat nya sembari memperhatikan si pemuda yang berpakaian aneh tersebut untuk beberapa saat sebelum pergi ke arah yang berlawanan..
-Di waktu yang sama di
"Aye!"
"Anggur ku HABIS BAJINGAN!"
"Bawa lebih banyak minuman ke mejaku!"
Suara tawa orang mabuk memenuhi aula tavern yang mewah.
Sementara ada seorang pria dan pengawalnya berjalan melewati kerumunan meja setiap orang menuju lorong ruang VIP khusus ke bawah tanah.
"Kupikir ini cuman sekedar rumah bordil mewah, tuanku" ucap si pengawal.
"Hahaha... Sayang nya tempat ini memang bukan sekedar rumah bordil." Dia terdiam sejenak dan menyeringai sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi tempat ini menjadi salah satu dari banyaknya tempat berkumpulnya para kriminal papan atas." Ucapnya.
"Selamat datang, tuan kelvin of roundhouse" ucap salah satu dari penjaga pintu ruangan vip yang kemudian membukakan pintu masuk.
"Nikmati waktu anda, tuan kelvin."
Ketika memasuki ruangan rapat, kelvin terkejut karena ruang rapat nya sepi.
Kemudian dia mendekati kursi sang pemilik tavern.
Namun ketika kursi nya berbalik, alih alih menemukan sang pemilik, namun dia justru semakin terkejut ketika yang duduk di kursi pemilik tavern adalah orang lain.
Orang lain yang dia ketahui dan cukup familiar dengan nya.
Orang yang seharusnya sudah tiada.
Orang yang kematian nya dia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.
"JAEQHARIUS!" Teriaknya dengan marah sembari mengepalkan tangan nya, dan seketika pengawal yang seharusnya melindungi nya dari bahaya dengan cepat menghempaskan dan menahan kepala kelvin di meja rapat yang membuatnya semakin terkejut dan marah. "Falmore!"
"APA YANG KAU LAKUKAN!" Ucap kelvin sembari menggertakkan giginya menghadap sang pengawal.
"Sejak awal aku bukanlah falmore, kelvin." Ucap sang pengawal dengan santai sembari terus menahan kepala kelvin di meja rapat.
"Apa kau terkejut, sekarang?" Lanjut nya dengan santai sebelum merobek kulit wajahnya.
Ekspresi kelvin pun berubah dari marah dan kesal menjadi horor serta raut wajahnya mulai memucat. "Ha.. haha... Tidak mungkin... Jaeqharius... Kau..." Kelvin pun hanya dapat tertawa pasrah melihat ada dua jaeqharius.
"Kau sudah mati"
"AKU MELIHAT KEPALAMU DI PENGGAL!"
Jaeqharius yang mendengar ucapan histeris Kelvin pun berdiri dari kursi dan menghampiri nya dengan mendekatkan wajah nya sembari menatap tajam ke matanya.
"Memang benar bahwa kau melihatku kematianku di Terranova."
"Namun, biar ku beritahu kau sebuah rahasia."
"Aku sudah berkali kali mati."
"Di mana pun, kapan pun, dan sebagai siapapun dari penjuru ujung Karhold sampai Elder land."
Mendengar pengakuan jaeqharius membuat kelvin semakin bingung serta ketakutan.
"Karena aku ada."
"Dimana pun, kapan pun dan sebagai siapapun."
Chapter 1
Jaeqharius Adamas.
Quartiere Picisi, Terranova - awal konstelasi Aries, 499 A.D
Quartiere picisi, adalah kota pelabuhan yang indah dan terkenal akan banyak hal, mulai dari kisah dan lagu romansa ataupun kuliner serta kota yang di bangun di atas pantai yang indah dengan jalur parit di setiap jalan kota nya yang memberi jalur perahu kecil untuk lewat.
Dengan keindahan Quartiere picisi membuat tempat itu selalu ramai akan wisatawan entah sekedar untuk berlibur, berbulan madu ataupun berjalan jalan.
Quartiere picisi terletak sekitar 10 kilometer dari capitale de terranova yang juga adalah wilayah kekuasaan dari bangsawan Roundhouse yang di pimpin oleh Leone de roundhouse Leone of roundhouse sebagai kepala keluarga nya.
Malam selalu indah di Quartiere picisi namun dibalik gemerlap cahaya yang terang tersembunyi kegelapan di baliknya.
Malam yang berangin di atas menara Riva del mare.
"Dua orang... Tiga orang... Empat orang..."
Jaeqharius bangun dari tempatnya dan kemudian berbalik
"Berapa orang yang ku butuhkan?" Ucapnya melihat salinan dari dirinya.
"Sisi timur laut ada 8 orang."
Jaeqharius pun menoleh ke sisi utara pelabuhan.
"Di sisi utara ada 6 orang namun di susul 5 orang lagi mari lakukan seperti biasa." Jaeqharius menatap ke arah salinan dari dirinya sendiri sebelum mereka memasang topeng nya dan melompat dari atas menara dari arah yang berlawanan.
"Tap!"
"Siapa disana!?" Si pria berbalik dan berteriak namun dia tidak melihat apa apa sampai tiba tiba lampu lampu di tiang mulai pecah satu persatu.
