Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Marionette: Permainan Tanpa Wajah???

AL_GAMING_1485
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
204
Views
Synopsis
Leon Graves, seorang psikolog kriminal ternama, menerima pasien baru—seorang wanita bernama Alana yang mengaku kehilangan ingatannya setelah sebuah insiden mengerikan. Alana percaya dirinya adalah korban penculikan, tetapi tidak ada catatan tentang kasusnya di kepolisian. Seiring sesi terapi berjalan, Leon mulai menyadari sesuatu yang janggal: setiap informasi yang diberikan Alana ternyata terkait dengan serangkaian pembunuhan brutal yang masih menjadi misteri. Namun, anehnya, tak ada bukti yang bisa menghubungkannya dengan kejahatan tersebut. Semakin dalam Leon menggali, semakin banyak kejadian aneh terjadi di sekitarnya—pintu apartemennya terbuka sendiri, pesan-pesan misterius muncul di ruang konsultasinya, bahkan seseorang mulai mengawasinya. Satu malam, ia terbangun dan menemukan dirinya berada di tempat yang tak ia kenali, dengan darah di tangannya. Alana menghilang. Kini, Leon tak tahu apakah ia sedang mengungkap kasus ini… atau justru sedang dikendalikan sebagai bagian dari permainan psikologis yang jauh lebih besar.
VIEW MORE

Chapter 1 - Marionette: Permainan Tanpa Wajah"?

Bab 1 – Bayangan di Balik Cermin

Leon Graves duduk di belakang meja kayu mahoninya, menatap layar laptop yang menyala redup. Hujan mengetuk lembut jendela ruang konsultasinya, mengiringi kesunyian yang menguap di dalam ruangan. Aroma kopi pahit masih menggantung di udara, bercampur dengan samar wangi buku-buku tua yang berderet di rak.

Ia membaca ulang email yang baru saja masuk.

"Dokter Graves, saya membutuhkan bantuan Anda. Saya tidak tahu siapa saya. Saya tidak tahu apa yang telah terjadi pada saya. Tapi saya merasa… ada seseorang yang ingin saya lupa. Dan saya takut jika saya mengingatnya, saya tidak akan selamat.

Tolong temui saya. Saya akan datang besok pukul tujuh malam. – Alana"

Leon menyandarkan punggungnya, mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi janggut tipis. Pesan itu terdengar putus asa, namun juga aneh. Terlalu… dramatis. Tapi sebagai psikolog kriminal, ia sudah terbiasa menghadapi kasus dengan narasi yang lebih ganjil dari ini.

Ia melirik jam di dinding—06.58 malam.

Dua menit kemudian, bel pintu berbunyi.

Leon bangkit, berjalan ke pintu, dan membukanya. Di ambang pintu berdiri seorang wanita. Rambut hitam panjangnya tampak basah oleh hujan, wajahnya pucat di bawah cahaya redup lampu jalan. Matanya… kosong, seperti seseorang yang telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak pernah dilihat.

"Alana?"

Wanita itu mengangguk pelan. "Terima kasih telah menerima saya, Dokter Graves."

Leon membuka pintu lebih lebar, mempersilakannya masuk. Saat Alana melangkah masuk, sejenak Leon merasakan sesuatu yang aneh—sebuah firasat yang menyelinap dalam pikirannya. Ada sesuatu yang… salah.

Tapi ia tidak tahu apa.

Dan itu hanya permulaan.