Ketika Keberadaan Dimulai dari Titik Nol yang Dibuang
Desa Grimveil.
Sebuah tempat yang bahkan tak layak disebut sebagai desa. Terletak di ujung dunia, tersembunyi di balik gunung-gunung yang menjulang seperti tombak ilahi yang menusuk langit. Tanahnya tandus, langitnya kelabu, dan udara yang berhembus membawa aroma kehampaan. Ini bukan sekadar tempat terpencil — ini adalah kuburan hidup bagi mereka yang dianggap gagal.
Dulu, desa ini adalah bagian dari kerajaan besar Altherion. Namun, kebijakan kejam sang raja mengubahnya menjadi penjara tanpa dinding. Setiap bayi yang lahir dengan Skill yang dianggap tidak berguna akan diasingkan ke Grimveil bersama keluarga mereka. Mereka yang tidak bisa memperkuat kerajaan, hanya dipandang sebagai beban yang layak dilupakan.
Di tengah keputusasaan itu, seorang anak lelaki lahir.
Evaraj Foreshadow.
Dia lahir di rumah reyot yang hampir runtuh, dengan atap yang bocor dan lantai tanah yang berdebu. Orang tuanya, petani miskin yang bahkan gagal menumbuhkan gandum liar, hanya bisa menatapnya dengan kasih yang bercampur rasa takut. Karena di dunia ini, nasib seseorang sudah ditentukan sejak lahir — oleh Skill bawaan yang terukir di jiwa mereka.
Ketika upacara pengungkapan Skill dilakukan, semua warga desa berkumpul dengan tatapan iba. Mereka tahu, harapan adalah konsep asing di Grimveil.
Dan seperti yang diduga, hasilnya mengundang tawa pahit.
[Skill: Reality Warping (Rank EX)]
EX? Apa itu? Mereka hanya tahu peringkat E sebagai yang terendah, jadi mereka mengira ini hanya kesalahan. Kesalahan yang menjadikan E terlihat punya tambahan huruf, seolah mengejek lebih jauh keberadaan bocah ini.
"E? Pakai X? Hahaha! Ini cuma error!" seru salah satu warga.
"Kasihan... Bahkan sistem pun mengejek hidupnya," bisik yang lain.
Namun, tak ada yang tahu bahwa EX bukanlah kesalahan. Itu adalah singkatan dari Extra — peringkat yang melampaui segala definisi kekuatan yang bisa dipahami dunia ini.
Evaraj tumbuh di bawah bayang-bayang hinaan dan rasa putus asa. Tapi di balik mata kelamnya, ada percikan api yang tak pernah padam. Dia tidak tahu apa artinya Reality Warping, dan bahkan jika tahu, tidak ada yang mau mengajarinya. Tapi sesuatu dalam dirinya terus berbisik, seolah mengingatkannya bahwa dia dilahirkan bukan untuk tenggelam dalam lumpur keputusasaan.
Dia sering berdiri di tebing desa, memandang ke cakrawala yang jauh. Baginya, dunia luar adalah legenda. Kota-kota megah, menara kristal yang menjulang, para Hero yang bersinar seperti bintang. Tapi dia terkunci di tempat ini, tempat yang bahkan dunia pun sudah melupakannya.
Namun, langit tidak akan selamanya gelap.
Karena di suatu hari, ketika malam terasa lebih pekat dari biasanya, Evaraj tanpa sadar mengaktifkan kekuatannya untuk pertama kali. Dengan satu pikiran sederhana: Aku ingin keluar dari sini.
Dan kenyataan mulai bergetar.
Di saat itulah, takdir dunia mulai terdistorsi — dan kisah bocah dari desa yang dibuang ini mulai melangkah menuju puncak yang bahkan para dewa pun tak mampu bayangkan.
Karena yang lahir dari titik akhir... Adalah yang akan berdiri di atas semua
Desa Grimveil masih sama seperti kemarin. Dingin, sepi, dan menyedihkan. Tapi di dalam rumah reyot yang hampir roboh, ada satu tempat yang terasa hangat — rumah keluarga Foreshadow.
Meskipun hidup dalam kemiskinan, keluarga ini memiliki satu harta yang tak bisa diukur: cinta tanpa syarat.
"Evaraj, bangun. Sarapan udah siap!"
Suara riang itu milik Ellvera, kakak perempuan Evaraj yang berusia lima belas tahun. Meskipun mereka hidup kekurangan, Ellvera selalu tersenyum. Rambut cokelat panjangnya sedikit kusut, tapi matanya memancarkan kasih sayang yang tak terbatas untuk adiknya.
"Iya, Kak! Aku bangun!" seru Evaraj, mengucek matanya dan berlari ke dapur kecil mereka.
Di meja sederhana, Ibu mereka, Selena, menyajikan bubur tipis dari jagung liar yang nyaris tak punya rasa. Ayah, Darius, duduk di sudut, memperbaiki sabit tua yang sering patah.
Mereka makan bersama, tertawa, dan bercerita — seolah dunia luar yang kejam tidak pernah ada.
"Maaf ya, makanan kita cuma ini..." bisik Selena sambil mengelus kepala Evaraj.
"Nggak apa-apa, Bu! Aku suka kok!" balas Evaraj dengan senyum tulus.
Bagi Evaraj, keluarga ini adalah segalanya. Bahkan jika desa ini membencinya, selama ada mereka, dia merasa cukup.
Tapi dunia tidak pernah membiarkan kebahagiaan bertahan lama.
Saat matahari mulai terbenam, warga desa menggedor pintu rumah mereka.
"Foreshadow! Kalian harus tanggung jawab!" teriak seorang pria tua.
"Tanaman kita gagal panen lagi! Ini pasti karena anak kalian yang bawa sial!"
Evaraj menggenggam lengan kakaknya, gemetar ketakutan. Tapi Ellvera berdiri di depannya, melindunginya tanpa ragu.
"Adik aku bukan pembawa sial!" bentaknya.
Namun, meskipun mereka terus membela Evaraj, kebencian warga tidak pernah surut.
"Dasar keluarga gagal... Lebih baik kalian mati saja di sini."
Malam itu, Evaraj duduk di sudut rumahnya, memeluk lututnya sambil menahan air mata.
"Kenapa... aku lahir dengan Skill aneh ini?" bisiknya.
