Chereads / Midnight Rain with a Spy / Chapter 4 - Midnight Rain with a Spy #Special part

Chapter 4 - Midnight Rain with a Spy #Special part

Terima kasih Spy

Pagi hari di kota Bandung yang sejuk, Langit kota Bandung yang belum terlihat matahari nya tepat pukul 06.00 membuat Anya terbangun untuk bersiap siap pergi ke kampus nya karena kelas hari ini masuk pukul 08.00. Setelah selesai bersih bersih Anya pun memutuskan untuk sarapan di luar tepatnya membeli bubur ayam langganan nya di kawasan kampus itu. Anya pun menuju basement untuk mengendarai Audi RS7 miliknya menuju kampus setelah sampai dis pun memesan buburnya.

"Pagi mang, kaya biasa ya 1 porsi tanpa kacang" ucap Anya kepada abang penjual bubur ayam.

"Siap neng"

Setelah makanannya siap Anya pun mulai memakannya di tempat dengan udara yang masih sejuk, beberapa menit lagi akan memasuki kelas Anya pun buru buru menyelesaikan sarapan nya dan menuju ke kampus.

"Anyaaa" sapa Elzira Aneira sahabat Anya.

"Hai El"

"Ayo kelas, keburu telat" ajak Elzira.

"Go"

Setelah keduanya memasuki kelas, dosen pun mulai masuk dan menerangkan materi yang berhubungan dengan psikolog.

Kelas bubar pada pukul 11.00 Anya dan Elzira pun berpamitan sebelum akhirnya mengendarai mobilnya masing masing menuju ke apartemennya dan Anya memutuskan untuk pergi ke supermarket sebelum ke apartemennya karena ingin membuat cookies dark chocolate kesukaan nya.

Setelah selesai berbelanja untuk kebutuhannya Anya pun pulang ke apartemennya dan memutuskan untuk membersihkan diri dan kemudian membuat cookies dan Anya pun tiba tiba teringat akan Ibunya yang dulu selalu membuatkannya cookies ini namun dengan buru buru Anya menepis perasaan itu agar tidak terlalu membuat trauma nya kambuh.

"Wah perfect cookies ini, tapi dulu Bunda suka bikinin ini buat Anya haha gapapa deh Anya udah bisa sendiri, Anya sekarang mandiri loh Bun" ucap Anya sambil terisak menahan tangis

"Aduh apaan sih Anya ga boleh nangis, Anya mau telpon kakak aja deh"

"Halo adik manis" sapa Ian disana

"Huaa kakak kapan kesini Anya kangen"

"Sabarr yaa nanti kalo kakak kerjaannya udah beres kakak kesana okey?"

"Hmm lama banget"

"Anya, kakak mau nanya sesuatu"

"Nanya apaan kak?"

"Kok kamu tiba tiba pengen ke Bandung?"

"Emm A-anya kan udah bilang ihh mau mandiri. Aduh kakak gimana sih"

"Hehe gitu ya, yaudah kamu gada cerita gitu hari ini"

"Gaada sih kak tapi ini kak Anya bikin cookies tauu, kakak harus cobain sih enak bangett"

"Masa sih yaudah nanti kalo kakak main ke apartemen Anya bikinin yaa"

"Iyaa banget"

"Hahaha bocil bocil mencoba hidup mandiri"

"Ih apaan sih kak Anya udah bisa hidup sendiri, Anya udah gede enak aja bocil"

"Di mata kakak kamu akan selalu menjadi anak kecil kesayangan kakak, udah ah kakak mau ngegym dulu yaa. See ya Anya."

"Kakak…" (panggilan telah ditutup)

Apakah Anya harus beruntung memiliki Kakak yang baik seperti Ian, atau Anya harus merasa tidak beruntung karena masalalu Anya yang sangat gelap dan menyakitkan tapi bukankah diluar sana ada yang lebih menderita tapi apakah Anya harus tetap tersenyum terus walau dunia terus menyalahkan Anya? ya sepertinya Anya harus memilih opsi ini, masih ada kak Ian yang tulus menjaga nya dia tidak boleh mengecewakan nya pikirnya.

Malam telah tiba tepat pukul 22.00 Anya selesai membersihkan diri dan menuju tempat tidurnya dan membaca novel kesukaannya dan memutuskan tidur setelah membaca beberapa halaman novel itu. Namun dalam tidur Anya mengalami mimpi buruk lagi.

"Anya kamu gaboleh hidup tenang seperti ini, kamu anak sial!"

"Kamu harus ikut mati!, kenapa sih bukan kamu aja yang mati"

CTASSS

"ARGHH SAKIT PAPA!, jangan sakitin Anya lagi Anya juga manusia pa, Anya bukan hewan yang selalu papa pukul dengan rotan itu hiks.."

"Pa pa dada Anya sakit sesak pa"

"Hah hah hah, mimpi buruk lagi. Kenapa Anya selalu dihantui mimpi buruk terus Tuhan, dunia tidak pernah membiarkan Anya tenang bahkan ketika tidur lantas kenapa Anya masih hidup jika seperti ini. Anya juga seorang pembunuh iya bener kata papa Anya yang bikin Bunda sama adik Mahen meninggal, kalo gitu kenapa Anya masih enak enak hidup?, ya Anya juga harus mati" ucap Anya.

Anya memutuskan pergi ke balkonnya dengan pikiran yang berkecambuk bahkan Anya tidak bisa berpikir saking berisik nya pikirannya itu bahkan untuk meminum obat penenang Anya sudah tidak mau, yang Anya pikirkan hanya menyusul sang ibu dan adiknya, Anya menaiki pembatas yang ada di balkonnya untuk memutuskan loncat dari atas sana.

Tepat pukul 01.15 rencana yang akan Anya lakukan gagal total ketika seorang lelaki menarik tangan Anya membuat Anya terjatuh dan dengan segera lelaki itu memeluk Anya menenggelamkan wajah Anya di dada nya agar tidak bisa melihat siapa dirinya, Anya menangis sesenggukan dipelukan lelaki misterius itu.

