Udara pagi di Akademi Sihir Aurelius masih dipenuhi suara langkah kaki para murid baru. Beberapa berjalan dengan penuh percaya diri, sebagian tampak canggung, sementara yang lain berdiri dengan ekspresi sombong, seolah-olah dunia berputar di sekitar mereka.
Namun, di antara kerumunan itu, seorang pemuda berjalan dengan santai, seolah semua ini tidak lebih dari hiburan baginya.
Azrael Nachtveil.
Dia tidak tergesa-gesa, tidak gugup, dan yang paling penting—tidak peduli. Bagi Azrael, masuk ke akademi ini bukanlah sesuatu yang luar biasa.
Sebenarnya, jika dia mau, dia bisa saja mengambil jalur lain. Tapi, di dunia ini, kekuatan seseorang tidak hanya diukur dari apa yang bisa mereka lakukan, melainkan juga dari bagaimana mereka menempatkan diri di tengah masyarakat.
Dan di sinilah dia—berjalan santai di antara calon-calon penyihir berbakat.
Namun, langkahnya terhenti.
Di hadapannya, seorang gadis berdiri dengan tangan terlipat. Rambut peraknya berkilau tertimpa cahaya matahari, dan mata biru esnya menatap lurus ke arahnya.
Tidak ada rasa ragu di wajahnya, tidak ada ketidakpastian.
Ia hanya berdiri di sana, menunggu sesuatu.
Lalu, dengan nada tenang namun tajam, ia membuka suara.
"Kau, siapa?"
Sebagian besar orang mungkin akan terganggu jika ditanyai dengan cara seperti ini. Namun, Azrael justru menatapnya dengan ekspresi sedikit tertarik.
Alih-alih menjawab, ia malah tersenyum tipis.
"Lucu. Biasanya orang memperkenalkan diri dulu sebelum bertanya."
Mata Celestine menyipit, tetapi sudut bibirnya terangkat tipis.
"Dan biasanya orang tidak mengabaikan pertanyaan secara terang-terangan."
Azrael terkekeh. "Kau percaya diri sekali. Coba kutebak, kau dari keluarga bangsawan yang terkenal dan terbiasa dihormati orang lain, bukan?"
Celestine tidak menyangkal. Ia hanya menatapnya dengan penuh penilaian.
Azrael menghela napas dan akhirnya menjawab, "Azrael Nachtveil."
Celestine tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya berbicara lagi.
"Nachtveil… Aku tidak pernah mendengar nama itu dari keluarga bangsawan."
Azrael tertawa kecil. "Tentu saja. Aku bukan bangsawan."
Sekilas, ada sedikit perubahan di mata Celestine. Entah itu keterkejutan atau ketertarikan, sulit untuk ditebak.
Namun, sebelum Celestine bisa merespons, Azrael melanjutkan dengan santai, "Tapi jujur saja, itu tidak penting. Entah aku bangsawan atau bukan, aku tetap lebih kuat dari siapa pun di sini."
Celestine mengangkat alis, lalu tertawa kecil.
"Percaya diri sekali."
Azrael menyeringai. "Karena aku punya alasan untuk itu."
Celestine tidak menyangkalnya. Ia hanya memandang pemuda di depannya dengan lebih serius.
Lalu, setelah beberapa saat, ia akhirnya berkata dengan nada ringan, "Menarik."
Azrael tersenyum tipis.
"Begitu juga kau."
Tanpa mereka sadari, percakapan kecil ini telah menandai awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.