"Jangan..... jangan..." Luwis berteriak dengan keras, sakujur tubuhnya penuh dengan keringat.
"Brummm" Air tiba tiba jatuh dari atas langit dengan jumlah yang sangat banyak bak seperti banjir dari langit
Luwis akhirnya sadar bahwa yang ia lihat hanyalah mimpi, ia langsung bangun dari kasurnya moneleh kesamping seorang pemuda setinggi 160cm dengan rambut panjang lebat sepanjang sejengkal tangan dengan sisi yang di potong rapi, serta usia yang sebaya dengan nya. Pemuda itu menatap Luwis samentara sebelah tangan kanannya memegang sebuah baskom
"Diamlah, dan cepatlah ini sudah hampir terlambat, cepat bersiaplah"
Luwis yang masih setengah sadar mengingat kembali sebagian yang di mimpikannya. Sesaat termenung lalu merasa mual tangannya menutup kedua mulutnya, dengan tergesa gesa ia bangun dari kasurnya lari menuju toilet, sesampainya di toilet Luwis langsung mendobrak pintu
"Brakkkk"
Luwis masuk dan muntah di dalamnya, seusai muntah Pemuda tadi datang menghampiri Luwis kemudian berkata
"Kenapa denganmu? Kau sampai nangis? Hahahah kau bodoh seperti biasanya"
Tiba tiba seorang kakek tua dengan rambut dan jenggot yang panjang, mengenakan kimono hitam longgar yang di ikat dengan dengan kain di bagian pinggangnya. datang kepadanya dan bertanya
"Kenapa dengan Luwis? "
"Aku memimpikan sesuatu yang menjijikan seperti memakan bola mata , kemudian pecah dan darahnya menutupi seluruh mukaku. Banyak hal yang ku mimpikan tapi hanya itu yang paling ku ingat" Luwis menjelaskan dengan muka sedikit ketakutan
"Sudah jangan di pikirkan, itu hanyalah mimpi buruk biasa yang sering kau alami, sekarang bersiaplah kesekolah sudah hampir terlambat, jangan sering libur lagi karna kalian hendak lulus beberapa bulan lagi" Kata kakek tadi yang bernama Kuzuru Durumizu dengan maksud menenangkan dan juga mengalihkan topik
"Cepatlah, kutunggu di depan.... Yang benar saja nangis gara gara mimpi" Kata pemuda tadi yang bernama Claide Decorti sambari pergi ke depan halaman
Luwis yang mendengar perkataan Claide kemudian memasang wajah kesal dangan gigi menggigit serta tangan mengepal sembari mengatakan "Terserah kau..... sialan"
"Claide ada benarnya, lihat jam di dindingnya"
Luwis pun menoleh ke dinding rumah, terlihat jam sudah hampir jam delapan. Terkejut, ia dengan terburu buru lari, tapi baru juga mengangkat sebelah kakinya dan ingin melangkah, kakinya tersangkut pada kaki lainnya, Luwis jatuh dengan kepala yang menghantam lantai dengan mengenaskan
~Dalam perjalanan sekolah~
"Kau tampak cocok dengan benjolan itu, hahaha" Kata Claide dengan nada mengejek sembari tertawa
"Kubunuh kau... Dasar bocah sialan"
"Pagi ini sungguh sial untukmu tapi sangat cerah untukku..... Hahahhahaha" Claide tertawa dengan sangat puas
Tiba tiba Luwis teringat sesuatu yang sangat penting
"Kau hafal siapa hari ini yang masuk ke kelasku?"kata Luwis