"Aku penasaran apa yang kalian selundupkan, tuan tuan sekalian" ucapnya dengan santai dan penuh percaya diri yang membuat gerombolan penyelundup itu terheran dari mana asal suaranya.
"Kau membuat kesalahan fatal dengan bermain main, kau tau?" Ucap si penyelundup dengan kesal dan berbalik ke rekan rekan nya.
"Siapkan benda itu!"
"Mari kita beri pelajaran si bajingan sombong ini untuk tidak bermain main dengan dunia bawah." Dengan itu rekan rekan si penyelundup memukul peti kayu yang mereka angkut dan mengambil sesuatu dari sana.
"Lagipula aku penasaran soal mainan yang di pesan Tuan ini" si penyelundup pun menggunakan sepasang gauntlet di kedua tangan nya dan diikuti oleh rekan rekan nya yang menggunakan pedang, tombak serta busur namun ada yang aneh dari senjata senjata itu sampai mereka semua mengambil pil dan memakan nya.
Seketika membuat mereka terkejut karena jantung mereka memompa dua kali lipat dari biasanya namun justru mereka merasakan sensasi aneh dan mulai menyeringai dan di tandai dengan urat nadi mereka mulai bersinar dengan aliran mana yang kuat.
"Apa... Itu!?" Jaeqharius terkejut melihat apa yang di lihatnya.
"Ketemu juga kau kekeke..." Secara tiba tiba si penyelundup yang menggunakan gauntlet menemukan lokasi jaeqharius yang berada di atas tiang listrik kemudian dengan cepat menghantamkan wajahnya hingga terpental jatuh ke tanah.
"Aku tidak menyangka ada bajingan secepat kau." Jaeqharius bangun dari tanah dan mengusap bibirnya yang berdarah.
Namun para rekan penyelundup tidak memberi jaeqharius waktu dan dengan cepat menyergap nya.
Jaeqharius berhasil menghindari serangan para penyelundup namun tetap saja dia sangat kewalahan.
Jaeqharius berhasil melancarkan satu tendangan keras ke wajah si penyelundup berpedang yang membuatnya terhempas ke belakang namun si penyelundup yang menggunakan tombak dengan cepat mengayunkan ujung tombaknya ke dada jaeqharius dan dengan sigap jaeqharius menangkis nya dengan dagger yang dia pegang.
Karena terlalu terdesak, jaeqharius tidak menyadari si pemanah yang tiba tiba saja anak panah nya sudah menancap tepat menembus dadanya dan diikuti anak panah lain nya yang membuatnya mati seketika.
"Lagipula aku sudah memperingatkan nya" ucap si penyelundup yang menggunakan gauntlet itu sembari mendekati mayat jaeqharius yang kemudian mencabut anak panah yang tertancap di kepalanya sebelum membuka topeng yang menutupi wajahnya.
"Bocah yang malang... Sungguh malang sekali." Ucap si penyelundup yang menggunakan gauntlet melihat wajah jaeqharius yang sudah tak bernyawa.
"Aku akan membuang tubuh bocah ini ke laut."
"Kalian semua kemasi barang barang kita sebelum ada yang datang."
STAB!!
Para penyelundup terkejut dan seketika menoleh dan menemukan rekan mereka yang memegang busur tiba tiba menjatuhkan busurnya dan mendapati sebuah belati menembus dada nya
"Tidak perlu repot repot." Ucap jaeqharius yang muncul dari belakang si pemanah yang sudah terkapar tak bernyawa yang kemudian di ambil busur dan anak panahnya.
"Aku bisa menguburkan jenazah ku sendiri." Jaeqharius pun tersenyum sebelum dirinya yang lain pun muncul dari belakang jaeqharius yang memegang busur dan diikuti oleh beberapa dirinya yang lain.
Tanpa basa basi jaeqharius pun menyerang balik dengan busur yang dia curi serta dirinya yang lain mulai menyergap para penyelundup.
Seketika membalikan keadaan yang membuat si penyelundup terkejut bukan main serta ketakutan meskipun mereka sudah di perkuat oleh pil misterius yang meningkat semua aspek kekuatan mereka entah itu fisik maupun kemampuan mengolah output mana di tubuh mereka.
"DARI MANA MEREKA SEMUA BERASAL!?" Teriak si penyelundup yang memegang pedang namun sebelum bisa memberikan perlawanan yang berarti pada kawanan klon jaeqharius, sebuah belati sudah lebih dulu menembus dan mengoyak tenggorokan nya.
Melihat rekan nya sudah tumbang dengan mengenaskan semakin membuat mereka ketakutan dan panik namun mereka sadar mereka tidak boleh lengah dan terus melawan balik, akan tetapi semuanya sia sia sampai akhirnya hanya menyisakan si penyelundup yang menggunakan gauntlet yang sudah amat terpojok dan di kelilingi oleh sekumpulan klon jaeqharius.
"Sekarang aku berharap agar kau mau bekerja sama dan jawab pertanyaan ku." Ucap jaeqharius sembari mendekati si penyelundup terakhir yang tersisa.
"Siapa yang kau layani?"
"Dan apa tujuan mu menyelundupkan senjata senjata ini?."
"Kau ingin tau?"
"Tidak masalah"
Si penyelundup pun menyeringai dan mengambil bungkusan pil misterius itu kemudian semuanya menelan sekaligus dan seketika tubuhnya bersinar dan mulai membengkak karena kapasitas mana nya tidak mampu menahan peningkatan jumlah mana dalam skala besar.