Dia tidak tahu bahwa jawaban dari pertanyaan itu akan mengubah dunia selamanya.
Keesokan harinya, Evaraj pergi ke ladang bersama ayah dan kakaknya. Ladang itu nyaris gersang, dengan tanaman gandum yang layu dan cokelat. Jika ini berlanjut, desa akan benar-benar kelaparan.
"Maaf ya, Evaraj. Kamu jadi harus ikut menderita begini..." kata Darius, mengusap kepala putranya dengan lembut.
"Aku nggak keberatan, Ayah..."
Evaraj menggenggam tanah kering itu, merasakan betapa dingin dan mati rasanya.
Dan tiba-tiba, sesuatu bergetar dalam dirinya.
[Reality Warping — Active]
Evaraj tidak mengerti apa yang terjadi. Dia hanya berpikir... "Seandainya tanah ini bisa hidup kembali."
Dan dunia mengabulkannya.
Dalam sekejap, tanaman yang layu mulai berdiri tegak. Daun-daunnya menjadi hijau segar, dan batang-batang gandum tumbuh berlipat-lipat lebih besar dari sebelumnya. Dalam hitungan detik, ladang yang mati berubah menjadi lautan emas yang bersinar di bawah sinar matahari.
Darius dan Ellvera hanya bisa terdiam, mata mereka membelalak tak percaya.
"I-Ini... Iniii Keajaiban!" seru Darius.
Ellvera langsung memeluk adiknya, menangis bahagia.
"Evaraj! Kamu luar biasa!"
Namun, kabar tentang "keajaiban" ini segera menyebar ke seluruh desa — dan tidak semua orang menganggapnya sebagai berkah.
"Kalau dia bisa melakukan ini... berarti dia bisa membunuh kita kapan saja juga, kan?"
Desa yang semula membenci Evaraj, kini mulai takut padanya
Saat semua orang menjauhi Evaraj, hanya ada satu orang yang tetap di sisinya
Arven, seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya, adalah satu-satunya teman yang Evaraj miliki. Arven tidak peduli dengan rumor atau ketakutan desa. Baginya, Evaraj adalah orang yang baik — dan itu cukup.
"Keren banget, Evaraj! Aku juga pengen punya Skill kayak kamu!" serunya sambil menggambar di tanah dengan ranting.
Evaraj tertawa kecil, merasa sedikit lega.
"Aku nggak tahu kenapa aku bisa melakukan itu... Aku cuma pengen bantu keluarga aku."
Arven tersenyum lebar.
"Kalau begitu, aku bakal jadi ksatria kamu nanti! Biar aku yang ngelindungin kamu kalau ada yang ganggu!"
Meskipun sederhana, janji itu menyalakan secercah harapan di hati Evaraj.
Namun, kebahagiaan mereka tidak bertahan lama.
Karena di malam yang sama, rumah keluarga Foreshadow dibakar oleh warga desa yang ketakutan.
Api melahap rumah kecil itu dalam hitungan menit. Darius segera membawa keluarganya keluar, tapi semuanya sudah terlambat. Mereka kehilangan segalanya — tempat tinggal, makanan, dan sedikit harta yang mereka miliki.
"Ini semua karena bocah sial itu...!" bisik warga di kejauhan.
Namun, Selena hanya memeluk Evaraj lebih erat, seolah melindunginya dari seluruh dunia.
"Kamu nggak salah, Nak... Ini bukan salah kamu..." bisiknya lembut.
Tapi bagi Evaraj, ini adalah puncak dari segalanya. Dia berlari ke bukit di luar desa, berteriak ke langit sambil menangis.
"KENAPA AKU LAHIR DI SINI?!"
Dan dunia merespons.
[Reality Warping — Active]
Langit berubah merah darah, dan bumi bergetar. Seolah realitas itu sendiri ikut menangis bersamanya.
Di hari itu, seorang pria berjubah hitam muncul di depan Evaraj. Wajahnya tertutup bayangan, tapi auranya terasa menelan dunia.
"Kau... menarik."
Pria itu mengulurkan tangan.
"Ikutlah denganku, Evaraj Foreshadow. Aku akan menunjukkan dunia yang lebih besar dari tempat busuk ini."
Dan saat Evaraj menggenggam tangan pria itu, roda takdir mulai berputar.
Karena bocah dari desa yang dibuang ini... Akan menjadi Yang Terkuat di Atas Segalanya
Angin berdesir di atas bukit yang menghadap desa Grimveil. Api yang melalap rumah keluarga Foreshadow sudah padam, meninggalkan abu dan puing-puing hitam. Tapi di tempat yang seharusnya dipenuhi kesedihan, ada suara yang menggelegar — suara seorang anak yang baru saja membangunkan kekuatan yang bahkan dewa pun tak bisa pahami.
Evaraj berdiri dengan mata bersinar emas, menatap pria berjubah hitam yang mengajaknya pergi. Tapi dia tidak langsung menerima tawaran itu. Tidak, ada sesuatu yang harus dia lakukan sekarang.
Air mata masih mengalir di pipinya, tapi suaranya mantap, menggema seperti suara alam semesta itu sendiri.
"Keluargaku menjadi penguasa..."
"Dan temanku menjadi ksatria sejati."
[Reality Warping — Active]
Dalam sekejap, dunia bergetar. Cahaya emas menyebar dari kaki Evaraj, melesat ke seluruh desa seperti gelombang tsunami yang melahap kenyataan. Warga desa yang ketakutan berlutut tanpa sadar, mata mereka membelalak saat tanah yang tandus berubah menjadi taman surgawi yang penuh dengan buah dan tanaman subur. Rumah-rumah reyot berubah menjadi istana megah yang berkilauan, berdiri kokoh seolah sudah ada selama ribuan tahun.
Dan lebih dari itu — kehidupan berubah secara absolut.
Darius, yang tadinya hanya petani miskin, kini berdiri dengan pakaian raja yang berkilauan, mahkota emas bertatahkan permata bersinar di kepalanya. Selena mengenakan gaun putih murni yang memancarkan aura kelembutan ilahi, sementara Ellvera mengenakan baju zirah putih yang bersinar seperti cahaya fajar.