"Ya, jam pertama hingga pose pelajaran Matematika dengan bapak Purdand, selanjutnya PPKN dengan buk Lorii, dan terakhir IPA dengan buk Juliand"
"Celaka!!!" Kata Luwis dengan spontan
"Kenapa?" Tanya Claide
"Aku belum mengerjakan PR dari pak Purdand, bahkan buku yang kutulis soalnya tinggal di rumah" Luwis menjelaskan dengan mata depresi
"Cepatlah, kita akan terlambat" Luwis mengatakan sembari berlari, dalam hati, Luwis berharap ada temannya yang mengerjakan tugas dari pak Purdand sehingga sempat untuk contek
Beruntung bagi Luwis gerbang belum di tutup, Luwis dan Claide langsung menuju kelasnya masing masing, Claide kelas 3.2 dan selalu menduduki peringkat atas sementara Luwis kelas 3.1 serta selalu menempati peringkat bawah, berlari dengan cepat sambil membawa beberapa buku di tangannya, karena kelas Luwis berada tak jauh dari gerbang, hanya butuh waktu sebentar untuk sampai
sesampainya di kelas Luwis terkejut tak ada seorang pun teman laki lakinya, sadar akan situasi bergegas menuju kantin yang memang adalah tempat tongkrongannya bersama teman teman
Luwis tiba dengan tergesa gesa terlihat ada sejumlah laki laki yang merupakan teman dari Luwis, teman teman yang melihatnya tergesa gesa kemudian bertanya
"Kenapa denganmu terlebih kenapa dengan benjolan di dahimu, kau mencoba meniru penampilan iblis?"
Kemudian Luwis menjawab
"Persetan dengan hal itu, apa kalian buat tugas PR dari pak Purdand?" Semua serentak dan berkata
"Oh iyaa, lupa" Tiba tiba mereka semua panik
"Apakau buat Luwis?" Tanya mereka kembali kepada Luwis
"Tidak" Ucap Luwis dengan putus asa
"Lantas bagaimana ini? Kita akan di hukum lagi? Aku tak ingin berdiri !" Ucap salah satu dari mereka
"Ting..... Ting... Ting..... " Suara ketukan besi penanda masuk telah di pukul
Mereka masuk dengan perasaan yang kacau, duduk tanpa sedikitpun suara, risau akan hukuman apa yang menanti, termasuk Luwis yang duduk di barisan kedua paling jauh dari pintu di samping dinding
Seseorang mengintip kedatangan pak Purdand dari pintu, berkata kepada seisi kelas
"Bapak datang"
Seisi kelas yang tadinya berisik sekarang hening.
Seseorang dengan postur tubuh yang tinggi, mengenakan kacamata, wajah yang brewokan dengan usia antara 45-47 tahun, mengenakan setelan guru. Datang memasuki kelas
"Pagi" Kata pak Purdand sambil memasuki kelas dengan beberapa buku di tangannya
"Pagiii" Jawab para murid dengan serentak
"Siap... Hormat... " Semua murid memberi postur hormat kepada pak Purdand
"Baik silahkan duduk" Kata pak Purdand sambil duduk di meja guru yang berada di depan tengah kelas, di ikuti oleh seluruh siswa, pak Purdand kembali menambahkan
"Kemarin ada PR yang saya berikan tolong dikumpul" Terlihat seorang siswi berdiri untuk mengumpulkan tugas dari seluruh orang di kelas
Hingga sampailah ke para siswa laki laki dikelas
"Berikan tugas kalian" Kata orang yang mengumpulkan PR
"Kami tidak buat" Ucap seseorang yang paling depan mewakili seluruh laki laki.