"Kali ini ku pastikan kau mati BAJINGAN!" ucap si penyelundup sebelum berteriak kesakitan dan seketika tubuhnya melepaskan semua mana yang terkumpul di dalam tubuhnya dalam ledakan yang cukup besar.
Di satu sisi jaeqharius tidak memiliki waktu untuk bereaksi pada tindakan tiba tiba si penyelundup itu, dan pada akhirnya jaeqharius dan semua klon nya yang ada terkena ledakan mana itu secara langsung…
Di timur laut, jaeqharius sudah memberantas penyelundup yang ternyata cuman tipuan.
Serta mereka juga menolak membocorkan informasi apapun dan lebih memilih mati dengan sia sia.
"Aku penasaran apa yang membuat para bajingan ini sangat enggan berbicara. Apa mereka se loyal itu untuk menjadi anjing yang setia pada majikan nya?" Ucap jaeqharius melihat mayat penyelundup yang mati sia sia sebelum dia berjongkok dan mulai menelusuri sesuatu di mayat tersebut.
Dan dia menemukan sisa pil misterius yang mereka konsumsi sebelum bertarung.
Namun jaeqharius di kejutkan oleh ledakan besar dari arah utara.
"Klon ku mati sia sia lagi." Jaeqharius pun menghela nafas dan melihat ke arah klon nya hang tersisa
"Cepat cari apapun yang bisa kita temukan di mayat para bajingan ini" keenam klon jaeqharius pun mulai mengeledah setiap mayat penyelundup yang sudah tumbang.
"Setelah selesai buang saja mayat mereka ke laut sebelum ada yang datang."
"Pil misterius itu… aku penasaran siapa yang ada dibalik ini…".
Klang.
Suara bidak catur emas bertemu dengan papan. Leonhart menyeringai tipis, matanya menatap lurus ke depan, menembus cahaya lilin yang menerangi ruangan.
"Dalam permainan ini, hanya ada satu pemenang."
Lawannya, seorang pria berseragam gelap, berkeringat dingin. "Tuan Leonhart, penyelundupan di pelabuhan... kami punya masalah."
Leonhart tertawa kecil, jemarinya memainkan ratu emas di tangannya.
"Apa kau tau siapa yang membuat masalah kali ini?"
"Tidak ada jejak tuanku… yang tersisa hanya kerusakan di pelabuhan."
Senyumannya menghilang. Kali ini, dia benar-benar tertarik.
"Kling!"
Suara lonceng berbunyi bersamaan dengan pintu yang terbuka, membuat Jaeqharius yang sedang duduk santai di sofa sembari melihat koran pagi dengan secangkir kopi terrano blend pun menoleh ke arah pintu.
"Selamat pagi Adam… apa kau sudah melihat koran pagi ini? Kurasa ini akan menjadi kasus yang perlu di tindak lanjuti" ucap seorang pria tinggi dengan kemeja putih dan jas hitam serta kumis mencolok yang tampak ikonik, dia adalah Daniel de castro.
Dia adalah seorang detektif swasta di kota pelabuhan Quartiere picisi sekaligus pemilik kantor detektif yang di tempati oleh jaeqharius untuk tinggal.
"Ya aku sudah-"
"ADAM!"
Belum sempat menyelesaikan ucapan nya, seorang gadis berambut panjang dengan dengan wajah ceria dan senyum manis muncul dari belakang daniel de castro.
"aku membawakan mu bekal untuk sarapan!" ucap si gadis dengan penuh semangat sembari berjalan mendekat ke arah dengan kotak makan di tangan nya.
"Kiana… Ayah sedang berbicara dengan adam loh.." gerutu daniel sembari menghela nafas dan mengusap batang hidungnya namun sepertinya Kiana tidak menghiraukan ucapan ayahnya dan lebih sibuk mempresentasikan makanan yang dia masak sendiri untuk jaeqharius.
"Ya Sudahlah, temui aku di kantorku ketika kiana sudah pergi ya Adam" dengan menghela nafas daniel pun pergi ke kantor nya di sebelah kiri ruang tamu, daniel tau seberapa peduli putrinya tersebut pada jaeqharius jadi dia hanya bisa mengalah dan memberikan waktu padanya untuk berinteraksi lebih dengan Jaeqharius.
"Uhmm tentu.. bos?" ucap jaeqharius yang memandangi daniel masuk ke dalam kantor nya sebelum wajahnya di tarik kembali menghadap kiana yang cemberut dengan imut.
"Adam…"
"Aku bilang aku membawakan bekal makanan untukmu" Kiana menyodorkan kotak makanan itu ke arah jaeqharius dengan senyum manis nya
"Tapi aku sudah-"
"Ambil" ucap kiana memotong percakapan
Seolah tidak ingin mendengar alasan jaeqharius untuk menolak pemberian darinya terutama untuk makanan yang dia masak sendiri untuk jaeqharius.
"Baiklah" dengan menghela nafas jaeqharius pun menerima bekal makanan yang diberikan kiana dan tersenyum padanya.
"Kau selalu begini, Kiana"
"Dan wajahmu terlalu dekat kau tau?"