Di sisi lain, Arven kini mengenakan armor ksatria yang sempurna, pedang suci melayang di sampingnya — bukan replika, tapi senjata sejati yang mampu membelah dimensi.
Evaraj terjatuh ke tanah, napasnya tersengal, tapi dia tersenyum.
"Sekarang... kalian semua bahagia, kan?"
Pria berjubah hitam yang menyaksikan pemandangan itu hanya menyeringai puas.
"Menarik... Jadi ini kekuatanmu yang sebenarnya, Evaraj Foreshadow"
Setelah kekacauan realitas mereda, pria berjubah hitam itu akhirnya memperkenalkan dirinya.
"Namaku Zepharel. Aku... katakan saja, seorang penjelajah dunia."
Dia mengaku berasal dari luar dunia ini, mengembara ke berbagai realitas untuk mencari keberadaan yang melampaui batas kekuatan. Dan sekarang, dia menemukan Evaraj.
"Kau bahkan belum menggores permukaan kekuatanmu."
Zepharel mengulurkan tangan, kali ini lebih serius.
"Jika kau ikut denganku, aku akan mengajarkanmu cara mengendalikan 'Reality Warping' milikmu."
Evaraj menatap keluarganya yang kini hidup bahagia di istana yang baru terbentuk. Melihat mereka tersenyum adalah satu-satunya hal yang dia inginkan.
Tapi... di lubuk hatinya, dia tahu ini baru permulaan.
"Aku akan ikut denganmu."
Dan begitulah perjalanan baru Evaraj dimulai — perjalanan yang akan membawanya ke puncak yang bahkan para dewa pun tidak berani tatap.
Zepharel membawa Evaraj ke dimensi kosong — tempat tanpa waktu, tanpa ruang, hanya kegelapan yang tak berujung.
"Kalau kau ingin jadi yang terkuat, kau harus bisa mengendalikan kekuatanmu tanpa kehendak emosional."
Latihan pertama mereka sederhana: menghancurkan dimensi ini, lalu menciptakan ulang dari nol.
Evaraj mengerahkan kekuatannya, tapi semakin dia berusaha, semakin realitas melawan balik. Tubuhnya berdarah, pikirannya hampir hancur, tapi dia tidak menyerah.
Karena dia tahu: jika dia tidak bisa mengontrol kekuatannya, dia tidak bisa melindungi orang-orang yang dia cintai.
Setelah ribuan kali gagal, akhirnya Evaraj berhasil. Dimensi itu runtuh — dan dalam hitungan detik, dia menciptakannya kembali sesuai imajinasinya.
Zepharel mengangguk puas.
"Kau cepat belajar... terlalu cepat."
Setelah berlatih tanpa henti, Evaraj menemukan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar Reality Warping.
Di dalam dirinya, ada titik akhir absolut — kekuatan yang melampaui realitas itu sendiri.
Zepharel menyebutnya:
[The End Point]
"Ini adalah inti kekuatanmu... titik di mana semua kemungkinan berakhir, dan hanya kehendakmu yang tersisa."
Namun, kekuatan ini datang dengan konsekuensi: sekali digunakan, Evaraj akan benar-benar melampaui dunia ini, menjadi eksistensi yang tidak bisa dijangkau oleh makhluk hidup biasa.
Tapi Evaraj hanya tersenyum.
"Kalau itu artinya aku bisa melindungi semuanya... aku nggak peduli"
Setelah bertahun-tahun berlatih, Evaraj akhirnya kembali ke desanya. Tapi yang dia lihat bukan lagi Grimveil yang dia kenal.
Desa yang dulu dia ubah menjadi kerajaan makmur telah berubah menjadi reruntuhan — dan keluarganya menghilang tanpa jejak.
Di tengah abu yang berterbangan, hanya ada satu sosok yang berdiri menunggunya.
"Akhirnya kau kembali, Evaraj."
Itu adalah Arven. Tapi kini dia mengenakan jubah hitam yang sama seperti milik Zepharel, matanya memancarkan kegelapan yang tak berujung.
"Mereka semua hilang... dan ini semua salahmu."
Dunia yang baru saja mulai bersinar kembali, hancur dalam sekejap.
Dan ini... adalah awal dari perang yang akan mengguncang seluruh eksistensi
Abu melayang, menutupi langit seperti tirai kelabu yang menelan cahaya. Di tengah reruntuhan desa Grimveil yang dulu bersinar, dua sosok berdiri saling berhadapan — langkah kecil yang memisahkan mereka terasa seperti jurang tanpa akhir.
Evaraj Foreshadow, sang pembengkok realitas, dengan mata emas yang berkilau.
Arven Dualgame, teman masa kecil yang kini memancarkan aura pembantaian, menghunus pedang berkilauan yang memancarkan cahaya suci dan kehancuran sekaligus.
"Kenapa" suara Evaraj gemetar, tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Arven tersenyum getir, tapi matanya penuh amarah.
"Karena aku muak menjadi beban."
Dulu, Arven hanya anak desa yang memiliki Skill Sampah — pedang kayu yang tidak bisa melukai apa pun. Tapi ketika Evaraj mengubah realitas dan membuatnya menjadi ksatria sejati, kekuatan baru terbangun dari dalam dirinya...
[Sword Saint]
Pedang suci yang bisa memotong konsep keberadaan itu sendiri.
"Aku menghabiskan bertahun-tahun berlatih... tapi semua yang aku capai cuma ilusi yang kau ciptakan."
Evaraj mengepalkan tangan, tubuhnya bergetar karena emosi yang memuncak
Dan saat itu, sesuatu pecah di dalam dirinya
[Reality Conqueror — Awakened]
Bumi bergetar. Udara mendidih. Ruang runtuh dan kembali terbentuk di sekeliling mereka.
Kalau Reality Warping adalah manipulasi kenyataan, maka Reality Conqueror adalah dominasi absolut atas realitas.
"Kalau kau benci aku... aku nggak akan lari."
Evaraj melangkah maju, dan setiap langkahnya menghapus batas dunia di sekitarnya.
"Tapi aku nggak akan biarin kau sendirian, Arven."
Pertarungan mereka tidak bisa dibatasi oleh ruang biasa. Begitu pedang Arven dan tangan Evaraj bertabrakan, realitas meledak.
Mereka bertarung di atas laut yang terdiri dari bintang-bintang yang mati.