Lalu ia pergi membawa seluruh buku ke meja pak Purdand setelah itu ia kembali duduk
"Yang tidak buat silahkan maju" Kata pak Purdand dengan dingin
Dengan muka menghadap ke bawah, mereka berdiri dari kursi, dengan pelan menuju kedepan kelas semuanya berjumlah 9 orang
"Kenapa kau tak buat" Tanya pak Purdand kepada satu persatu Siswa, kebanyakan dari mereka menjawab "Lupa"
Saat giliran Luwis, pak Purdand menambah pertanyaan
"Kenapa kau tak buat, dan kenapa dengan dahimu"
Dengan mata yang berkaca kaca dan suara yang di kecilkan ia berkata
"Sa... Saya di pukul dengan tongkat bisbol saat sedang menuju kesekolah, tapi alih alih pulang saya tetap memaksa bersekolah karna tak ingin melewatkan pelajaran"
Temannya berkata dengan enteng
"Bohong"
Pak Purdand menepuk kepala Luwis sambil berkata
"Bagus sekali tukang bolos sepertimu dapat pencerahan, lalu kenapa kau tak buat"
"Tertinggal" Jawab Luwis dengan cepat,
Dengan enteng temannya menjawab lagi
"Bohong"
"Luwis.... sekarang agar kau lebih bersemangat dalam bersekolah dan agar tidak lupa dengan PR berdiri sebelah kaki sampai jam pelajaran ku habis" Ujar pak Purdand
"Ta... Tapi... Bukan sampai pose kan pakkk?"
Tanya Luwis dengan muka tersenyum tak rela
"Sampai pose, tapi tak apa kalau kau begitu bersemangat hingga mau berdiri dengan sebelah kaki sampai pulang"
Mendengar pernyataan pak Purdand, Luwis kembali dengan senyum tipis tak rela
"Tak apa pak, sampai pose saja, tapi mereka juga sebelah kaki kan pak?" Tanya Luwis sambil memandang teman temannya
"Tidak, lihat wajah mereka sangat tak bersemangat, mereka berbeda dari mu yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu Luwis"
Jawab pak Purdand dengan pemilihan kata yang menjahili Luwis, Serentak seluruh isi kelas di penuhi tawa
"Baiklah anak anak, semuanya termasuk yang sedang berdiri silahkan lihat ke depan, hari ini kita tidak akan mencatat karna teman kalian sedang terkena hukuman. Ayo anak anak kenapa murid suka di hukum? Karena mereka selalu bandel, bukan buku... Kalau mereka buku, pasti dibaca, bukan dihukum"
Seluruh isi kelas kembali tertawa, Luwis berbisik kepada teman di sampingnya "Apanya yang lucu dari lelucon garing itu, aku bahkan tak paham" Kemudian di jawab "Mereka hanya caper"
~Sesudah pelajaran yang membosankan~
"Ting... Ting... Ting... "
"Sepertinya bel sudah berbunyi, bagaimana keadaan kalian para para terdakwa"
"Kami baik baik saja" Seseorang kembali mewakili seluruh temannya. Terlihat Luwis yang sudah di ambang batas, kakinya bergetar dengan muka yang memerah dan sangat serius, pandangan lurus kedepan, tak terlihat sedikit pun pergerakan pada fisiknya, dia selalu mengabaikan pertanyaan yang datang terhadapnya tentang mengapa dengan dirinya
"Baiklah anak anak sudah boleh keluar"
Dengan cepat Luwis keluar meninggalkan temannya di belakang menuju toilet terdekat, berharap tak ada antrian. Beruntung bagi Luwis tak ada seorangpun disana
Saat keluar dari lorong toilet, terlintas di hadapannya Claide dikerumuni oleh banyak wanita, tanpa menghiraukannya Luwis pergi menuju kantin langganannya
"Kemana saja kau?"