Kiana pun tersenyum puas ketika jaeqharius menerima bekal makanan darinya dan mulai membuka kotak bekal yang di siapkan kiana itu di samping kopi terrano blend yang sedari tadi di seduh oleh jaeqharius.
Kotak makan yang terlihat sederhana itu pun terbuka dan menampilkan irisan daging ayam panggang yang wangi akan bumbu masak khas terranova yang kaya akan rempah beraroma lembut namun kuat akan cita rasa dengan tampilan visual yang menggugah selera dan tak lupa di samping nya terdapat irisan tomat dan seledri segar seperti baru dipetik kemudian diiris rapi menghiasi kotak makan untuk jaeqharius.
"Apa kau memasak ini kiana?" Dengan senyum jaeqharius menoleh ke arah kiana dengan senyum ramah di wajahnya.
"Tentu saja!" Ucapnya dengan bersemangat sebelum mengambil posisi duduk di sofa di samping jaeqharius
"Sudah cukup bicaranya dan nikmati sarapan mu oke?"
"Padahal aku berusaha memberitau mu kalau aku sudah sarapan." Jaeqharius pun mulai mengambil garpu yang sudah di siapkan di samping kotak makan itu sebelum mulai mencicipi hidangan tersebut.
"Tidak enak" ucapnya setelah gigitan pertama dengan tersenyum ke arah Kiana.
"APA MAKSUD MU!" Kiana yang mendengar nya pun seketika cemberut menatap kesal kepada jaeqharius.
"Tidak tidak… Aku hanya bercanda oke?"
"Ini enak kok"
"Sangat enak bahkan" dengan tertawa kecil jaeqharius pun melahap sisa irisan daging ayam dan sayuran itu sembari menatap kiana dengan senyuman.
Kiana yang kesal karena merasa di permainkan pun mulai memukuli jaeqharius sementara jaeqharius hanya bisa tertawa sambil menahan pukulan kiana yang sebenarnya terasa pelan bagi nya
Sementara itu daniel yang mengintip dari celah pintu ruang kantor nya hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku putri tercinta nya dengan Jaeqharius yang sudah dia anggap sebagai anggota keluarga entah itu sebagai putra angkatnya… ataupun yang lain?
"Ahh ya… masa muda di terranova. Cukup mengingatkan ku ketika dulu bertemu adhera untuk pertama kalinya di alun alun kota." ucapnya dengan pelan pada dirinya sendiri sembari mengusap kumis ikonik kebanggaan nya.
"lagipula putri kecil ku sudah dewasa… apa yang aku harapkan?"
Daniel pun memutuskan untuk membuka pintu yang seketika membuat kiana dan Jaeqharius terkaget dan menoleh ke arah daniel yang berjalan ke arah mereka berdua.
"Baiklah sudah cukup ya Kiana?"
"Ayah punya tugas untuk jaeqharius untuk menyelidiki soal perkara ledakan misterius tadi malam di pelabuhan Quartiere picisi" ucap daniel dengan sembari mengangkat koran di tangan nya
"Aku ingin kau menangani kasus ini, Adam."
Jaeqharius mendesah, meletakkan korannya.
"Aku bisa menjelaskan semua ini. Aku ada di pelabuhan tadi malam dan—"
"Aku juga ikut!"
Sebuah suara riang memotong pembicaraan.
Kiana de Castro, putri Daniel, melangkah masuk dengan penuh percaya diri.
Daniel mengerutkan kening. "Kiana, ini bukan urusanmu."
"Ayah, aku ingin belajar! Kalau aku ingin jadi detektif sepertimu, aku harus ikut dalam investigasi nyata, kan?"
Daniel menghela napas panjang. Dari sorot matanya, Jaeqharius tahu bahwa pria itu sedang mempertimbangkan argumen putrinya dengan sangat serius.
"Baiklah," Daniel akhirnya berkata. "Kau boleh ikut, tapi Adam yang memimpin."
"Eh?" Jaeqharius spontan menoleh.
"Aku?"
Kiana bersedekap, menyeringai puas. "Tidak, aku yang akan memimpin. Aku ingin membuktikan kalau aku bisa."
Jaeqharius menatap Daniel, berharap pria itu akan membantunya keluar dari situasi ini. Namun, sang detektif senior hanya mengangkat bahu.
Dan mereka berdua pun bergegas pergi lebih tepat nya kiana yang terlalu bersemangat untuk mencoba menginvestigasi kasus pertamanya sebagai detektif gadungan sementara jaeqharius hanya mengikuti kiana dari belakang.
Kiana berdiri dengan tangan di pinggang, ekspresi penuh percaya diri. Di belakangnya, Jaeqharius bersandar santai pada tiang dermaga, membiarkan gadis itu memimpin.
"Baiklah! Kita mulai dari para pekerja di sini!" Kiana membuka buku catatannya dengan semangat.
Langit siang cerah, dengan aroma garam laut dan suara ombak yang memecah tepian dermaga. Angin sepoi-sepoi menerbangkan ujung rambut Kiana saat dia mendekati seorang buruh yang sedang merokok di dekat peti kemas.
"Permisi, Pak, tadi malam Anda melihat sesuatu yang mencurigakan?"
Buruh itu mengangkat bahu, menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Tadi malam? Aku tidur. Baru kerja pagi ini."
"Oh… baiklah." Kiana mencatat sesuatu.
Mereka melanjutkan ke pekerja lain.