Mereka bertarung di dimensi yang hancur dan tercipta ulang dalam hitungan detik.
Mereka bertarung di tengah kehampaan mutlak, tempat waktu dan eksistensi tidak berlaku.
Setiap tebasan Arven bisa memotong kemungkinan.
Setiap gerakan Evaraj bisa menulis ulang kenyataan.
Mereka adalah dua kutub yang berlawanan — The End Point dan The Last Point.
Namun, tidak peduli seberapa kuat Arven menyerang, Evaraj tidak pernah melancarkan serangan mematikan.
Dia hanya bertahan.
"KENAPA KAU TIDAK MELAWAN SERIUS!" teriak Arven, wajahnya penuh amarah dan kesedihan.
Evaraj tersenyum lemah.
"Karena aku masih anggap kau teman, Mungkin Ahahahaha, Tidak Sebenarnya Aku Tidak Serius Karena Kau Juga Tidak Serius", Ucap Evaraj
"APA MAKSUDMU HAHH", Teriak Arven
Pertarungan terus berlanjut hingga mereka sama-sama kelelahan. Tapi pada saat itu, sosok lain muncul dari balik dimensi yang terpecah.
Zepharel.
Dengan senyuman puas, dia bertepuk tangan perlahan.
"Akhirnya... kalian berdua mencapai titik ini."
Ternyata, Zepharel sengaja mengatur semuanya sejak awal. Dia ingin membangkitkan dua kekuatan absolut yang bisa menghancurkan semua realitas:
Reality Conqueror — Kekuatan untuk mengambil alih semua eksistensi.
Sword Saint — Kekuatan untuk menghapus eksistensi dari akarnya.
"Kalian berdua adalah kunci untuk menghapus dunia ini dan membangun ulang dari nol."
Dengan kata lain, mereka adalah alat untuk menciptakan realitas yang baru.
Namun, baik Evaraj maupun Arven menatap Zepharel dengan tatapan yang sama.
"Kau pikir kami bakal nurut begitu aja?" kata Arven sambil mengangkat pedangnya.
"Aku Itu Bebas, Tau Tidak Hahh, Aku Akan Menciptakan Kisah Hidupku Sendiri", Ucapan Evaraj Dengan Tawa
Zepharel ternyata bukan sekadar penjelajah dimensi biasa. Dia adalah entitas yang disebut Overseer, Entitas yang mengawasi semua realitas dari luar batas keberadaan.
Dia punya kekuatan untuk menghancurkan semua dimensi dalam satu kedipan mata.
Namun kali ini, Evaraj dan Arven bersatu.
Mereka melawan sebagai dua sisi yang saling melengkapi:
Evaraj mengubah Realitas untuk menciptakan celah dalam pertahanan Zepharel.
Arven menghunus pedangnya, menebas Zepharel melalui konsep keabadian itu sendiri.
Pertarungan ini mengguncang seluruh multiverse
Langit retak. Dunia runtuh.
Di atas hamparan dimensi yang remuk, Evaraj Foreshadow dan Arven Dualgame berdiri berhadapan dengan sosok yang tidak seharusnya ada di dunia ini — Zepharel, Sang Pengawas Realitas.
Jubah hitamnya berkibar tanpa angin, dan wajahnya tersembunyi di balik topeng putih yang tidak memancarkan emosi. Di belakangnya, bayangan raksasa berkelap-kelip, mengingatkan pada sesuatu yang terlalu besar untuk dipahami manusia biasa.
"Kalian berdua sudah mencapai potensi maksimal."
"Sekarang, aku akan mengambil kekuatan kalian untuk menghapus realitas yang rusak ini."
Suara Zepharel menggema ke seluruh dimensi, seperti gaung yang merambat hingga ke ujung multiverse.
Evaraj menoleh ke Arven, senyum kecil muncul di wajahnya meskipun darah menetes dari sudut bibirnya.
"Siap, Arven?"
Arven menghela napas, menggenggam erat pedangnya yang berkilauan. Cahaya suci menyelimuti bilahnya, bergetar seperti ingin meledak.
"Aku belum memaafkanmu."
"Tapi aku akan bunuh dia dulu, baru kita selesaikan urusan kita nanti."
Evaraj tertawa. "Itu cukup adil."
Mereka berdua berdiri berdampingan, memandang entitas yang akan mereka lawan — sosok yang bahkan tidak menganggap mereka sebagai makhluk hidup, melainkan anomali yang harus dihapus
Zepharel melambaikan tangan, dan realitas hancur berkeping-keping.
Tanah tempat mereka berdiri meleleh menjadi ketiadaan, dan tubuh mereka tiba-tiba tertarik ke dalam ruang hampa yang tidak bisa dijelaskan.
"Ini adalah Domain Pengawas."
"Di sini, aku adalah hukum mutlak."
Mata Evaraj bersinar keemasan, dan dia langsung mengaktifkan kekuatannya.
[Reality Conqueror — Active]
Dalam sekejap, dimensi yang kosong itu diisi ulang. Tanah muncul di bawah kaki mereka, dan langit biru tercipta kembali dalam hitungan detik.
Evaraj tersenyum. "Di mana pun kau bawa kami, aku akan selalu bikin ulang dunia ini."
Zepharel tidak bereaksi. Dia hanya mengangkat satu jari.
CREEEAK—
Langit pecah menjadi serpihan kaca.
Jutaan tombak hitam bermunculan dari kekosongan, melesat ke arah mereka dengan kecepatan yang melampaui cahaya.
"Arven!" teriak Evaraj.
Arven melompat ke depan, dan bilah pedangnya bersinar lebih terang.
[Sword Saint — Absolute Severance]
Dengan satu tebasan, dia memotong seluruh tombak bersama dengan konsep eksistensi mereka. Tombak-tombak itu lenyap dari kenyataan, seolah-olah tidak pernah ada.
Namun, Zepharel sudah berdiri di belakang mereka dalam sekejap mata.
BOOOOM!
Dalam satu hantaman, tubuh Arven terlempar menembus lima dimensi sekaligus.
"ARVEN!!"
Evaraj tidak sempat bereaksi. Zepharel mengangkat tangannya, dan dunia tempat mereka berdiri dilipat hingga menjadi sekecil kelereng, lalu dihancurkan dalam genggamannya.
