Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Calamity Clown

Ka1toThatLovesRead
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
41
Views
Synopsis
Dantes Luccard adalah pemeran utama dalam pertunjukan ini, dia merupakan seorang pekerja kantoran biasa di era dunia yang kritis dan akan hancur. Hanya saja, tampaknya sebelum dia benar-benar mati di era kritis itu, dia malah bertransmigrasi ke dunia lain, Dunia yang berada pada masa mesin dan uap. Sebagai orang yang berpemikiran rasional, pemilihan untuk hidup di dunia ini lebih baik dibanding hidup di dunianya yang semestinya. Hanya saja, tampaknya konsep-konsep misterius mulai dirinya temukan di dunianya yang baru, itu adalah konsep-konsep aneh yang sangat bertentangan dengan fisika yang seharusnya. Akankah Dantes bertahan dan dapat menyesuaikan dirinya di dunia yang baru sebagai pribadi yang baru?
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1 : Aku bertransmigrasi!

Ini sudah pemberitaan yang ketiga kalinya...

Apakah kiamat akan benar-benar terjadi?

Lelaki yang memikirkan masalah itu kemudian meraih remot televisi yang ada diatas meja dan kemudian mematikan televisi yang memberitakan permasalahan itu.

Lelaki yang melakukan semua itu bernama Dantes Luccard, dia adalah seorang lelaki berumur 24 tahun dan merupakan lulusan dari jurusan ilmu sosial.

Walau dia adalah lulusan ilmu sosial, pada dasarnya dia tidak terlalu bisa berbincang dengan orang lain. Bahkan, memerlukan setidaknya 12 bulan baginya untuk lulus sarjana 1 pada universitas tempatnya berkuliah.

Saat ini, Dantes bekerja sebagai pekerja kantoran yang tidak terlalu mencolok. Bahkan, dia mirip dengan orang-orang kelas menengah-kebawah pada umumnya.

Dunia yang Dantes tinggali adalah bumi yang sedang dalam kondisi kritis. Setidaknya, hanya tinggal waktu saja bagi meteor untuk menghujani bumi.

Dan kemungkinan itu semakin diperparah oleh penelitian yang dilakukan ilmuan, yang menyatakan bahwa jupiter selaku planet yang melindungi bumi perlahan kehilangan daya tarik gravitasinya.

Dantes merenung sejenak, dia merenungi terkait permasalahan yang terjadi di planetnya tinggal.

Selain permasalahan meteor, minyak bumi yang mulai habis juga menjadi permasalahan yang sedikit mencolok. Juga oksigen yang mulai berkurang, serta polusi yang terjadi di mana-mana.

Itu setidaknya membuat kota metropolitan yang sangat besar di masa lalu mulai runtuh di masa kini.

Sungguh, realita yang kejam...

Dantes, yang telah selesai dalam renungannya mulai berdiri dari kursinya, dia kemudian meraih jaket di lemari pakaiannya dan mulai keluar dari apartemen sewanya.

Sebagai orang yang tidak cukup baik dalam sosial, tidak banyak orang yang mengenali Dantes bahkan melakukan tegur sapa dengannya. Itu hanya dapat dikecualikan bagi orang yang tinggal satu apartemen dengannya.

Setelah menuruni tangga apartemen bobroknya, dia kemudian berjalan ke sisi kanan jalan. Tujuannya saat ini adalah menambah ilmu, yang sekiranya akan berguna baginya di masa yang benar-benar kacau.

Seseorang berkata kepadaku bahwa ilmu adalah sesuatu yang akan sangat bermanfaat... dan itu benar-benar akan terjadi di masa ini.

Aku harap negara-negara yang ada tidak menambah masalah dengan menyulutkan perang, ya... walau dunia ini memiliki PBB sebagai pengatur, tapi apa artinya jika segalanya penuh kekurangan?

'Manusia akan menjadi diri mereka ketika berada di kondisi yang paling hina' aku mulai menyukai kata-kata itu.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh, akhirnya Dantes sampai di sebuah perpustakan yang biasanya dia hampiri.

Perpustakaan itu di urus oleh seorang wanita yang dikenali oleh Dantes, dia adalah wanita yang pernah menjadi kekasihnya dahulu.

Setelah membuka pintu perpustakaan, Dantes menyapa wanita bernama Flora sebelum pada akhirnya mulai mencari buku di rak buku.