"Kami dengar ada ledakan di sini semalam. Ada yang tahu penyebabnya?"
"TCD sudah menyelidiki. Katanya mungkin kecelakaan."
"Ada yang melihat sesuatu aneh? Orang-orang mencurigakan?"
"Banyak. Ini pelabuhan. Semua orang mencurigakan."
Jaeqharius menahan tawa.
Setelah beberapa wawancara lagi yang tidak membuahkan hasil berarti, Kiana akhirnya menghela napas panjang, menutup bukunya.
"Ini… lebih sulit dari yang kuduga."
Jaeqharius menyeringai. "Selamat datang di dunia nyata investigasi."
Kiana memutar bola matanya. "Jangan sok bijak."
Dia lalu melihat sekeliling—pekerja yang lalu-lalang, kapal yang berlabuh, dan hiruk-pikuk para pedagang yang menawarkan barang dagangan mereka di pasar pinggir dermaga. Ada sesuatu yang aneh.
Tidak, bukan karena atmosfernya.
Tapi karena dirinya sendiri.
Selama ini, dia membayangkan menjadi detektif seperti ayahnya adalah sesuatu yang penuh aksi dan misteri. Tapi hari ini… semua terasa begitu sunyi. Tidak ada jawaban dramatis, tidak ada kejar-kejaran, tidak ada petunjuk mencolok seperti yang sering ia baca di novel-novel kriminal.
Dia merasa frustrasi.
"Kurasa kita tidak akan mendapatkan informasi berharga di sini," kata Kiana akhirnya.
Jaeqharius mengangkat bahu. "Kau yang memimpin. Apa langkah berikutnya?"
Kiana menggigit bibirnya sebentar, lalu tersenyum kecil.
"Kita istirahat dulu."
"Hah?"
"Kita jalan-jalan sebentar. Tenangkan pikiran. Mungkin nanti kita dapat inspirasi."
Jaeqharius mendesah, tapi akhirnya mengangguk.
"Baiklah. Kemana?"
Kiana menunjuk ke arah kota.
"Ke pusat Quartiere Picisi. Kau pernah benar-benar menikmati kota ini, Adam?"
Jaeqharius meliriknya sejenak, lalu menatap ke arah kanal yang mengalir di sepanjang kota.
"Tidak juga."
"Kalau begitu, ayo! Aku akan menjadi pemandu wisatamu."
Sore Hari – Menyusuri Quartiere Picisi
Quartiere Picisi adalah permata di pesisir Terranova—sebuah kota yang dipenuhi kanal, jembatan batu lengkung, dan bangunan berwarna pastel dengan balkon bunga yang menjuntai ke jalan.
Turis-turis berjalan santai di sepanjang jalan berbatu, beberapa menaiki gondola yang melintasi kanal biru jernih. Di udara, aroma roti panggang dan kopi bercampur dengan wangi bunga dari pasar terbuka.
Kiana berjalan di depan, sesekali berhenti untuk melihat sesuatu yang menarik—seorang seniman jalanan yang melukis pemandangan kota, sekelompok musisi yang memainkan biola dan akordeon, atau sekadar etalase toko yang menjual perhiasan unik.
"Lihat, ini indah sekali!" Kiana menunjuk ke arah alun-alun utama, di mana sebuah air mancur klasik berdiri megah di tengah-tengah, dikelilingi oleh bangku-bangku kayu dan kafe-kafe dengan payung besar.
Jaeqharius hanya mengangguk.
"Kau tidak tertarik?"
"Aku hanya tidak terbiasa menikmati sesuatu tanpa alasan tertentu."
Kiana tertawa. "Kau seperti orang tua yang lupa cara bersenang-senang."
"Aku memang lebih tua darimu."
"Jangan pakai itu sebagai alasan!"
Mereka akhirnya berhenti di sebuah kafe kecil di pinggir sungai, tempat di mana mereka bisa melihat matahari yang mulai turun di cakrawala.
---
Sore Menjelang Senja – Kafe di Pinggir Sungai
Mereka duduk di meja dekat pagar batu yang menghadap langsung ke kanal. Air sungai memantulkan cahaya oranye dari matahari yang perlahan tenggelam.
Kiana mengaduk sendoknya di dalam cangkir kopi, ekspresinya lebih tenang dibandingkan beberapa jam lalu.
"Tahu tidak, meskipun investigasi kita gagal, aku senang hari ini," katanya tiba-tiba.
Jaeqharius menoleh. "Senang?"
"Ya." Kiana tersenyum, menyesap kopinya. "Aku menghabiskan waktu seharian bersamamu. Itu menyenangkan."
Jaeqharius terdiam.
Kiana menatap kanal, suaranya lebih pelan.
"Mungkin aku masih jauh dari kata detektif yang baik. Tapi setidaknya… aku tidak merasa sia-sia."
Jaeqharius menghela napas. Dia tahu inilah saatnya.
"Kiana…"
"Hm?"
"Aku ingin jujur soal sesuatu."
Kiana menoleh. "Apa?"
Jaeqharius menatap ke dalam cangkir kopinya, lalu kembali ke mata Kiana.
"Ledakan tadi malam… itu aku yang menyebabkan."
Hening.
Mata Kiana melebar.
"Kau bercanda, kan?"
"Tidak."