Kekacauan Realitas — Melampaui Multiverse
Evaraj dan Arven tiba-tiba muncul kembali di dunia lain — mereka tidak tahu bagaimana, tapi kaki mereka menapak di atas samudra bintang yang berdenyut seperti jantung hidup.
Zepharel melayang di atas mereka, mengangkat tangan ke langit.
"Dari dimensi pertama hingga ke-∞, semua realitas adalah milikku."
"Kalian tidak bisa menang melawan penguasa absolut."
Evaraj mengepalkan tangan. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, tapi karena kemarahan yang meluap-luap.
Dia melihat Arven bangkit dengan susah payah, wajahnya penuh luka, tapi matanya tetap tajam.
"Kita harus hancurkan dia bersamaan." ujar Arven, darah menetes dari dahinya.
Evaraj mengangguk.
"Kita paksa dia masuk ke realitas kita... lalu kita remukkan dia dari dalam."
Evaraj mengangkat tangan ke atas.
[Reality Conqueror — Full Manifestation]
Seluruh multiverse bergetar.
Dia tidak hanya menulis ulang dunia... dia menarik semua realitas ke satu titik tunggal.
Sementara itu, Arven mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.
[Sword Saint — Final Severance]
Bilah pedangnya bersinar seperti matahari yang lahir kembali. Cahaya itu bukan hanya terang — itu adalah cahaya yang bisa memotong seluruh eksistensi hingga ke akar penyebabnya.
Zepharel mencoba kabur, tapi ruang runtuh di sekelilingnya.
"KAU TIDAK BISA LARI DARI DOMAINKU!" teriak Evaraj, Dengan Wajah Bahagia Sekaligus Marah
Zepharel mengangkat tangannya, mengumpulkan kekuatan untuk menghapus multiverse sekaligus.
Tapi sebelum dia bisa melakukannya...
Arven melompat ke langit.
Dengan satu tebasan yang membelah segala keberadaan, dia menebas tubuh Zepharel hingga terhapus sepenuhnya dari realitas.
Zepharel bahkan tidak sempat menjerit.
Dia lenyap, tidak meninggalkan jejak keberadaan sama sekali
Saat semuanya usai, mereka berdua terjatuh di tanah desa Grimveil yang sudah hancur.
Arven tertawa kecil sambil terbaring menatap langit. "Gila... kita masih hidup?"
Evaraj hanya terdiam, memandang tangannya yang berlumuran darah.
Dia mengubah realitas untuk memenangkan pertarungan itu. Tapi sekarang, kekuatan mereka berdua sudah berkurang drastis karena terlalu memaksa tubuh mereka.
Namun, untuk pertama kalinya, mereka tersenyum tulus.
Mereka hidup.
Dan mereka berhasil melindungi dunia yang mereka cintai.
"Kita pulang, Arven"
"Iya... Pulang, Pulang Ya, Pulang Sih Pulang Tapi Kalo Pulang Buat Bencana Gini, Ya Sialan Lu Ya"
"Diamlah"
Mereka berdua bangkit dengan susah payah, berjalan beriringan menuju desa kecil yang dulu mereka sebut rumah.
Mungkin petualangan mereka baru saja dimulai.
Tapi mereka tahu satu hal yang pasti:
Tidak ada yang bisa menghancurkan ikatan mereka.
Karena mereka adalah dua titik akhir yang bersatu menjadi satu kekuatan mutlak
Langkah kaki mereka berdua bergema di desa yang dulu porak-poranda.
Rumah-rumah yang hancur kini mulai tumbuh kembali, perlahan membangun dirinya sendiri akibat sisa-sisa kekuatan Reality Warping Evaraj yang masih meresap ke dunia.
Udara yang tadinya dipenuhi aroma kehancuran kini berubah segar, dan bunga-bunga liar bermekaran di sepanjang jalan tanah.
Namun, yang paling mengejutkan mereka adalah...
Penduduk desa yang sebelumnya mati mulai bangkit kembali.
"I-Ibu? Ayah?" bisik Evaraj, matanya membelalak.
Dari kejauhan, terlihat sosok ibunya yang lembut dan ayahnya yang tangguh berdiri di depan rumah mereka yang tiba-tiba muncul kembali. Kakaknya, yang dulu tewas melindungi desa, kini berjalan perlahan sambil mengusap matanya, seolah baru terbangun dari tidur panjang.
"K-Kalian... hidup?"
Ibunya berlari menghampiri dan memeluk Evaraj erat-erat, air mata membasahi wajahnya.
"Terima kasih sudah kembali... Terima kasih sudah hidup, nak..."
Arven, yang berdiri di samping Evaraj, hanya tersenyum kecil, lalu duduk bersandar di pohon terdekat.
"Sepertinya dunia juga memilih untuk bangkit kembali, ya?" gumamnya sambil memejamkan mata, kelelahan luar biasa menggerogoti tubuhnya.
Namun, kebahagiaan mereka hanya bertahan Sesaat
Langit tiba-tiba berubah menjadi merah darah.
"Apakah kau pikir mengalahkan Pengawas adalah akhir dari segalanya"
Suara asing bergema dari seluruh penjuru realitas.
Itu adalah suara dari sesuatu yang bahkan lebih besar dari Zepharel.
Dari langit yang memecah, sebuah tangan raksasa keluar, menarik dimensi lain ke dalam dunia mereka.
Dan dari celah itu, muncul sosok bercahaya emas, dengan delapan sayap transparan yang berpendar seperti kristal.
[??? - The Final Archivist]
(Pengarsip Akhir)
"Realitas ini telah menyimpang terlalu jauh."
"Segala yang mati harus tetap mati. Segala yang hilang harus tetap hilang."
"Aku datang untuk mengatur ulang segalanya."
Evaraj dan Arven, yang bahkan belum pulih dari pertarungan sebelumnya, hanya bisa menggertakkan gigi.
"Apa-apaan ini lagi?!" teriak Arven, mencoba berdiri meski lututnya gemetar.
Evaraj menatap ibu, ayah, dan kakaknya yang baru saja hidup kembali.
"Aku tidak akan membiarkan kalian diambil lagi..." gumamnya, tangannya terkepal hingga berdarah.
[Reality Conqueror — Activation Failed]
Namun, tidak ada yang terjadi.