"Kenapa Anya seperti tidak boleh hidup tenang mimpi buruk itu terus menerus datang, Anya takut hiks.., tapi saat Anya ingin mengakhiri hidup selalu gagal seperti dunia benar benar tidak membiarkan Anya tenang hiks hiks" ucap Anya menangis sesenggukan memeluk si pria misterius itu.

"Mengakhiri hidup bukanlah pilihan yang tepat, terkadang kita juga berpikir untuk apa kita hidup jika terus seperti ini, tapi kalo kamu memutuskan untuk mengakhiri hidup itu artinya kamu menyerah dengan kejam nya hidup, ingat ketika kamu akan dilahirkan ketika Tuhan bertanya kepada mu apakah kamu siap dengan kejamnya dunia dan kamu mengatakan siap maka dari itu kamu lahir ke dunia ini. Silahkan menangis dengan puas saat bersama ku dan cerita lah sepuasmu" ucap Devan sambil mengusap punggung Anya yang bergetar karena menangis.

"Hiks hiks.. A-adel sakit.. mental Adel rusak, Tubuh Adel remuk hiks.., dari kecil Adel udah ditinggalin Bunda selamanya belum sembuh akan luka kehilangan Adel terpaksa terluka lagi karena ayah.. ayah pukul Adel pake rotan, sabuk, seret Adel, kepala Adel didorong ke ujung meja sampe berdarah, punggung Adel juga berdarah hiks hiks. Uncle.. temenin Adel ya jangan tinggalin Adel takut hiks Adel takut p-papa datang kesini, Anya gapunya siapa siapa hiks"

Mendengar hal itu membuat Devan langsung menatap wajah Anya lalu bertanya siapa dia.

"Siapa kamu?" tanya Devan

"A-adel, I'm 8 y.o hiks hiks"

Sekarang Devan paham, ya 'Adel' adalah karakter lain yang Anya ciptakan ketika Anya sedang merasa frustrasi atau dunia psikolog menyebutnya "kepribadian ganda" entah lah tapi itu yang ada dipikiran Devan.

Hujan pun turun dengan deras disertai petir yang keras membuat 'Adel' menjerit ketakutan sambil memeluk tubuh Devan dengan erat, Devan terlena dia merasa iba dia juga masih menatap 'Adel' dengan tulus seperti Devan bisa merasakan kesedihannya, Devan pun tersadar bahwa wanita ini ketakutan dengan segera Devan menggendongnya dan membawa ke unit milik Anya dan menidurkan 'Adel' di sofa yang masih terisak.

"U-uncle bakalan nemenin Adel sampe Adel tidur kan?" tanya 'Adel'

"Iyaa, tapi sebelum itu kamu ganti baju dulu ya, tadi kan kehujanan nanti kamu sakit okey?" ucap Devan memberikan totebag berisi baju Anya.

"I-iya uncle"

Kali ini Devan dengan berani tidak menutupi identitas nya didepan Anya karena 'Anya' sedang tidak ada dalam raga nya, Anya sedang bersembunyi dibalik 'Adel'.

"U-uncle Adel udah beres, uncle mau kan elusin kepala Adel sambil nyanyiin twinkle little star buat Anya kaya yang dulu Kak Ian nyanyiin buat Adel"

"Yaudah tiduran"

Setelah Adel menidurkan diri di sofa Devan mengelus kepalanya dan menyanyikan lagu yang dimaksud dengan tulus, kali ini juga Devan melakukan ini semua dengan tulus tanpa mengingat bahwa ini adalah perintah dari bos nya.

flashback on

Ketika Devan sedang merokok di balkon kamarnya tiba tiba dia melihat dengan mata tajam nya Anya yang berjalan keluar balkon sambil menangis dan mulai menaiki kaki nya ke pembatas tembok itu, awalnya Devan akan bersikap bodo amat.

"Buat apa gue peduli sama orang yang bahkan gue ga kenal, semenjak gue jadi seorang penyendiri gue ga pernah lagi peduli sama orang lain selain Bunda karena ketika gue terpuruk pun ga ada kan yang peduli sama gue, gue berpikir ga ada gunanya peduli sama orang lain yang pada akhirnya mereka akan ninggalin gue juga." batin Devan.

Namun, entah kenapa saat itu Devan menghempas pikiran itu jauh jauh dan berlari melompat ke balkon Anya dan menarik tangan Anya yang jika sedetik telat maka Anya sudah tidak ada di dunia ini.

flashback off

Setelah 'Adel' tidur, Devan menggendong Anya ke kamarnya dan menidurkannya disana sambil meninggalkan notes lalu Devan pergi dari unit itu dengan perasaan yang campur aduk, seperti detak jantung yang berdegup kencang, sedih. Namun Devan menghiraukan nya dan langsung menuju unitnya dan membuka kulkas dan meminum sekaleng beer yang ada disana. Sepertinya Devan harus menenggelamkan perasaan campur aduk itu dengan sedikit alkohol.

★★★

Dia kembali

Langit malam pun mulai menunjukkan garis garis berwarna ke orange-orange dengan background biru dan bercak bercak putih bernama awan dan berganti menjadi biru cerah dengan sedikit sinar matahari yang menyinari langit.

Anya pun mulai mengerjapkan matanya menetralkan matahari yang masuk menembus gorden kamarnya.

"Kenapa Anya ada disini?, iya Anya ngerti sekarang, tadi malam Anya berusaha mengakhiri hidup Anya payah ga seharusnya Anya kaya gitu kalo Kak Ian tau dia pasti kecewa, dan Bunda.. dia juga pasti kecewa. Tapi kenapa Anya disini?" tanya Anya bermonolog.