"Tunggu… Jadi selama ini kita menyelidiki sesuatu yang… KAU lakukan?!"
Jaeqharius hanya mengangguk.
Kiana menggeleng tak percaya, menutupi wajahnya dengan satu tangan. "Astaga… aku benar-benar serius tadi."
Jaeqharius tersenyum kecil.
Kiana menatapnya dengan ekspresi campuran antara kekesalan dan kelelahan. "Kau bisa mengatakan ini sejak awal!"
"Kau sangat bersemangat, aku tidak tega menghentikan mu."
"Aku akan menjelaskan semuanya nanti ketika sudah kembali ke kantor agar sekalian aku melaporkan nya kepada ayahmu oke?"
Kiana mendecak, tapi kemudian tertawa pelan.
"Kau benar-benar…"
Dia tidak menyelesaikan kalimatnya.
Alih-alih marah, dia tersenyum.
"Yah, setidaknya aku dapat pengalaman. Dan…" Kiana memainkan ujung sendok nya, pipinya sedikit merona. "Aku tetap senang bisa menghabiskan waktu berdua denganmu."
Jaeqharius menatapnya sebentar, lalu kembali ke kopinya.
"Baiklah."
Matahari akhirnya tenggelam di balik cakrawala, menyisakan langit ungu kebiruan yang memantul di permukaan kanal.
Dan dengan itu, jaeqharius dan kiana menikmati sisa sore mereka berdua.
Mereka mungkin tidak menyelesaikan kasus ini hari ini.
Tapi bagi Kiana, itu tidak masalah.
Di kantor detektif swasta Belvedere di Castro
"Jadi… kau bilang ledakan kemarin malam di pelabuhan itu ada karena mu, Adam?"
Daniel mengusap batang hidungnya, menatap Jaeqharius dengan ekspresi campuran antara kesal dan penasaran.
Jaeqharius pun yang duduk di seberang Daniel bersama dengan kiana menatap daniel dengan ekspresi serius
"Ya.." ucap jaeqharius dengan tenang.
"Pertama tama aku akan menjelaskan kronologi nya."
"Aku menemukan penyelundup yang menyelundupkan senjata namun bukan hanya sekedar senjata."
"Senjata itu terdiri dari pedang, tombak, busur serta anak panah nya dan juga sepasang gauntlet yang bisa di ijeksikan dengan mana."
"Dan juga sebuah pil terlarang yang bisa merangsang jumlah mana sampai ke titik yang sangat berbahaya." jaeqharius pun mengambil sesuatu dari sakunya dan menyodorkannya di atas meja.
"Apa ini…" mata kiana terbelalak melihat pil tersebut sementara daniel mendekatkan wajahnya dengan ekspresi tertarik.
"Ya"
"Ini adalah pil terlarang tersebut yang jika di konsumsi akan meningkat jumlah mana serta outputnya secara drastis yang dapat membuat pengguna nya menjadi lebih kuat untuk beberapa saat." dengan tatapan serius jaeqharius melihat ke arah daniel. "Bos… Bagaimana menurutmu?" lanjutnya.
"Aku berhasil mengalahkan hampir semua penyelundup itu, menyisakan satu untuk aku gali informasinya. Namun, ketika aku hendak mengintrogasinya…"
"Dia mengkonsumsi semua pil nya yang tersisa sekaligus yang membuat tubuhnya membengkak dan meledak seketika dan aku berasumsi kalau itu terjadi karena lonjakan mana dalam jumlah sangat besar yang tidak dapat ditampung oleh tubuh nya."
Mata kiana melebar dan menutup mulutnya dengan ekspresi takut dan terkejut setelah mendengar ungkapan jaeqharius namun daniel berusaha tetap tenang dahi nya mengerut sembari menatap ke arah meja dimana pil terlarang itu di letakkan.
"dari penjelasan mu pil ini terdengar sangat berbahaya."
"Aku senang kau bisa selamat, Adam. Ku dengar ledakan nya sangat besar sampai menghancurkan beberapa fasilitas pelabuhan" ucap daniel yang mulai mengusap dahi nya.
"Ya… aku beruntung masih sempat berlari menjauh ketika menyadari keanehan di tubuhnya."
"Baiklah… Mari simpan pil ini sebagai barang bukti dan melanjutkan investigasi untuk mencari dalang dari kejadian ini." ucap daniel yang mengambil kantong berisi pil tersebut dan mulai mengamati nya dengan dahi yang mengkerut.
"Siapa yang menginginkan senjata dan pil ini?."
"Mereka menyelundupkan nya dari jalur laut di pelabuhan… yang berarti mereka datang dari timur…"
"Mengingat pemeriksaan dari jalur gerbang barat lebih ketat karena diawasi oleh badan pengawas TCD(Terranova crime department) secara langsung sedangkan dari pelabuhan yang memeriksa barang yang masuk ke terranova adalah pengelola barang impor dan ekspor pelabuhan… namun pelabuhan itu adalah milik keluarga bangsawan roundhouse di capitale terranova." lanjutnya
"Jadi menurut anda keluarga bangsawan roundhouse memainkan peran di balik ini?" tanya jaeqharius dengan penasaran.
"Aku bisa berasumsi begitu namun kita tidak memiliki bukti kuat untuk melontarkan tuduhan kepada mereka." jawab Daniel sambil menghela nafas. "bisa saja ada orang lain yang menyuap petugas pelabuhan namun kita tidak tau siapa."