"Kau pikir kau bisa mengendalikan realitas di hadapanku" ucap sang Pengarsip sambil melayang perlahan ke tanah
"Aku adalah penjaga akhir dari semua sistem, Reality Warping, Reality Conqueror, Itu hanyalah anomali yang akan aku hapus"
BOOOOM!!!
Sang Pengarsip menjatuhkan tangannya, dan dalam satu hantaman, separuh desa musnah tanpa jejak.
"TIDAAAAAKKK!!!" Evaraj berteriak histeris.
Namun, sebelum kehancuran mencapai keluarganya, Arven melompat ke depan, tubuhnya bersinar terang.
[Sword Saint — Final Barrier]
Pedang Arven meledak menjadi perisai cahaya raksasa, menahan serangan Pengarsip dengan susah payah.
"Aku akan tahan dia... Kau pulihkan kekuatanmu, Evaraj!!" teriak Arven, darah mengalir deras dari matanya.
"TIDAK! KAU AKAN MATI!!"
Arven menoleh dan tersenyum.
"Kalau aku mati, hidupkan aku lagi."
Dalam detik berikutnya, perisai cahaya retak.
Dan tubuh Arven hancur berkeping-keping
Dunia menjadi sunyi.
Evaraj berdiri di tengah kehancuran, tangannya gemetar saat menyentuh serpihan pedang Arven yang tersisa.
"Ini... tidak nyata..."
Matanya kosong, air mata mengalir deras tanpa bisa berhenti.
Keluarganya menatapnya dengan panik, tapi Evaraj tidak bergerak sama sekali.
Sesuatu di dalam dirinya patah.
CRACK
"Kau harus mati juga." ucap Pengarsip, mengangkat tangannya untuk menghancurkan Evaraj.
Namun...
Sebelum serangan itu turun, sesuatu meledak dari tubuh Evaraj.
[Reality Warping — Evolution]
[Reality Transcendence — Awakened]
Matanya bersinar keemasan, dan seluruh tubuhnya melayang perlahan ke udara.
"Kau... Membunuh Arven... Kau... menghancurkan desaku... Kau... berani menyentuh KELUARGAKU"
Dalam sekejap, dunia terhenti total.
Waktu berhenti, Realitas membeku, Segala keberadaan menjadi kosong
Dan Evaraj Foreshadow akhirnya bangkit sepenuhnya
Sang Pengarsip mencoba bergerak, tapi tidak bisa.
"Apa... yang terjadi?"
Evaraj melayang perlahan mendekatinya, ekspresinya dingin tanpa emosi.
"Aku tidak butuh sistem, Aku tidak butuh hukum realitas, Aku akan menciptakan segalanya... sesuai keinginanku sendiri"
Evaraj mengangkat tangannya, dan dunia runtuh hanya dengan pikirannya.
[Reality Transcendence — Absolute Rewrite]
Dalam 0,0001 detik, keberadaan Pengarsip terhapus total.
Bukan hanya dari dunia... tapi dari seluruh lapisan multiverse.
Dan ketika semuanya selesai...
Arven hidup kembali, Desa Grimveil kembali utuh, Langit biru membentang seperti tidak pernah ada pertarungan sama sekali
Di Pikiran Evaraj Dia Mengatakan: ["Jika Saja Kami Bertarung Di Dunia Ini Pasti Dunia Ini Akan Hancur Dalam Hitungan Detik, Untung Saja Si Pengarsip Akhir Itu Menciptakan Dimensi Buat Bertarung, Ya Ini Udah Selesai Jadi Biarkanlah Yang Sudah Berlalu"]
Lalu Evaraj turun perlahan ke tanah, lalu jatuh pingsan karena kelelahan.
Namun, sebelum kesadarannya menghilang, dia tersenyum tipis.
Dan dunia pun kembali damai setidaknya, untuk saat ini
Evaraj terbangun di ranjang kayu sederhana.
Di sekelilingnya, keluarga dan Arven tertidur lelah, tubuh mereka penuh perban, tetapi hidup.
Dia benar-benar menyelamatkan mereka semua.
Namun, saat dia mencoba bergerak, tiba-tiba...
[DING!]
[The Most System telah terinstall.]
[Selamat datang, Evaraj Foreshadow.]
[Seluruh keberadaan sekarang berpusat padamu.]
Mata Evaraj membelalak.
"S-Sistem?"
[Ya. Setelah kau menghapus Pengarsip, posisi pengontrol utama realitas menjadi kosong.]
[Sebagai satu-satunya eksistensi yang melampaui konsep, kau sekarang menjadi inti dari segalanya.]
"Apa maksudnya... aku menjadi inti?"
[Artinya, semua sistem yang pernah ada dan akan ada... telah bergabung menjadi satu kesatuan di bawah kendalimu.]
[Selamat, kau sekarang memiliki: 'The Most System.']
Evaraj menggertakkan gigi, dadanya terasa berat.
"Aku tidak menginginkan ini..."
[Namun, kau telah dipilih. Dan sesuatu yang lebih besar... sedang mengamati realitas ini.]
[Seseorang yang berada di atas segala titik akhir.]
Langit terbelah lagi.
Namun kali ini, bukan untuk menurunkan ancaman.
Melainkan untuk memperkenalkan sosok yang bahkan para Pengarsip tak berani menyebut namanya.
[??? — The Apex Observer]
(Sang Pengamat Puncak)
Dia duduk di atas singgasana kosmik yang melayang, rambutnya menjuntai seperti galaksi yang berputar tanpa henti.
Setiap kedipan matanya menciptakan dan menghancurkan infinite universe secara bersamaan.
"Kau menarik perhatian yang sangat besar, anak manusia." ucapnya dengan senyum ringan.
Evaraj berdiri, menahan rasa takut yang luar biasa.
"Siapa kau...?"
"Aku? Aku adalah yang mengawasi titik awal dan akhir semua dimensi."
"Dan aku datang untuk memberitahumu..."
"Bahwa realitas ini hanyalah sebuah draf yang akan segera dihapus"
Dalam satu kedipan, seluruh bintang di langit menghilang.
Planet-planet runtuh, Galaksi meleleh menjadi abu, Dimensi berlapis-lapis hancur tanpa suara.
