Langit biru membentang luas di atas Korean Minjok Leadership Academy (KMLA), sebuah sekolah elit yang terkenal dengan disiplin ketat dan lingkungannya yang kompetitif. Kei memandangi gerbang sekolah dengan campuran perasaan—harapan, ketakutan, dan tekad untuk memulai hidup baru.
Jauh dari masa lalunya, ia berharap bisa menjalani kehidupan sekolah yang tenang. Terlebih, Hyeri, gadis yang telah lama ia cintai, juga bersekolah di sini. Ini bukanlah suatu kebetulan, namun karna Hyeri yang mengajak Kei untuk berada di sekolah yang sama.
Sudah dua minggu sejak mereka bersekolah di sini. Kei berteman dengan Zack sejak awal masuk. Ia adalah siswa pertama yang Kei kenal di kelas. Ia terkenal sosok pria yang ceria dan banyak bicara kepada semua orang. Dalam waktu singkat, mereka menjadi teman dekat. Zack sering mengajak Kei makan bersama serta berbicara tentang berbagai hal. Kei mulai berpikir bahwa kehidupannya di SMA jauh lebih baik dibanding waktu SMP.
Namun, ia salah besar.
Suatu siang pada saat jam istirahat, Kei berjalan menuju kantin, ia mendengar suara gaduh dari halaman sekolah. Ketika mendekat, ia melihat Zack berjongkok dan dikelilingi oleh beberapa siswa yang mengenakan seragam seperti siswa lainnya. Namun jika diperhatikan lebih teliti, mereka terlihat seperti senior.
Salah satu dari mereka menendang perut Zack hingga ia terbatuk kesakitan.
"Lo udah nyakitin cewek gue. Lo harus terima akibatnya," ucap seorang siswa dengan nada dingin.
"M-maaf aku gak sengaja," ucapnya ketakutan sembari bersujud memohon ampun.
Kei merasa ada yang tidak beres. Zack bukan tipe orang yang suka cari masalah. Apa yang sebenarnya terjadi? Tanpa berpikir panjang, Kei melangkah maju.
"Berhenti!" serunya lantang.
Para siswa itu menoleh.
"Kau siapa?" salah satu dari mereka bertanya, nada suaranya acuh tak acuh.
Kei menelan ludah, tubuhnya bergetar ketakutan tapi ia mencoba tetap tegak. "Lepaskan temanku!"
Salah satu dari mereka tertawa. "Kau pikir kau siapa!"
Sebelum Kei sempat bereaksi menghindar, sebuah pukulan keras menghantam pipinya, membuatnya terjatuh ke tanah.
"Mari kita beri pelajaran pada bocah sok jagoan ini," ucap salah satu siswa sembari menyeringai.
Secepat itu, Kei dikeroyok. Ia mencoba melawan, tapi sia-sia. Tubuhnya dihujani pukulan dan tendangan tanpa ampun, hingga kesadarannya mulai menghilang.
***
Saat Kei membuka matanya, ia mendapati dirinya di UKS, ditemani oleh Hyeri yang duduk di sampingnya dengan wajah cemas.
"Kei, kau sudah sadar?" tanyanya pelan.
Kei mengerang sambil mencoba duduk, tubuhnya masih terasa nyeri. "Apa yang terjadi?"
"Kau ditemukan terkapar di halaman sekolah. Aku langsung membawamu ke sini," jawab Hyeri.
Kei terdiam. Ingatan tentang pemukulan itu kembali dalam benaknya. Ia mencoba melindungi Zack, tapi ia malah menjadi korban. Namun, yang lebih menyakitkan adalah saat ia menyadari sesuatu-Zack tidak ada di sini.
Setelah merasa cukup pulih, Kei keluar dari UKS dan mencari Zack. Saat akhirnya menemukannya, Zack sedang berbincang dengan beberapa siswa lain di lorong sekolah.
Kei menghampirinya dengan langkah cepat. "Zack!"
Zack menoleh, ekspresinya berubah kaku seketika.
"Apa kau tidak apa, Zack?" tanya Kei khawatir.
Zack menggigit bibirnya, lalu menghela napas. "Kei… Aku…"
Sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, seorang siswa dari kelompok yang memukuli Kei kemarin mendekat dan menepuk bahu Kei.
"Eh kenapa Senior Joon, salah satu anggota geng Destorit ke kelas ini?" tanya salah seorang siswa yang baru saja memasuki kelas. Setelah melihat itu ia berbalik badan dan pergi.
"Ikutlah denganku, jika kau tak ingin temanmu itu terluka," ucap Joon berbisik di telinga Kei.
Zack mengalihkan pandangan, tidak sanggup menatap Kei.
Kei menuruti perintah senior itu dan pergi mengikutinya.
***
Beberapa hari berlalu. Zack mulai menjauhi Kei, dan rumor palsu tentang Kei yang memukuli Zack mulai menyebar. Kei yang biasanya bersama Hyeri dan Zack, sekarang hanya Hyeri yang masih menemani dirinya.
Joon datang menghampiri ke kelas Kei saat Kei sedang duduk sendiri di kelas. Kebetulan tepat Hyeri baru saja pergi ke luar untuk ke kamar mandi.
"Bos kami ingin bertemu denganmu," ucap salah satu dari teman Joon dengan nada santai.
Kei mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Gak usah banyak bicara, cepatlah!" Kei tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ia mengikuti mereka.
Mereka membawanya ke sebuah gudang tua kosong di bagian belakang sekolah. Di dalamnya, seorang pemuda duduk di atas meja, dikelilingi oleh beberapa siswa lain.