Tanya temannya sambil memakan mie
"Perutku sakit"
Berkata dengan singkat dan bergegas duduk, setelah 2 setengah jam berdiri dengan sebelah kaki
Luwis memesan seperti biasanya
"Mie satu porsi"
Teman temannya yang sampai duluan terlihat sedang menikmati mie, sementara Luwis harus menunggu lebih lama dikarenakan sebuah panggilan alam tak terelakkan
Salah satu temannya yang sudah menghabiskan mie bertanya kepada Luwis
"Kau bilang sakit perut, kenapa kau memesan mie?",
"Seporsi mie gak akan ngaruh"
Ketika Mienya tiba ia memakannya dengan lahap sementara teman temannya yang sudah habis kemudian mengobrol. Saat mie Luwis masih tersisa banyak, secara tak terduga bel kembali berbunyi
Luwis terkejut karena waktu tidak serasa sesuai dengan perkiraan awal, Luwis dengan terburu buru menghabiskan mienya sedangkan temannya terus memintanya untuk memakan dengan lebih cepat
Mereka sesegera mungkin menuju kelas, namun di depan kelas sudah berdiri seorang guru dengan fisik yang pendek yakni 147 cm, usia sekitaran 55~58 tahun dengan setelan guru memakai kacamata rambut yang sudah sedikit memutih di ikal dibelakang, yang tak lain tak bukan adalah buk Lorii
Buk Lorii melihat ke arah mereka dan menyuruh semuanya untuk masuk ke dalam kelas
"Buka bukunya baca dari halaman 170 sampai 175 dan catat ringkasan dari apa yang kalian baca" Semuanya membaca tapi tidak dengan Luwis, ia terlihat asik bergambar
Setelah beberapa saat buk Lorii berkata
"Ok baik yang disana baris kedua disamping dinding coba uraikan apa yang kau baca" Sambil menunjuk ke arah Luwis
Terkejut dan panik, ia menoleh ke teman di sampingnya, berbisik meminta catatan temannya, temannyapun memberikan catatan kepada Luwis, kemudian ia berdiri sambil memegang sebuah buku tulis dan membacakan isi tulisan
"Sebuah daratan yang sangat besar terbagi dalam beberapa wilayah yang dipimpin oleh orang orang yang terpilih, dengan tengah pada daratan adalah pusat kemajuan manusia, perdamaian seluruh wilayah dikontrol oleh Tentara yang memiliki markas di berbagai tempat, markas utama berada ditengah daratan"
"Bagus sekali... Tak kusangka kau pandai dalam meringkas"
Luwis membalasnya dengan senyuman yang dipaksakan
Buk Lorii kemudian menjelaskan dengan lebih memerinci kepada para muridnya
Ditengah tengah pembahasan, bel pergantian pelajaran berbunyi
"Jam ibuk sudah habis nanti pertemuan selanjutnya kita lanjut"
Buk Lorii meninggalkan ruangan kelas
Tak lama kemudian datanglah buk Juliand, dengan tinggi sekitar 162cm dan usia antara 30~32 tahun
kembali ketua kelas memberi aba aba penghormatan
"Siap... Hormat"
Setelah penghormatan Buk Juliand yang mengajar IPA kemudian berkata
"Baik, sekarang buka buku Bab 8 dimana kita akan mempelajari tentang Iblis. Iblis adalah mahluk yang kemunculannya pertama kali dicatat pada 500 tahun yang lalu, bagian daerah yang diberi nama Werdon Area adalah tempat berkumpulnya mereka ,melangkah kesana berarti mencari mati, asal muasal iblis masih tidak di ketahui dan bagaimana caranya mereka sampai kesana juga belum diketahui, cara membunuh mereka hanya dengan menebas lehernya, upaya dalam menangani iblis dilakukan oleh Organisasi yang kalian kenal dengan nama Spirit Fox. Itu adalah beberapa poin penting yang harus kalian cantumkan baik baik dalam kepala kalian pada pembahasan bab kali ini"
~setelah pelajaran usai~
"Ting... Ting... Ting... "
"Bel pulang sudah berbunyi, semuanya boleh pulang" Ucap bul Juliand
Luwis bertemu kembali dengan Claide pada gerbang sekolah tiba tiba mereka bertingkah absurd dengan berkomunikasi dengan kata yang sangat baku
Dengan lambaian tangan yang kaku Luwis berkata
"Halo, teman. Sudah lama kita tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu belakangan ini? Apa kesibukan yang sedang engkau jalani?"
Kemudian dibalas
"Saya dalam keadaan baik. Terima kasih atas pertanyaan Anda. Bagaimana keadaan Anda saat ini?"
"baik baik saja" Jawab Luwis.
~Mereka kemudian berjalan pulang~