Dan hanya desa Grimveil yang tersisa.
"Sebuah kesalahan telah terjadi." ucap Sang Pengamat Puncak, suaranya bergema di seluruh ruang hampa.
"Realitas ini seharusnya musnah sejak awal, Kau tidak seharusnya ada, Evaraj Foreshadow"
Evaraj menggertakkan gigi, darah mengalir dari telinganya hanya karena mendengar suara makhluk itu.
Namun, dia tidak mundur selangkah pun.
"Aku tidak peduli." ucap Evaraj, matanya bersinar emas kembali.
"Aku akan melindungi semuanya... SEKALI LAGI!"
[Reality Transcendence — Overdrive]
[The Most System — Full Synchronization]
BOOOOOOOOMMMMMMM!!!!!
Dalam sekejap, infinite version dari Evaraj terbentuk secara otomatis, mengisi seluruh lapisan realitas.
Setiap salinan dirinya bertarung di tiap dimensi secara bersamaan.
Namun, Sang Pengamat Puncak hanya tertawa ringan.
"Lucu. Tapi sia-sia."
Dengan mengangkat satu jari, dia menghapus 99,9999% versi Evaraj tanpa berkedip.
Darah membanjiri tanah.
Tubuh asli Evaraj remuk hingga nyaris tidak berbentuk.
Arven dan keluarganya mencoba berlari ke arahnya, tetapi mereka dibekukan dalam waktu.
Tidak ada harapan Dan Tidak ada jalan keluar
Namun, saat Evaraj hampir kehilangan kesadarannya...
[The Most System — Emergency Protocol: UNLOCK]
[Konsep baru Telah Terdeteksi]
[Membuka keterikatan terhadap 'Above Everything']
[Evaraj Foreshadow sekarang menjadi: The Most Above All]
Mata Evaraj terbuka kembali, tetapi kali ini...
Tidak ada cahaya keemasan.
Yang ada hanyalah kegelapan murni yang menelan seluruh eksistensi.
"Kau ingin menghapus Semesta ini" bisik Evaraj, suaranya terdengar bergema seperti suara ribuan makhluk.
"Kalau begitu, aku akan menghapus... KONSEP PENGHAPUSAN ITU SENDIRI"
Saat Itu Seluruh Langit Runtuh, Galaksi Hancur, Alam Semesta Hancur, Multiverse Runtuh
Tidak ada lagi bintang, Tidak ada lagi galaksi, Tidak ada lagi konsep ruang dan waktu, tidak ada lagi Alam Semesta, tidak ada lagi kemungkinan dan Ketidakmungkinan, tidak ada lagi multiverse
Yang tersisa hanyalah dua eksistensi yang bertarung di atas kehampaan absolut.
Evaraj Foreshadow — The Most Above All.
??? — The Apex Observer.
Mereka berdiri berhadapan, mata mereka saling mengunci.
"Aku akan mengakhirinya di sini." ujar Evaraj, suaranya bergetar seperti resonansi dari triliunan dimensi.
Pengamat itu hanya tersenyum tipis.
"Lucu. Mari kita lihat seberapa jauh kau bisa melangkah."
Dan pertempuran pun dimulai.
BOOOOOOOOOOMMMMMMM!!!!!
Dalam satu kedipan, keduanya saling menerjang dengan kecepatan melampaui Tak Terbatas Seolah-olah Tak Terbatas Hanyalah Lelucon, Mereka Sama-sama Menganggap Kecepatan Tak Terbatas Benar-benar Beku, Persepsi Yang Melampaui Waktu, Dan Kekuatan Yang Melampaui Transendensi
pukulan Evaraj: Menghancurkan 3.000.000 universe secara bersamaan, Realitas berlipat-lipat runtuh hanya karena gelombang kejutnya.
Satu serangan Pengamat: Menghapus 10 triliun timeline secara instan, Seluruh kemungkinan masa depan dipangkas dalam sekejap.
Mereka bertarung di atas kehampaan, menciptakan cahaya dan kegelapan yang silih berganti menelan multiverse.
Setiap dentuman tinju mereka: Menciptakan realitas baru, hanya untuk dihancurkan di detik berikutnya, Menciptakan Tak Terbatas paradoks, yang hancur sebelum bisa terwujud
Namun tidak ada yang mundur.
[Reality Warping — Maximum Override]
Evaraj mengayunkan pukulan yang dipenuhi Tak Terbatas kemungkinan, Hasilnya 9 miliar universe alternatif muncul sesaat, Tetapi semua itu meledak seperti kaca retak dalam 0,00000000001 detik.
Pengamat tertawa pelan, lalu mengangkat satu jari.
"Existence Collapse."
Dalam sekejap, seluruh infinite multiverse terurai menjadi abu.
Tetapi Evaraj tidak gentar.
Karena dia adalah titik akhir di atas segala titik akhir.
Mereka kini bertarung di tempat yang tidak bisa dijelaskan.
Tidak ada ruang Dan Waktu, Hanya dua keberadaan yang melampaui segala logika.
Evaraj meninju: Yang Setiap pukulan Menghancurkan Infinite Multiverse
Pengamat Menjentikkan Jarinya Dan Menghapus seluruh kemungkinan Evaraj bisa menang.
Tetapi The Most System segera menulis ulang kemungkinan tersebut dalam 0 detik.
"Kau tak bisa menang melawanku." ucap Pengamat, matanya bersinar seperti black hole.
"Aku telah melihat awal dan akhir segalanya."
Namun Evaraj tersenyum, darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Kalau begitu... aku akan menciptakan awal dan akhir baru."
[DING!]
[The Most System — FINAL SYNCHRONIZATION]
[Mengakses lapisan Infinite Narratives]
[Mengaktifkan: The Endless Rewriter]
Evaraj berubah.
Tubuhnya menyala seperti bintang supernova, Matanya menyerap semua cahaya, Seluruh eksistensinya menjadi pusat dari segala keberadaan.
Dia sekarang adalah pena yang menulis ulang kenyataan itu sendiri.
[Reality Rewrite: Absolute Erase – Active]
Dengan mengayunkan tangannya, Evaraj menghapus konsep keberadaan Pengamat dari seluruh lapisan realitas.
Tetapi...
Pengamat muncul kembali.