Anya pun menyadari ada notes di meja nakas samping tempat tidurnya berisi

Hai

kalo nanti bangun, jangan macem macem ya. apa kamu masi inget saat aku bilang untuk cerita dan menangis sepuasnya padaku? jika kamu ingat tinggalkan pesan pada nomor ini

0833648xxxxx

ku harap kamu tidak membocorkan nya pada siapapun ya?

dari Spy

"Hah Spy?, apa jangan jangan pria yang kemaren nolongin Anya itu Spy. Ya Anya ingat semuanya sekarang, dia bilang kalo mengakhiri hidup itu bukan keputusan yang tepat dan sebelum kita ke dunia juga Tuhan sudah bertanya apakah kamu siap dan aku berkata siap maka dari itu aku ada di dunia. Tapi Anya gabisa inget lagi kejadian setelahnya, apa jangan jangan… Adel… muncul. Anya tau dari dokter Ema dia bilang ada kemungkinan karakter lain dalam jiwa Anya muncul ketika Anya sedang frustrasi dan yang dokter Ema bilang yang selalu muncul hanya Adel. Ah tuhan… Anya pusing" ucap Anya bermonolog.

"Oke sekarang Anya siap siap aja buat ngampus abis itu Anya mau cerita sama Spy itu" ucap Anya.

Pagi ini Anya memutuskan untuk tidak sarapan dan buru buru ke kampus karena melihat waktu sudah pukul 07.12 dimana sebentar lagi kelas akan mulai, tidak ada waktu untuk membuat atau membeli sarapan.

Anya pun keluar dari unit nya, menuju basement seperti biasa dia mengendarai mobilnya sendiri menuju kampus. Pagi ini mood Anya entah kenapa tiba tiba menjadi baik dan cerah seperti biasa Anya yang ceria kembali lagi.

Anya bertemu Elzira dan langsung menggandeng tangannya sambil tersenyum.

"Anya?" tanya Elzira kepada Anya dengan tatapan aneh.

"Yap kenapa El?"

"Anehh, tumben amat deh ceria banget, kemaren kemaren aja cemberut"

"Hadeuh El mah Anya cemberut salah Anya ceria salah terus Anya harus apa?"

"Yaa ngga sih hehehe, yaudah ayo ke kelas"

"Go"

Seperti biasanya kelas dimulai dan berakhir pada pukul 11.00 Anya pun harus mengembalikan novel yang dia pinjam ke perpustakaan kampus sebentar sambil mengerjakan tugas.

"Anya, main gas gaa?" ajak Elzira menatap Anya

"Boleh El, tapi udah dzuhur aja kali ya?" tanya Anya

"Oke siap nanti gue aja yang ke apart lo" ucap Elzira

"Siap"

"Eh tapi lo mau kemana?"

"Ke perpus dulu El, Anya mau balikin buku sekalian ngerjain tugas"

"Ikutt deh kalo gitu, disana wifi nya lancar hehe"

"Yeuh yaudah ayo"

Setelah obrolan singkat itu mereka pun berjalan menuju perpustakaan dan setelah sampai mereka mengobrol sekilas lalu Anya yang fokus kepada tugas nya dan Elzira yang fokus kepada drakornya.

Setelah selesai urusan di perpustakaan mereka pun berpamitan untuk pulang ke apartemen masing masing. Anya memutuskan untuk beristirahat dan tidur sebentar dia sangat kelelahan.

★★★

Di tempat lain Devan sedang berbincang dengan bos nya lewat telpon.

"Sampai saat ini gue gatau apa yang dialami adik gue sendiri, gue punya tugas buat lo"

"Go ahead"

"Ambil data hasil tes kesehatan mental dia, mungkin dia nyimpen di laci nya deket tempat tidur"

"Bang, kapan lo ke Indo. Gue mau ngobrol sama lo penting tapi kayanya gue gabisa kalo lewat telpon"

"Kayanya minggu depan nanti gue kabarin lo aja, udah cepet kerjain tugas lo bayaran nya ga main main kan lo tau"

"Fuck, gue ngelakuin ini bukan cuma karena itu."

"Terus?"

"Tanpa lo suruh gue bakal selalu jagain Anya bang"

"Lo suka sama Anya?"

"Itu urusan pribadi gue"

"Just fucking shut up, cepet kerja"

"Bacot"

Devan mengendap-endap masuk ke dalam unit Anya dengan pintu unit yang sudah terbuka lalu pergi ke kamar Anya yang kebetulan Anya tidur di sofa ruang depan tv, Devan membuka beberapa laci lalu berhasil mendapatkan selembar kertas berisi data kesehatan mental Anya dan di foto nya kertas itu oleh kamera kacamata canggih miliknya dan dikirimkannya langsung ke bos nya. Sebelum dia pergi dia melihat Anya tidur dengan gelisah, keringat mengucur deras di dahi nya, Devan tau bahwa Anya pasti sedang mimpi buruk.

"Gue ga pernah ngerasain peduli sama orang lain, gue termasuk orang yang bodo amat sama apapun, bahkan gue ga suka di perhatiin orang orang atau di peduliin, gue ga peduli apapun yang terjadi ini semua demi papa" batin yang langsung pergi keluar unit dengan hanya meninggalkan botol obat di meja dekat sofa.

"Done"

"Good job spy"

"Gimana kalo gue temenan sama dia bang"

"Boleh aja asal lo jangan nunjukin identitas lo"

"Bang t-.."

"Why spy?"

"...ttutt…"(panggilan telah ditutup)

"Bahkan gue ga peduli ketika orang salah paham atau paham tentang gue, ngapain gue harus meduliin gituan. Kenapa gue jadi peduli sama anak itu, ini semua demi papa bukan karena perasaan gue. Biasanya gue jalanin pekerjaan ini tanpa melibatkan perasaan diri gue sendiri, kenapa sama Anya gue kaya gini. Gue mau ketemu papa, gue ga peduli apapun yang terjadi!" batin Devan

BUKK

"AHHHH" teriak Anya kecil yang berumur 8 tahun

"Forgive me papa, it's hurt please stop!!"

"FUCK!!"

BUKK

SRETT

"AHHHH"

"Forgive me please it's hurt, I said stop please

"I don't make Mahen and Mom die dad please stop hiks hiks"

"Fuck!, shut up your mouth baby. kamu harus dihukum gara gara kamu, Istri dan anak saya mati. Kenapa ga kamu aja yang mati hah!!. Saya kurung kamu disini jangan coba coba teriak atau saya akan buat kamu lebih menderita dari ini!"