"Mungkin karena itulah beberapa petugas pelabuhan yang tadi siang tutup mulut ketika ku tanyakan soal kejadian tadi malam." tambah kiana dengan mengerutkan dahi sambil ikutan mengamati pil tersebut.
"mungkin saja… tapi mari simpan pil ini untuk investigasi lebih lanjut." ucap daniel yang mulai berdiri dari sofa.
"Tunggu…" ucap Jaeqharius kepada Daniel, "bisakah aku menyimpan dua butir pil ini?"
Daniel dan kiana pun melihat ke arah jaeqharius dengan penasaran.
"aku punya teman yang ahli soal meneliti dan ku pikir dia bisa membantu untuk mencari tahu lebih dalam soal pil ini." ucap jaeqharius yang berdiri menghadap daniel.
Daniel pun mengangguk dan memberikan jaeqharius dua butir pil itu sementara dua sisanya disimpan oleh daniel.
"Seperti biasa kau selalu bisa diandalkan dan aku akan selalu mengandalkanmu Adam… tapi berjanjilah padaku untuk berhati hati." daniel pun menepuk pundak jaeqharius sembari menatap lurus ke matanya sebelum menoleh ke arah kiana dan kembali menatap jaeqharius dengan khawatir dan rasa kasih sayang layaknya seorang ayah ke putra kandung nya. "Aku tidak ingin kehilangan anggota keluarga ku karena sebuah kasus mengerti?"
Kiana yang mendengar ucapan ayahnya pun mulai melihat ke arah jaeqharius dengan tatapan khawatir dan Jaeqharius pun mengerti apa yang dimaksud oleh daniel mengingat dirinya sudah dianggap seperti keluarga bagi daniel dan adhera kecuali kiana yang jelas jelas memiliki perasaan yang lebih dalam kepadanya.
"Aku mengerti…" angguk jaeqharius dengan tenang sebelum menoleh ke arah kiana dengan senyuman.
"baiklah… Adam… Seperti biasa terima kasih." dengan menghela nafas daniel menoleh ke arah kiana dengan senyuman lembut "Kiana… mari pulang… ibumu pasti menunggu kita di rumah"
Kiana pun hanya bisa mengangguk dan mengikuti ayahnya dari belakang meski masih menyimpan kegelisahan pun menoleh ke arah jaeqharius. "Adam… hati hati oke?"
Jaeqharius hanya tersenyum ramah dan mengangguk sebelum kiana membalas senyuman nya. "Selamat malam… Adam…" ucapan kiana yang terdengar sangat lembut sudah lebih dari cukup untuk meluluhkan hati jaeqharius yang menatap kepergian kiana bersama ayahnya sekaligus sosok mentor bagi nya.
Meninggalkan jaeqharius sendirian di kantor detektif swasta Belvedere di Castro yang di percayakan daniel umtuk di tempati oleh jaeqharius.
Seketika suasana hening mun menemani kesendirian jaeqharius di ruang tamu kantor yang ia tinggali… satu satunya suara adalah langkah para pejalan kaki di luar yang berlalu lalang untuk menikmati pemandangan malam Quartiere picisi yang terang nan indah.
….
"Pil terlarang…"
"Pelabuhan…"
"Keluarga bangsawan roundhouse…"
"Apa ini hanya memang sebuah kebetulan semata… atau sesuatu yang lebih dalam?" pikir jaeqharius dalam kesendirian sebelum berjalan keluar dari kantor dan melihat langit malam penuh bintang yang menyinari angkasa di atas gemerlap cahaya lampu yang menyinari jalanan kota pelabuhan Quartiere picisi…
And the story continued...
---
Trivia
Perbedaan Timeline:
Chapter 0 berlatar pada 504 A.D, sedangkan Chapter 1 kembali ke 499 A.D saat Jaeqharius masih berstatus asisten detektif di Quartiere Picisi, Terranova.
Sistem Penanggalan:
Di dunia latar cerita dari Adamas, kalender menggunakan rasi bintang sebagai acuan waktu. Setiap bulan mewakili sebuah konstelasi, dimulai dari Aries dan berakhir di Pisces. Chapter 1 berlatar pada awal konstelasi Aries, 499 A.D, menandakan permulaan tahun baru dalam dunia ini.
Kematian Misterius Raja Vicarius Ascalon:
Raja dari Kastil Castamore ditemukan meninggal tanpa jejak luka, penyakit, atau tanda sihir, yang mengakibatkan kebingungan dan kekosongan kepemimpinan di kerajaan Dawnstar.
Perebutan Tahta:
Dengan tahta yang kosong, kelima anak sang raja berlomba-lomba merebut kekuasaan, sementara berbagai faksi dan pihak lain memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi.
Waktu dan Latar Tempat
- 504 A.D (After Disaster) adalah latar waktu ketika Jaeqharius sudah dianggap mati di Terranova.
-Varus, City of Weaponsmith adalah kota yang terkenal sebagai pusat pengrajin logam dan kaca terbaik di dunia. Kota ini memiliki sejarah panjang dalam perang, perdagangan senjata, bahkan seni dan teknologi menjadikannya lokasi strategis bagi semua kalangan untuk menemukan barang yang mereka inginkan di bidang tersebut.