Pemuda itu menatap Kei dengan tatapan tajam. Wajah yang terkesan tidak asing bagi Kei.
"Yo Kei, apa kabarmu?" tanya pemuda itu menghampiri dirinya.
Kei terdiam. Pemuda itu ternyata adalah seniornya waktu SMP, seorang siswa yang hampir membuat dirinya bertemu dengan Sang Kuasa-meninggal.
"Aku dengar kau dengan berani melindungi temanmu ya?" lanjut Jin. "Sangat menarik."
Kei mengepalkan tinjunya, tapi tetap diam. Bayangan masa lalunya terlintas di pikiran, membuat tubuhnya merasakan ketakutan yang luar biasa. Sebuah trauma di masa lalu, yang mulai menghantui pikirannya kembali.
Jin mencekam leher Kei secara paksa.
"Berani sekali kau menampakkan dirimu lagi di hadapanku?" ucapnya datar, namun menakutkan.
"A-apa salahku, aku tidak melakukan hal buruk padamu," ucap Kei dengan ketakutan.
Jin kemudian membanting Kei ke tanah. Terdengar suara retakan tulang yang patah sekaligus. Membuat Kei merasakan sakit yang luar biasa hingga kedua air matanya menangis dan pingsan.
"Aduh sayang banget nih kacamata keren jadi retak. Gue ambil ini ya?" Salah satu anggota geng Destorit mengambil kacamata Kei yang sudah retak dan langsung ia pakai.
Beberapa menit kemudian. Kei tersadar, mendapati dirinya telanjang dan tangan terikat di tiang tembok. Tubuhnya dipenuhi luka sayatan. Ia benar-benar merasakan sakit yang luar biasa, luka dalam karna tulang rusuknya retak dan luka sayatan tubuhnya.
"Lepaskan aku..." lirihnya pelan sembari meneteskan air mata.
"Kenapa aku selalu diperlakukan seperti ini? Kenapa hanya aku? Kenapa harus aku? Apa salahku? Aku hanya ingin hidup damai. Biarkan aku hidup dengan tenang. Hanya itu yang aku inginkan," batinnya sembari menunduk dengan air mata mulai menetes deras.
Terdengar banyak sekali suara langkah kaki yang menghampirinya. Kei tak mau menoleh sedikitpun.
"Sudah sadar kau rupanya," ucap Jin berjongkok memandangi Kei.
"Lepaskan aku, apa salahku?" ucap Kei pelan.
Jin tertawa kecil kemudian berdiri. "Apa salahmu? Tentu saja kau salah."
"Kau tidak boleh bahagia, maka dari itu kau salah. Tidak akanku biarkan dirimu bahagia sedangkan diriku tidak!" lanjutnya sembari menginjak paha Kei dengan kuat.
"Saat kelulusan SMP Hyeri menolakku dan dia memilih dirimu dibandingkan diriku. Apa yang membuatmu disukai oleh Hyeri sedangkan aku jauh lebih baik dari dirimu? Aku jauh lebih kaya dibandingkan sampah seperti kau! Aku jauh lebih kuat dibandingkan ka! Aku jauh lebih hebat di bidang olahraga dibandingkan seorang cupu seperti ini yang hanya bisa menangis! Kau jauh lebih pendek dibandingkan diriku!" Jin menginjak paha Kei semakin kuat dan semakin kuat hingga membuat Kei mengaung kesakitan.
"Hentikan-hentikan, kumohon hentikan. Maafkan aku..." ucapnya bergelinangan air mata.
Suara gemuruh terdengar dari luar ruangan.
"Apa itu?" salah satu anggota Destroit berteriak.
Tiba-tiba, dinding gudang itu retak dan sebuah makhluk mengerikan menerobos masuk.
Monster berbentuk aneh dengan kulit hitam pekat, matanya bersinar kuning, dan cakarnya panjang serta tajam. Monster itu menggeram rendah sebelum menerjang salah satu anggota yang berada di sekitarnya, tercambik dalam sekejap siswa itu tewas.
Ruangan berubah menjadi kekacauan. Semua anggota geng Destorit berteriak dan berusaha melarikan diri. Bahkan dari sepuluh anggota Destroit tak ada yang berani melawan. Jin dan anak buahnya segera kabur, meninggalkan Kei yang masih terpaku di tempat.
Monster itu kini menatap Kei, mendekatinya perlahan.
Kei menutup matanya. Ia tahu ini adalah akhirnya.
Namun, tiba-tiba…
"Kei!"
Hyeri berlari masuk dengan ekspresi panik.
Tanpa ragu, ia mengambil tongkat besi dan menghantam monster itu. Monster itu mundur beberapa langkah, tetapi kemudian mengayunkan cakarnya.
Hyeri terpental, tubuhnya membentur dinding sebelum jatuh ke tanah, darah mengalir dari kepalanya.
Kei membeku, dirinya dipenuhi amarah yang meluap-luap. Keinginannya hanya ada satu- menyelamatkan Hyeri. Saat itulah, sesuatu muncul di hadapannya. Sebuah ponsel keemasan bercahaya.
Suara misterius menggema di dalam kepalanya.
"Ambillah, dan selamatkan gadis yang kau cintai itu."
Kei meraih ponsel itu, lalu memori tentang cara penggunaan ponsel itu terlintas dalam pikirannya.
"Jadi seperti ini berubahnya."
"Henshin!"
Tubuhnya diselimuti cahaya biru. Dalam sekejap, ia berubah menjadi Kamen Rider Garu.
Monster itu menerjang, tapi Kei kini memiliki kekuatan untuk melawan. Dengan tekad membara, ia menatap monster itu.