"Ampun papa hiks d-disini dingin. Kak Ian help me hiks hiks"

Hwaaa

"Huh huh huh, mimpi itu lagi. Anya takut tolong hiks sakit, dingin, obat Anya butuh obat uhuk uhuk" Anya terbangun dengan kecemasan yang kambuh dan terbatuk batuk karena dada nya mulai sesak lalu dia melihat obat di meja samping sofa nya lalu mengambil 2 butir obat dan meminumnya setelah tenang dia kembali memikirkan mimpi buruk nya yang selalu terulang. Setelah sedikit tenang Anya memutuskan membatalkan kegiatannya bersama temannya Elzira.

Elzira

>Anya: El, mainnya batalin ya. Anya cape bangett

>Elzira: Yahh, yaudah deh gapapa next time aja.

>Anya: Sorry.., nanti Anya traktir banana eskrim yaa.

>Elzira: Siapp!!

read

Tanpa disadari Devan yang selalu mengikuti dan memata matai Anya mendengar dan melihat Anya lewat kaca balkon unit kamar Anya, Devan merasa ada gejolak aneh dalam dirinya namun Devan selalu dengan cepat menepis perasaan itu dan Devan memutuskan untuk pulang saja kembali ke unit apartemen miliknya sendiri dengan memanjat ke pagar balkon unit Anya yang menghubungkan dengan pagar balkon unitnya.

★★★

Pagi hari di akhir pekan membuat Anya sangat gembira. Ya, siapa sangka Anya akan menjadi orang orang pada umumnya yang menghabiskan pekan akhir untuk ber malas malasan di kamar nya, Namun Anya malah gembira menyambut akhir pekan dengan berolahraga, melakukan beberapa yoga, dan juga membersihkan unit

kamar nya.

Di pagi yang sama juga tepat pukul 5.30 pagi seorang lelaki yang dikenal dengan pekerjaannya sebagai "Spy" atau bisa disebut "mata mata" Yap Devan bahkan masih menggulung diri nya di selimut yang tebal karena dia hanya tidur ketika pekerjaan nya itu sudah selesai, siapa sangka dia mengambil job nya untuk klien lain pada malam hari yap dia bekerja hanya pada malam hari.

Ttettt meong meong

"Pagi Spy, wake up quickly sweet boy"

"Hm muak gue, cape aih lo bangunin mulu. Asal lo tau gue baru beres ngeberesin tugas tadi malam, balik balik subuh gue mah"

"Detektif Lou nyuruh lo selidikin dan kumpulin data kasus kematian dari pejabat tinggi bro"

"Malas, ada polisi kan. Guna nya mereka apa"

"Ck, mereka bilang ngandelin polisi butuh waktu agak lama. Sedangkan mereka butuh dengan cepat bukti buktinya maka dari itu mereka nyari lo"

"Haha second choice"

"Stop yapping, wake up, and immediately carry out the boss's orders. Paham?"

"Hm"

Pagi ini juga Anya memutuskan untuk berolahraga yaitu jogging sekitaran daerah apartemen nya, disana juga ada taman yang membuat Anya merasa senang tinggal di kawasan itu. Anya menggunakan kaos hitam polos dibalut jaket abu dan celana legging hitam juga sepatu casual berwarna hijau putih, rambut nya hanya di ikat kuda dengan bando bermotif strawberry. Setelah selesai Anya turun dan memulai olahraga nya.

Di pagi yang sama juga Devan pun menyiapkan diri untuk memulai pekerjaan nya, tiada akhir pekan yang tenang untuknya. Dia menyiapkan hoodie hitam yang dibalut rompi jaket hitam yang tebal dengan menggunakan levis hitam dilengkapi sepatu converse berwarna hitam full dan menggunakan topi juga kacamata canggih yang bisa menggunakan kamera, memanggil telpon berwarna hitam.

Brukk

Anya yang sedang berjalan menuju keluar apartemen tiba tiba menabrak seorang lelaki yang berpenampilan full hitam, Anya tidak bisa melihat dia siapa karena lelaki itu langsung menunduk dan melarikan diri tapi Anya bahkan tau dia adalah "Spy". Siapa yang tidak kenal dia, semua orang tau dia namun semua orang tidak tau siapa sosok dibalik itu.

"Spy?" batin Anya dalam hati.

"Apa benar dia yang tadi malem nolongin Anya, Oke kalo gitu Anya bakal chat dia nanti sekarang jogging dulu deh."

Waktu pun berlalu sekarang langit sudah mulai sangat jelas menampakkan matahari yang begitu terik di Kota Bandung ini. Anya sedang membuat pancake dengan topping selai choco hazelnut tiba tiba berpikir untuk memberikannya kepada Spy, mungkin terdengar aneh tapi entah kenapa salah satu orang yang terbesit dipikirin nya adalah Spy.

"Yummy, enak mantap deh. Anya kasih aja kali ya ke Spy, siapa tau dia suka sebagai ucapan terima kasih juga. Hm kira kira di acc ga ya buat ketemu, coba chat aja kali ya" ucap Anya bermonolog.

Spy

>Anya: Emm permisi, ini orang yang biasa disebut Spy kah?

>Anya: Anya bikin pancake ni, sebagai ucapan terimakasih. Tolong bales yaa keburu dingin hehe

>Spy: Balkon, bawa penutup mata dan kalo sudah sampai pake itu

Anya yang memahami pun langsung buru buru ke balkon dengan membawa nampan berisi sepiring pancake dan 2 gelas susu, sesampainya disana Anya tidak melihat ada siapa siapa disana dan Anya pun memutuskan untuk langsung menggunakan penutup mata itu.

"Emm hai Spy, Anya udah pake penutup mata nya nih. Apa kamu udah disini?. K-kamu bilang kalo aku mau cerita atau menangis panggil kamu?. Kali ini Anya ga lagi sedih tapi Anya mau cerita dan ngasih ini buat kamu" ucap Anya sambil tersenyum.