Pada jam ini, perpustakaan cukup sepi karna kebanyakan orang akan fokus belajar di rumah ketimbang di perpustakaan, apalagi berita tentang kiamat yang akan terjadi membuat mereka lebih bersiaga dalam permasalahan persediaan.

Dan kondisi sepi perpustakaan membuat Flora menghampiri Dantes yang sedang mencari buku.

"Apa yang sedang kamu cari?"

Dantes terkejut dengan suara itu, sebelum pada akhirnya mulai menatap ke arah asal suara itu dan mendapati bahwa yang berbicara dengannya adalah mantannya, Flora.

Dia kemudian mengelus dadanya sebelum akhirnya membalas,

"Ah Flora, kamu mengejutkanku..."

Dantes kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke buku yang ada di rak,

"Aku sedang mencari buku yang sekiranya akan berguna untuk menghadapi masa-masa terburuk yang akan terjadi di dunia"

Mendengar jawaban ith, Flora mengerutkan kedua keningnya ke atas,

"Hah? Alasanmu konyol sekali! Untuk mengatasi akhir dunia, semestinya kita mencari persediaan makanan bukan malah membaca buku!"

Itu adalah respon yang sudah kuperkirakan...

Flora kemudian melanjutkan,

"Aku tidak paham denganmu Dantes, bahkan setelah putus denganku kau bukannya memperbaiki diri malah mencari pelarian dengan alasan yang konyol? Itu sungguh bodoh!"

Setelah mengucapkan hal itu, Flora perlahan mulai pergi dan kembali ke tempatnya biasa menjaga, meninggalkan Dantes sendirian.

Aku tidak paham apa yang dipikirkan oleh perempuan...

Dantes menghela nafas sejenak sebelum akhirnya melanjutkan mencari buku di rak yang berada di depannya.

Aku berharap tidak lagi disuruh untuk memahami perasaan dari perempuan...

Sedari awal, hubungan antara Dantes dan Flora tidak begitu baik. Selama mereka berpacaran, Dantes lebih berfokus dalam belajarnya dibanding melakukan interaksi dengan Flora.

Dantes memang dapat dikatakan pintar dalam materi sosial karna sering belajar. Tetapi itu tidak membuatnya lulus lebih cepat karna universitasnya lebih mengharapkan tiap siswanya untuk menerapkan materinya dalam praktek.

Dan praktek itu lah yang membuat Dantes mengulang berkali-kali hingga 12 bulan, lagipula bagaimana bisa seorang introvert sepertinya berbicara di depan banyak orang secara langsung dalam berpidato, bercerita, dan lain-lain?

Setelah sekian lama mencari buku, akhirnya dia menemukan sebuah buku yang menarik dimatanya dan pikirannya.

Itu adalah buku yang berjudul 'The Concept of Anxiety' yang ditulis oleh Søren Kierkeegard, buku itu sendiri berisikan tentang konsep kecemasan yang disebut sebagai Anxiety.

Dan tentu saja, buku yang hendak di baca oleh Dantes memiliki beberapa manfaat baginya dalam mengelola emosinya dan terhindari dari apa yang disebut sebagai Anxiety.

Dalam dunia yang akan mengalami masa menyedihkan, tentu saja mental adalah sesuatu yang perlu diperhatikan supaya tetap ada secara rasional.

Setelah mengambil buku itu dan sedikit membacanya dengan tujuan memahami dasar dari isi buku, Dantes langsung berniat menemui Flora untuk meminjam buku itu dengan membawanya pulang.

Hanya saja, dia tidak dapat menemukan Flora di tempat biasanya dia ada.

Dimana wanita itu? Apakah dia sedang di kamar mandi?

Dantes yang merasa di kejar oleh waktu langsung mencoba menghampiri kamar mandi perempuan dengan tujuan menemukan Flora.

Dia tidak memasuki kamar mandi dan hanya menunggu di luar dan memanggil Flora dengan teriakan, "Flora! Apa kamu disana?"

Dantes menunggu beberapa detik tetapi tidak menemukan jawaban sama sekali, hanya saja pikiran rasionalnya membuatnya tidak secara egois untuk memasuki kamar mandi perempuan.

Apakah dia marah gara-gara masalah tadi?