Jaeqharius Adamas
- Jaeqharius sudah "mati" di Terranova, namun tetap hidup dengan caranya sendiri.
- Kemampuannya membuat klon membuatnya dapat berpura-pura mati dan hidup kembali tanpa ada yang tahu mana yang asli atau palsu.
- Dalam cerita ini, ia menunjukkan kecerdasannya dengan tetap tenang saat berhadapan dengan Kelvin, membiarkan rasa takut Kelvin bekerja sebagai senjata psikologis.
Perang Dingin Ascalon
- Disebut sebagai Perang Dingin Ascalon karena bukan perang terbuka, melainkan konflik politik yang melibatkan banyak faksi dan permainan strategi dalam memperebutkan takhta.
-Raja Vicarius Ascalon meninggal secara misterius, tanpa tanda-tanda pembunuhan atau sihir. Kejadian ini memicu perebutan kekuasaan di kerajaan Dawnstar.
-Pangeran Gälliard Ascalon dan Pangeran Vikaryon Ascalon adalah dua dari lima kandidat dalam perebutan tahta, dengan Leonhart of Roundhouse berada di tengah permainan sebagai sosok yang mendukung salah satu pihak.
-Leonhart of Roundhouse memilih mendukung Pangeran Gälliard, meskipun sebelumnya memiliki hubungan bisnis dengan Pangeran Vikaryon. Keputusan ini memunculkan banyak spekulasi di antara faksi politik.
Theo – Identitas Misterius
- Theo mengaku berasal dari Terranova, distrik Capita de Vira, tetapi Jaeqharius langsung mengetahui bahwa dia berbohong.
- Theo kemungkinan memiliki alasan tersembunyi untuk berada di Varus, namun identitas aslinya masih menjadi misteri pada titik ini dalam cerita.
- Pertemuan Jaeqharius dan Theo menjadi salah satu momen penting yang menandai awal perjalanan mereka bersama.
Kelvin of Roundhouse dan Keterkejutannya
- Kelvin of Roundhouse adalah bagian dari keluarga Roundhouse, salah satu keluarga bangsawan paling berpengaruh di Terranova.
- Kelvin menyaksikan sendiri kematian Jaeqharius di Terranova, sehingga sangat terkejut melihatnya hidup kembali di Varus.
- Reaksinya menunjukkan betapa mengerikannya kemampuan Jaeqharius dalam bertahan hidup.
Teknik Infiltrasi Jaeqharius
- Jaeqharius menggunakan teknik menyamar dengan sempurna, bahkan sampai meniru pengawal Kelvin, Falmore.
- Teknik ini menunjukkan bahwa selain kecerdasannya dalam strategi, Jaeqharius juga memiliki keterampilan penyamaran dan infiltrasi tingkat tinggi.
- Ungkapan "Aku sudah berkali-kali mati" menegaskan bahwa kemampuannya dalam bertahan hidup bukan sekadar keberuntungan, tetapi bagian dari rencana yang telah ia siapkan dengan matang.
Makna Judul – Anytime, Anywhere, Anyone
- "Di mana pun, kapan pun, sebagai siapa pun" adalah kalimat yang menggarisbawahi filosofi Jaeqharius.
- Ia bisa muncul di mana saja, kapan saja, dan mengambil identitas siapa saja, membuatnya seperti hantu yang mustahil dibunuh.
- Ini juga menjadi ancaman tersirat bagi Kelvin dan siapa pun yang menganggapnya sudah mati—karena Jaeqharius bisa kembali kapan saja untuk membalas dendam.
Pertemuan Kembali dengan Kelvin:
Di sebuah tavern bawah tanah, Kelvin of Roundhouse—yang sebelumnya mengira Jaeqharius telah mati—mengalami momen mengejutkan saat mendapati sosok Jaeqharius yang telah ia saksikan "mati" berkali-kali di Terranova.
Trivia - Chapter 1: Jaeqharius Adamas
Quartiere Picisi
Sebuah kota pelabuhan yang terinspirasi dari Venice, Italia. Terkenal dengan jalur perairannya yang indah serta menjadi pusat perdagangan di Terranova. Namun, di balik kemegahannya, kota ini juga menjadi sarang aktivitas penyelundupan dan bisnis ilegal.
Pil Misterius/Pil Terlarang
Pil misterius yang dapat meningkatkan output mana secara drastis, memberikan kekuatan luar biasa dalam waktu singkat. Efek sampingnya sangat berbahaya, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, yang bisa menyebabkan tubuh meledak akibat lonjakan mana yang tidak dapat ditampung.
Keluarga Roundhouse
Salah satu keluarga bangsawan yang memiliki pengaruh besar di Terranova. Mereka menguasai berbagai sektor bisnis, termasuk perdagangan dan pengelolaan pelabuhan. Meskipun secara resmi mereka adalah keluarga terhormat, ada indikasi keterlibatan mereka dalam aktivitas bawah tanah.
Kantor Detektif Belvedere di castro
Sebuah kantor detektif swasta yang dimiliki sekaligus dipimpin oleh Daniel de castro, seorang mentor bagi Jaeqharius. Kantor ini berlokasi di jalan Garibaldi, sebuah distrik di Quartiere Picisi. Jaeqharius tinggal di kantor ini dan sering menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan kejahatan di pelabuhan.