Devan salah fokus dia melihat pancake topping choco hazelnut kesukaan nya bagaimana Anya tau dia suka pancake itu ah mungkin kebetulan pikirnya.

"Kenapa kaya gini?" tanya Devan

"Ya maksudnya?" tanya Anya balik

"Cerita apa?"

"Anya mau cerita tadi Anya ketemu orang serba hitam seperti yang orang orang rumorkan bahwa itu adalah Spy, apa benar?"

"..."

"Hehe maaf kalau lancang tapi Anya bersyukur banget kamu nolongin Anya tadi malam, kalo engga mungkin Kakak Anya kecewa"

"Bodoh"

"Hah maksud kamu Anya bodoh?"

"Tindakan"

"Apasih ih ternyata Spy itu cool banget ya hehe"

"Jadi cerita apa?"

"Emm udah sih itu doang, kalo kamu emangnya gada cerita?"

Devan yang mendengar itu sedikit tersenyum akan sikap nya yang menurut Devan unik, tadi sopan sekarang jadi kaya ke temen sendiri batinnya"

"Kalo gaada cerita-"

"Maaf ya nyusahin, pasti kamu mau bilang kalo gada cerita jangan panggil aku" ucap Anya memotong perkataan Devan.

"Jangan dibiasain motong percakapan orang, siapa bilang aku mau bilang kaya gitu, aku cuma mau bilang kalo gada cerita kapan dimakan nya ini makanannya gini gini aku juga laper Anya" ucap Devan menjitak kepala Anya dengan pelan.

"Aww, i-iya deh mari dimakan eh mana ya piringnya" ucap Anya sambil meraba raba lantai dibawahnya.

"Buka mulutmu, mata mu tertutup yang ada tumpah" ucap Devan sambil menyuapi Anya sepotong pancake.

"Eh t-terimakasih"

Keduanya pun menikmati makanan itu dengan nikmat, mungkin keduanya terlihat biasa saja namun siapa sangka hati keduanya berdegup sangat kencang. Sampai akhirnya makanan pun habis Devan yang merasa sudah cukup lama memutuskan untuk pulang ke unitnya.

"Terimakasih makanannya enak, kalo ada apa apa jangan sungkan chat aku, kita teman secara misterius sekarang"

ucap Devan sambil menepuk pundak Anya lalu langsung pergi melesat ke unit nya dengan cepat. Anya yang menyadari sudah tidak ada Devan pun membuka penutup mata itu dan merasakan ada gejolak aneh di hatinya, namun dengan cepat Anya menepis itu dan langsung masuk ke kamarnya dan menutup kepalanya dengan selimut, mungkin Anya merasa seperti ada kupu kupu di perutnya.

★★★

Dia kembali

Tepat pukul 02.35 am, malam itu Devan sedang lelah lelah nya karena mengerjakan laporan data keuangan perusahaan milik Ibunya. Namun, tiba tiba ada panggilan dari bos nya dalam pekerjaan sampingan nya yang membuat Devan terkejut.

ttettt meong meong

"Yo what's up bro" sapa Ian

"Ahh berisik lo sekali aja bisa ga sih ga usah manggil gue di jam segini. Lo tau orang pada tidur jam segini ga sih"

"Sorry Spy, tapi gue mau minta lo sekarang bikin jebakan buat Anya"

"Jebakan buat apa, what do you mean gue ga ngerti" tanya Devan

"Lo minta bantuan Gaby, intinya lo jebak Anya biar dia bisa cerita masalalu dia ke Gaby"

"Makannya lo ke Indo gue ada info tentang dia"

"Tentang apasih?"

"Anya, gue udah punya banyak info"

"Ah fuck, Oke kita lupain tugas yang tadi gue suruh. secepatnya gue selesain tugas gue disini abis itu gue ke Indo"

"Dasar orang sibuk" ucap Devan

"Heleh, lo juga dibayar"

"Bacot lo tua" (panggilan telah ditutup)

★★★

"Morning Ell" sapa Anya

"Morning juga Anya!"

"Udah ah ayo kantin Anya kangen surabi gula" potong Anya sambil menarik tangan Elzira.

"Eh eh oke oke pelan pelan Anya, kayanya kamu belum sarapan ya laper amat keliatannya" ucap Elzira

"Hehe iyaa"

Mereka berdua Anya dan Elzira sedang sarapan pagi sambil sedikit bercerita tentang hal hal random.

Di lain tempat Devan sedang menganggur karena sedang tidak ada job, dia pun memutuskan untuk membuat sarapan pagi dengan simple hanya avocado toast, dan vanilla latte saat sedang nikmat nikmat nya makan ada panggilan masuk dari bos nya.

ttett meong meong

"Devan, lo siap siap lusa malam lo ada jadwal terbang ke London. If you ask why itu karena kita bakal ada private party di mansion gue melibatkan mafia The Black Eagle yang paling terkenal di Inggris" ucap Ian

"Bawa bawa mafia serem amat"

"Gue mantan anggota mafia itu, dan kali ini gue ngajak lo ikutan party karena lo diundang untuk jadi salah satu anggota utama dari The black Eagle"

"Reasons?" tanya Devan

"Jadi kalo ada job yang agak danger, lo ada backingan dari The Black Eagle. Karena nanti pekerjaan lo akan go internasional dan mungkin lebih susah kalau lo melakukannya sendiri, maka dari itu mereka ingin kerja sama dengan lo. Are you ready?"

"Fine"

"Good job Devan, lusa malam jadwal penerbangan lo dan kalo udah sampe lo bakal dijemput sama bodyguard gue"

"Hm"

"Oh iya masalah yang kemaren, lo bilang udah punya info tentang Anya?" tanya Ian dengan serius

"Bingo"

"Yaudah masalah itu nantian aja sekarang kita fokus kerja sama kita sama The Black Eagle"

"Hm"

"Lo mulai suka ya sama Anya?" tanya Ian sambil tersenyum di sebrang telpon

"Kalo gue bilang juga pasti lo larang Bos"

"Kata siapa?"