"Lucu. Tapi aku bukan eksistensi biasa, Aku adalah titik tertinggi yang bahkan melampaui gagasan eksistensi dan ketiadaan, Dan kau... hanyalah kesalahan yang tidak seharusnya ada."
Mereka Kembali Bertarung Dengan Seluruh Kekuatan Mereka
Namun kali ini, mereka menghancurkan lebih dari sekadar universe atau multiverse
Mereka menghancurkan: Konsep penciptaan dan kehancuran itu sendiri.
Seluruh siklus eksistensi yang pernah ada dan akan ada.
Setiap serangan: Menghancurkan Infinite Hyperverse, yang menciptakan infinite Hyperverse baru untuk menyeimbangkan realitas.
Memutarbalikkan hukum realitas, hanya untuk dibuat ulang detik berikutnya.
Namun, Evaraj terus maju.
Dia tidak peduli berapa kali dia hancur.
Tidak peduli berapa kali realitasnya dikikis.
Dia hanya tahu satu hal:
Dia akan melindungi semua yang ia cintai.
Dan pada akhirnya...
Dia menemukan celah.
"INI AKHIRNYA, PENGAMAT!"
[Reality Conqueror — Absolute Termination]
Dalam satu serangan terakhir: Evaraj meninju inti eksistensi Pengamat, Menghancurkan bahkan gagasan tentang keberadaan Sang Pengamat itu sendiri
Evaraj jatuh berlutut, tubuhnya nyaris menghilang setelah menggunakan seluruh kekuatannya.
Namun realitas mulai pulih.
Universe dan multiverse tercipta kembali.
Evaraj, untuk pertama kalinya, menutup matanya dengan damai.
Namun... ini belum selesai.
[The Most System telah berevolusi lagi.]
[Mengakses lapisan realitas yang lebih tinggi.]
[Mengaktifkan: The One Above End Point]
[Satu Juta Tahun Kemudian]
Kosmos senyap, Cahaya dan kegelapan tidak lagi memiliki makna.
Di atas segala lapisan eksistensi, ada sebuah tahta yang melayang di tengah-tengah Kehampaan Mutlak
Seorang pria duduk bersandar di sana, mata emasnya menyala redup, memandang ke bawah pada semesta yang tak terhitung jumlahnya.
Evaraj Foreshadow.
The End Point.
Titik Akhir Yang Di Atas Segalanya.
Tangan kanannya memegang pena, sedangkan tangan kirinya menopang dagunya dengan ekspresi bosan.
Di hadapannya...
Infinite Library — perpustakaan kosmik berisi skrip dari seluruh realitas.
Setiap buku di sana berisi Infinite Hyperverse, dan setiap kata di halaman mewakili kehidupan yang benar-benar ada.
Namun bagi Evaraj, Itu semua hanyalah cerita.
Bagi Evaraj Segalanya Hanyalah Fiksi Belaka Atau Skrip Yang Bisa Dia Edit Sesukanya
Evaraj mengangkat tangan, dan sebuah buku muncul di telapak tangannya.
Di sampulnya tertulis: "The Rise of a Forgotten Hero — Arven Dualgame"
Dia tersenyum tipis.
"Masih hidup, ya?"
Dengan satu gerakan ringan, Evaraj membuka halaman terakhir.
Kisah Arven: Menjadi Sword Saint tertinggi, Memimpin para ksatria ke puncak kemuliaan, Mendirikan kerajaan yang bertahan hingga ratusan ribu tahun.
Namun, bagi Evaraj, semua pencapaian itu...
Hanyalah kata-kata yang bisa Diedit sesukanya.
"Kalau aku menghapus paragraf ini..." gumamnya.
Dia menggoreskan pena di udara, dan kerajaan Arven tiba-tiba runtuh dari setiap lapisan timeline
Namun, detik berikutnya, Evaraj menulis ulang narasi itu dan menghidupkan kembali kerajaannya
Karena baginya... tidak ada yang benar-benar nyata.
Dia adalah puncak absolut yang mengendalikan semua cerita Dan Narasi, Plot Hanyalah Mainan Anak Kecil Baginya
Dan Tiba-tiba
Suara asing bergema di kehampaan.
"Kau tidak bosan?"
Evaraj mengangkat alis, lalu tersenyum tipis.
"Akhirnya muncul?" ucapnya.
Di hadapannya, bayangan kabur terbentuk — entitas tak bernama, sosok yang bahkan The Most System tidak bisa deteksi sebelumnya.
Sang Bayangan berbicara:
"Kau yang disebut sebagai The End Point... Kau sudah melampaui segalanya. Jadi kenapa kau masih duduk di sini?"
Evaraj menghela napas, lalu menutup bukunya.
"Karena aku penasaran... siapa yang menulis aku?"
Bayangan itu terdiam sesaat, lalu tertawa pelan namun menyeramkan.
"Kau pikir kau masih karakter dalam cerita?"
Evaraj menatap tajam, matanya berkilat seperti galaksi yang berputar.
"Kalau aku memang karakter... berarti pasti ada Author di atas segalanya, bukan, Dan aku akan menemukannya."
Melangkah ke Lapisan Realitas Terakhir
Tanpa perlu berdiri, Evaraj mengulurkan tangannya dan merobek kehampaan di hadapannya.
Dimensi demi dimensi runtuh saat dia membuka jalan ke tempat yang tidak pernah dikunjungi siapa pun sebelumnya.
[The Most System — Full Access]
[Mengakses Titik Akhir Yang Melampaui Kemahakuasaan]
[Mengaktifkan: Irrelevant Narratives]
Evaraj tersenyum lebar.
"Kalau Cerita ini cuma skrip, Aku akan naik ke tempat Author-nya berada"
Dia melangkah ke celah tersebut, dan seluruh infinite Hyperverse bergetar saat keberadaannya bergeser ke dimensi yang bahkan tidak bisa didefinisikan.
Langkahnya menggema di kehampaan tanpa batas, dan kosmos bergetar setiap kali dia berjalan.
Dia tidak lagi peduli pada batas keberadaan.
Karena dia telah menjadi pena yang bisa mengedit Narasi sesuka hatinya.
Dan perjalanannya belum selesai.
Karena dia masih mencari jawaban yang belum pernah ditemukan siapa pun.
"Siapa yang menulis aku?"
THE END