Yah... aku sudah cukup kenal dia dan sedikit memahami emosinya, kemungkinan itu memang dapat terjadi.

Baiklah kalau begitu, lebih baik aku langsung saja meletakkan beberapa pound di kasir tempat biasanya dia menjaga.

Karna tidak ingin menambah masalah, Dantes pun mulai berjalan kembali ke tempat biasanya Flora menjaga.

Dia meletakkan total dua Poundsterlling karna tidak terlalu tahu harga pastinya dalam meminjam, jadi dia berpikir untuk melebihkan uang supaya tidak menjadi masalah.

Setelah itu, dia memegang gagang pintu keluar dan berusaha membukanya-akan tetapi itu sia-sia seolah pintu terkunci.

Apa yang sedang terjadi? Apakah Flora sedang mempermainkanku?

"Hei Flora! Hentikan lelucon konyolmu!" teriak Dantes.

Hanya saja, sekali lagi teriakan itu hanya nyaring terdengar tanpa adanya respon dari pihak yang dipanggil.

Dia kemudian menatap ke arah bukunya dan menemukan judul bukunya telah berubah, itu tidak lagi berjudul 'The Concept of Anxiety' melainkan sekarang buku itu berjudul 'Calamity of The End World'.

Dantes yang terkejut tanpa sadar melempar buku itu.

Apa-apaan ini!

Jangan bilang...

Dia yang di penuhi pikiran yang tidak logis mulai mengecek seluruu buku yang ada di rak buku, dan apa yang dia temukan adalah buku yang berjudul 'Calamity of The End World'.

Ini...

Jantung Dantes seketika berdetak begitu kencang dan rasa takut mulai menggebu di dalam dirinya.

Dantes yang panik mulai kembali ke pintu keluar dan meraih gagang pintu, dan membukanya.

Pada akhirnya, pintu itu terbuka perlahan dan deritan dari pintu itu sangat merusak di telinga Dantes.

Apa yang terproyeksikan di matanya bukanlah sebuah gedung, apartemen atau sebuah jalanan seperti sebelumnya. Semua hal itu telah menghilang, dan hanya tersisa pepohonan rimbun, dan padang rumput.

Dengan fakta itu, Dantes pun membalikkan badannya dan menemukan bahwa perpustakaan yang sebelumnya masih terawat telah menjadi sesuatu yang lebih mirip dengan Dungeon dalam game-game rpg.

Dan dia kemudian mengarahkan pandangannya ke tangan miliknya, kulit miliknya tidak lagi sedikit coklat melainkan berubah menjadi cukup cerah.

Dantes yang dapat memahami terkait permasalahan yang selalu saja tersedia dalam novel mulai berpikir bahwa dirinya mengalami transmigrasi.

Itu dapat dibuktikan dari tubuhnya yang bukan tampak seperti dirinya, bahkan tingginya juga lebih tinggi di bandingkan manusia pada umumnya.

Saat sedang memikirkan permasalahan itu, suara nyaring mulai terdengar di telinganya berulang kali, dan suara itu menyebutkan satu kalimat yang sama:

Siapa aku?

Dantes yang mendengar suara itu perlahan merintih kesakitan, entah dengan alasan apa tetapi yang pasti itu sedikit merusak mentalnya.

Kejadian yang begitu cepat terjadi dalam hidupnya, transmigrasi yang aneh dan konyol membuatnya tidak dapat berpikir jernih dan hal itu membuat suara misterius semakin memasuki telinganya dengan nyaring.

Dia memegang dahinya dengan tangan kanan dan dadanya dengan tangan kiri,

Ini sakit...

Pikirannya yang benar-benar tidak dapat jernih perlahan membuatnya kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh ke rerumputan hijau di tanah.

Bruak!

Pandangan Dantes perlahan menjadi gelap, dan dia tidak dapat menghentikan pandangannya untuk kembali secara normal. Hanya perlu beberapa detik baginya untuk benar-benar kehilangan kesadarannya.

***

Waktu telah berlalu, akhirnya Dantes kembali mendapatkan kesadarannya lagi.

Dia mulai mengangkat tubuhnya dan mengambil posisi duduk dengan tujuan melihat ke kanan dan kekiri.

Ruangan apartemen? Apakah sebelumnya aku bermimpi...