"Maksud lo?"

"Gue malah lega dan seneng kalo adik gue ada di tangan lo, Gue harap lo bisa jaga fisik dan hati dia Van"

"..."

"Gue bakal biarin lo deketin Anya sampe dia tau sendiri identitas lo yang sebenernya, maksudnya selama Anya gatau siapa lo, tetap lah jadi Spy namun jika Anya udah tau siapa lo maka lo berhak membongkar identitas lo dan memulai hidup baru dengan Anya"

"Apa yang lo maksud dengan kata 'memulai hidup baru'?"

"Lo bisa bucin sama dia dengan normal tanpa harus Anya pake tutup tutupan mata segala"

"Fine"

"ttutt (panggilan terputus)

★★★

Tepat pukul 8.00 pagi di kampus unggulan kota Bandung 2 mahasiswi yang beberapa bulan lagi lulus sedang kedatangan 1 mahasiswa pindahan dari Jakarta. Anya merasa seperti tidak asing dengan wajah si mahasiswa baru itu, Anya terus memperhatikan nya.

"Wei Anyaa…" panggil Elzira dengan berbisik setelah mengetahui Anya melamun memperhatikan orang di depan nya itu.

"Eh k-kenapa El?"

"Lo kenapa bengong?"

"Gapapa, udah ah nanti dimarahin dosen loh"

"Baik, silahkan perkenalkan diri anda" ucap sang dosen

"Baik terimakasih, Sebelumnya izin memperkenalkan diri. Saya Darel Danendra biasa dipanggil Darel pindahan dari salah satu Universitas di Jakarta. Terimakasih" ucap Darel dengan lantang dan membungkukkan badannya.

"Silahkan duduk di kursi yang kosong"

"Terima kasih Pak"

Darel berjalan menuju kursi yang kosong tepat di sebelah kanan belakang Anya dan setelah melewati kursi Anya, Darel menatap Anya yang sedang menatap nya juga dengan senyum smirk.

"Cakep juga lo, whatever but tunggu tanggal main nya ya cantik" batin Darel.

Flashback on

15 tahun yang lalu

"Anyaa nanti kalo kita berempat udah dewasa, kita main kaya gini lagi ga ya?" tanya Farez yang saat itu berusia 6 tahun.

"Pastinya kita harus main sih" jawab Devan

"Iyaa bener tuh" ucap Anya dan Ian menimpali.

"Kalian lagi seneng banget kelihatannya. Ini dimakan yaa" ucap mama Farez menghampiri mereka dengan membawakan beberapa cookies dan susu kotak.

"Eh mama, terimakasih ma"

"Terimakasih juga aunty"

"Sama samaa, oh iya ka Farez mama mau pergi bentar ke toko depan komplek. Mama titip adik mu Alice gapapa kan, bu Siti lagi masak soalnya jadi gabisa jagain?" tanya mama Farez.

"Ohh gapapa banget dong maa, biar Alice main sama kita kita" ucap Farez

"Iya bener aunty"

"Yaudahh"

Alice, adik dari Farez yang usia nya hanya berjarak 1 tahun lebih muda dari Farez. Bermain bersama berbagi keseruan, Namun ada hal yang tak terduga.

"Kakakk, Teman teman kakak" panggil Alice menyapa mereka ber empat.

"Halo, Alicee"

"Sini sini kita lagi main sama moy nih, kucing kesayangan Alice kan?"

"Iyaa. Eh bentar Alice laper mau ke bu Siti dulu ya?"

"Mau kak Farez temenin ga?" tanya Farez

"Engga kak, Alice sendiri aja"

"Eh Farez, Emm Anya boleh ikut ke toilet ga Anya kebelet aduhh" tanya Anya

"Boleh dong Anya" Jawab Farez

Sesampainya di ruangan yang tersedia dapur dan toilet, Anya melihat Alice sudah tergeletak di lantai, Anya syok melihat kejadian itu dada Anya terasa sesak melihat nya, kepala Anya mulai pusing tapi Anya berusaha untuk membantu Alice dengan mengecek nafas dan denyut nadi nya namun nihil itu sudah tidak berdetak. Kemudian dalam waktu yang bersamaan Farez menuju dapur untuk mengambil air putih namun yang dia lihat adalah Alice yang tergeletak di lantai tidak bernyawa dengan dan Anya yang memegangi kepalanya. Farez pun menarik lengan Anya dan menampar Anya.

"ARGH, Anya apain adik Farez huh!!?"

"Farez ini bukan Anya yang ngelakuin"

"Anya jahat!!"

"Farez kamu salah paham dengerin Anya dulu"

"Diam!!"

"Adik Farez hiks"

"Bu Siti, Buu.."

Mendengar keributan itu Devan dan Ian menghampiri mereka di dapur yang juga syok saat melihat keadaan disana, saat itu juga Devan dan Ian membawa Anya pergi keluar dari rumah Farez dan sudah tidak berhubungan lagi sampai sekarang, Kasus kematian Alice saat ini hanya didakwai karena keracunan makanan biasa.

Sampai saat ini pun Ian dan Devan masih terus selalu menjaga Anya dari Farez ataupun orang lain yang ingin melukai Anya.

Flashback off

Pukul 13.25 siang tepat matahari berada di tengah langit membuat Anya memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliah di cafe dekat apartemennya, tiba tiba Anya kepikiran tentang Darel entah kenapa tapi Anya merasa seperti tidak asing dengan wajahnya, dan entah kenapa akhir akhir ini hati Anya seperti gelisah seperti akan ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Kok ga asing ya sama Darel, apa perasaan Anya doang?"

"Haduh, Anya buang buang waktu aja deh mending Anya ngerjain tugas cepet cepet deh"

Devan masih terus membuntuti pergerakan Anya lewat pelacak dan chip suara yang telah disimpan di tas Anya, tas yang selalu Anya bawa dan juga memasang pelacak di handphone Anya untuk jaga jaga jika suatu waktu Anya tidak membawa tas nya. Devan memandangi terus monitor itu dengan pikiran yang berkecambuk, akhir akhir ini pikiran Devan tidak bisa fokus. Sampai saat ada panggilan masuk.

ttettt meong meong

"Devan, perasaan gue akhir akhir ini gaenak. Lo cari tau dong apa ada yang baru di kampus Anya"

"Hm"

ttutt *panggilan telah ditutup

Devan pun menghubungi partner kerja nya yang juga kuliah di kampus yang sama dengan Anya, dia Gaby Fritzyara seorang asisten mata mata. Dia kuliah dengan jurusan teknik komputer maka tidak heran data data yang berhasil di retas oleh Devan adalah hasil peretasan oleh Gaby.

"Ya halo Spy"

"Cari tau apakah ada yang baru atau data terbaru di kelas Anya atau tidak"

"Baik"

ttutt *panggilan telah ditutup

Devan pun menunggu kabar dari Gaby dengan pergi ke cafe tempat Anya mengerjakan tugas, dengan memakai kacamata hitam, kumis palsu dan topi agar identitas nya tidak terbuka, pakaian yang dipakai pun kaos lengan panjang hitam dibalut jaket kulit dan celana levis hitam dilengkapi sepatu casual berwarna putih.

Sesampainya di cafe, mata Devan melacak apakah ada kamera cctv atau kamera mata mata lainnya sebelum dia masuk dan sudah dipastikan kamera cctv pada saat Devan masuk dimatikan sementara oleh Ian.

"Permisi, apa gue boleh duduk disini. Gue nyari yang deket jendela tapi semuanya udah terisi, cuma ini yang kosong" ucap Devan kepada Anya

"Euh iya pake aja pak" jawab Anya mempersilahkan.

tringg tringg

Tiba-tiba ponsel Devan berdering menampilkan bahwa Gaby yang menelepon. Devan segera mengangkat nya.

"Halo Spy, gue udah ngirim data mahasiswa baru"

ttutt *panggilan telah ditutup

Devan langsung menutup telponnya dan mengecek pesan yang sudah dikirim ke nomor dirinya, disana tertulis nama "Darel Danendra" beserta biodata dan foto profil nya sebagai mahasiswa baru. Devan terkejut tanpa disangka ternyata Devan masih ingat siapa itu Darel, dengan terburu buru Devan keluar dari cafe dan langsung menuju rumah nya untuk mengabari

sang bos.

★★★

"Eh kok bapak itu buru buru ya, perasaan dia belum pesen apa apa deh, ah biarin aja deh" ucap Anya merasa aneh dengan sikap pria yang tadi duduk di sebelahnya.

Beberapa menit setelah menyelesaikan tugasnya, Anya membereskan laptop nya dan bergegas untuk pulang ke apartemen nya karena waktu sudah menunjukkan pukul 03.15.

Setelah sampai di unit nya, Anya mendapat telpon dari Kakaknya yang sudah lama tidak menelepon dirinya.

"Haloo Adik kecilnya Kakak" sapa Ian dari sebrang telpon.

"Haloo juga Kak Iann, Ih kakak udah lama banget udah ga telpon Anya sedih tau.." ucap Anya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ohh kasian nya adik kak Ian, nanti kakak telpon lebih sering deh yaa"

"Promise?"

"Of course promise"

"Kamu apa kabar Anya?" tanya Ian

"Ga baik gada Kakak"

"Hehe maafin kak Ian ya, kerjaan kakak masih banyak nanti kak Ian pulang ke Indo"

"Hehe iya deh, Anya baik kok kalo kak Ian?" tanya Anya.

"Baik jugaa"

"Baguslah kak, Oh iya disini jam 3 sore berarti di London jam 4 pagi ya, terus kok kak Ian udah bangun biasanya juga kalo di Indo ngebo" tanya Anya

"Haha, London sama Indo bedaa cantik. Eh udah dulu ya Anyaa, ada yang nelpon kakak nih, nanti kakak telpon lagi yaa, See ya!!"

ttutt *panggilan telah ditutup

★★★

"Oh, Darel jadi mahasiswa pindahan disana" tanya Ian kepada Devan

"Hm"

"ttutt *panggilan ditutup

Malam itu Devan memutuskan untuk bertemu dengan Gaby yang satu apartemen dengannya untuk sedikit memberi tugas kepadanya.

Spy

>Devan: Rooftop, gue mau bicara

"Kenapa bos?" tanya Gaby kepada Devan

"Gue ada tugas buat lo, gue harap ini mudah buat lo" jawab Devan

"Apaan emang"

"Lo join sama Anya dan temannya yang namanya Elzira Aneira" jelas Devan

"Maksud lo gue gabung sama mereka?" tanya Gaby

"Iya, lo juga di kampus ga ada temen kan?"

"Sialan lo"

"Ekhem, setelah lo akrab sama mereka. Lo samperin Anya kalo dia mulai kambuh"

"Loh, bukannya lo sama Anya udah temenan secara misterius ya bos?"

"Gue mau ke London, ya lo temenin aja dia mata matain takutnya ada yang berbahaya lo jago beladiri kan"

"Ini tugas dari ketua?" tanya Gaby

"Ngga, ini tugas dari gue. Tenang aja kalo lo berhasil gue kasih lo tiket buat konser dan penerbangan ke New York bonus duit 7.000 USD"

"Hah serius bos?"

"Hm, asal lo gercep aja"

"Gampang, kalo gitu besok pagi gue mulai beraksi. See ya Spy!"

★★★

Waktu demi waktu berjalan akhirnya untuk Anya kembali masuk ke kampus, pagi ini sedikit berbeda dari biasanya, Anya sedang mood untuk membuat sarapan sendiri. Karena biasanya Anya membeli makanan diluar namun kali ini Anya membuat sendiri sarapan yang cukup simpel yaitu roti dengan olesan selai coklat hazelnut dan caramel latte. Setelah selesai sarapan Anya keluar dari unit nya tidak lupa untuk memberi makan kepada Pom pom anjing miliknya, Sesampainya di basement ketika hendak mengendarai mobilnya Anya tidak sengaja mendengar ada suara rintihan seseorang Anya pun mengecek ke sekitar dan bertemu seorang wanita muda yang cukup cantik dan imut.

"Emm permisi, kenapa ya?" tanya Anya se sopan mungkin

"Eh iyaa, ini aku tuh kan mau berangkat ke kampus tapi ban mobil malah bocor aduh mana udah telat lagi daritadi nyari taksi online ga dapet dapet" jelas wanita itu.

"Eh kampus nya mana ya kalo boleh tau?" tanya Anya

"Universitas Padjajaran" jawab Gaby

"Oh gitu yaudah kalo gitu bareng aku aja yuk, kebetulan kampus kita sama kok" ajak Anya

"Ah serius ini?, takutnya aku malah ngerepotin"

ucap wanita itu karena tidak enak

"Udah gapapa ayo, ntar keburu telat malah" ajak Anya dengan menggandeng tangan nya

Setelah masuk ke dalam mobil, mereka langsung menuju ke kampus bersama dan mengobrol sedikit.

"Oh jadi kamu Gaby Fritzyara dari prodi matematika?" tanya Anya memastikan

"Iyaa Anya"

"Udah sampe nih, yaudah kalo ada apa apa kamu chat aku aja yaa kita kan udah tukeran nomor, instagram jadi kalo perlu apa apa ga perlu sungkan ya. We now friend xixixi"

"Huhu thanks a lot yaa Anya, See ya!"

Gaby pun berjalan menuju kelasnya dengan hati yang senang tidak menyangka bahwa berteman dengan seorang Anya sangatlah mudah dan ternyata Anya adalah anak yang baik dan sopan, bahkan Gaby pun melupakan tugas nya. Tapi kali ini Gaby sepertinya serius menganggap Anya sebagai teman.

Di lain tempat Devan si Spy sudah siap dengan pakaian pekerjaan nya karena sang bos memerintah dia untuk berjaga di kampus Anya, berjaga agar ketika ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada Anya, Devan bisa langsung mengatasinya.

Waktu berjalan kelas pun sudah dimulai daritadi, saat ini tepat pukul 08.24 saat semua mahasiswa ditugaskan mencatat rangkuman, tiba tiba ada panggilan alam yang memanggil Anya, Anya pun memutuskan untuk ke toilet tanpa ditemani Elzira. Namun hal tak terduga beneran terjadi kepada Anya.

"Hai cantik" sapa seseorang disana

"K-kamu.." Anya terkejut melihat seseorang yang sudah dia curigai selama ini berada di lorong kampus menghalau Anya.

Lelaki itu pun mendekat ke arah Anya dan mengunci pergerakan Anya dengan mendorong nya ke tembok.

"You're murder hahaha" tawa seseorang disana

"Ngga, ngga aku bukan pembunuh!. Lepasin aku Darel please aku tau kamu Farez kan, lepasin Farez lepasin!!"

"Enak aja gue lepasin gitu aja, lo bikin adik gue mati!" ucap Farez sambil mengangkat dagu Anya.

"Pleasee, kamu salah paham Farez!. Dengerin aku dulu!" teriak Anya sambil menahan tangis dan sesak di dada nya.

"Lo harus gue kasih pelajaran sebelum lo gue jeblosin ke penjara hahaha" ucap Farez sambil membelai pipi Anya dengan tertawa keras.

"Mati lo!!"

BUKK

"ARGHH, kurang ajar lo siapa lo!!" ucap Farez ketika aksinya terhenti karena Spy berhasil lebih dulu memukul Farez.

"Ohh lo Spy, hahaha. Dibayar berapa lo sampe jagain pembunuh kaya dia, dia harus masuk penjara!"

"Sebelum dia yang lo jeblosin ke penjara, gue yang bakalan jeblosin ke penjara atas pencemaran nama baik dan dugaan kekerasan terhadap wanita" jelas Spy itu dengan tegas.

"ARGHH BACOT LO"

BUKK

BUKK

PLAKK

"ARGHH AMPUN AMPUN SAKIT BEGO, OKE OKE STOP PLEASE" jerit Farez kesakitan karena dipukuli oleh Spy

"Lo tau kan rasanya dipukul itu sakit, maka dari itu tangan kotor lo bahkan ga pantes nyentuh dia. sekarang pergi lo dari sini, jam 19.00 gue tunggu lo di rooftop apartemen lo, lo ga dateng artinya pengecut dan jangan macem macem sama gue" ucap Devan dengan tegas.

Farez pun langsung pergi setelah dilepaskan oleh Devan, dan Devan langsung menghampiri Anya yang masih terlihat ketakutan dan sesak. Devan mengeluarkan obat penenang dari saku jaketnya karena Devan memang sudah menyiapkan nya obat yang sudah di resepkan oleh dokter untuk Anya. Devan memberikan obat nya kepada Anya sebelum itu Devan sudah memakai masker mulut berwarna hitam sehingga identitas Devan tidak terbongkar. Devan pun memeluk Anya untuk memberi nya kenyamanan agar anxiety nya cepat mereda.

Devan membawa Anya ke ruang kesehatan yang ada di kampus itu dan menunggu Anya sadar, setelah Anya sadar Devan langsung berbicara kepada Anya.

"Kamu ga boleh pergi sendirian lagi, aku udah pernah bilang banyak orang jahat yang kita gatau dimana mereka, karena mereka akan tiba tiba nyerang kita pas lagi lemah" ucap Devan

"Spy?, A-anya cuma.."

"Jaga diri baik baik, jangan sampe ceroboh lagi"

"A-anya takut"

"Aku akan selalu ada disaat kamu butuh bantuan, aku pergi sekarang" ucap Devan sambil mengusap puncak kepala Anya.

"T-tapi Anya masih mau ngobrol sama kamu"

Devan yang mendengar itu hanya diam sejenak lalu melanjutkan jalan keluar dari kampus itu sebelum orang lain melihat, cctv? sudah dipastikan dimatikan oleh Gaby si hacker.