Sebagai orang yang selalu berpindah apartemen di kehidupannya, Dantes memahami setidaknya struktur-struktur dasar dalam apartemen apalagi jika itu melibatkan apartemen yang bobrok.

Hanya saja aku tidak mengenali di apartemen mana aku berada... ruang ini bahkan desainnya sedikit lebih buruk dibanding ruang apartemen yang ku sewa.

Dantes pun berusaha berdiri dari kondisi duduknya di kasur,

"Aduh..." katanya sambil memegangi dahinya.

Setelah meraih sandal yang ada di bagian kanan kasurnya, dia kemudian bergerak tertatih-tatih mendekati pintu kayu yang dia perkirakan sebagai pintu untuk masuk dan keluar.

Saat hendak membuka pintu kayu, suara aneh mulai kembali mengisi kepalanya dan membuat dia kehilangan keseimbangannya lagi.

Sakit!

Jantung milik Dantes pun berdetak cukup kencang selama beberapa detik sebelum pada akhirnya pintu kayu itu terbuka, tetapi terbuka secara berlawanan dari seharusnya.

Seorang wanita muda pun terproyeksikan di mata Dantes, wanita itu lah yang membuka pintu kayu.

Dan setelah menatap ekpresi wajah dari Dantes yang merintih kesakitan, wanita itu seketika membuka mulutnya dan berteriak tetapi Dantes tidak mendengar teriakannya.

Siapa dia...?

Dantes sekali lagi kehilangan kesadaran miliknya. Tetapi pada kejadian kedua, itu tidak memerlukan waktu yang cukup lama baginya untuk terbangun.

Dantes yang telah terbangun menatap ke bagian bawah tubuhnya, dan dia mendapati seorang wanita berambut panjang berwarna biru sedang tertidur di perutnya.

Siapa...?

Wanita itu mirip dengan seseorang yang membukakkan pintu dari arah yang berlawanan, dan seseorang yang meneriakkan sesuatu padanya.

Dantes yang berusaha bergerak secara perlahan membuat wanita itu terbangun, pupilnya yang berwarna kuning hijau terproyeksikan di mata Dantes.

Terkejut melihat itu, Dantes hendak membuka mulutnya untuk bertkata tetapi wanita itu melakukannya terlebih dahulu,

"Kakak!

"Aku harap aku tidak bermimpi!

"Akhirnya... kakak sudah koma selama kurun waktu 3 hari!"

Kakak? Siapa dia...

Aku tidak ingat memiliki seorang adik secantik ini...

Dantes yang telah berpikir akhirnya memahami situasi,

Tampaknya aku benar-benar mengalami transmigrasi...

Dantes pun berakting kesakitan dengan cara memegang dahinya, "A-duh..."

Melihat hal itu, wanita muda yang mengaku sebagai adiknya pun langsung berkata,

"Tunggu sebentar kak, aku akan mengambilkan minuman hangat"

Wanita muda itu perlahan meninggalkan ruangan dan pergi ke dapur melalui pintu kayu yang sebelumnya Dantes perkirakan sebagai pintu masuk dan keluar.

Setelah memastikan bahwa wanita yang mengaku sebagai adiknya telah pergo, Dantes mulai berpikir dalam hatinya,

Apa yang sebenarnya menjadi pemicu utama transmigrasiku?

Aku hanya mengingat fakta bahwa aku pergi ke perpustakaan untuk membaca buku... Apakah itu pemicunya...?

Huh, tampaknya dunia ini sedikit maju? Ini seperti dunia yang telah memasuki era mesin dan uap.

Saat larut dalam pikirannya, wanita muda yang mengaku sebagai adiknya pun memasuki kamar dengan membawa gelas berisi teh hangat.

"Ini kak, minumlah"

Dantes pun mengangguk sambil memegang dahinya dan meraih gelas berisi teh hangat dari tangan wanita itu dengan tangan kanannya dan mulai meneguknya.

"Kak apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kakak ditemukan pingsan oleh para petualang itu..." tanya wanita itu dengan sopan

Dantes pun menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Aku tidak tahu, aku benar-benar melupakan segalanya... Bahkan, tampaknya aku telah melupakan diriku sendiri"

Apa yang di ucapkan oleh Dantes adalah kejujuran, dia tidak menyembunyikan informasi apapun kecuali fakta bahwa dia bukanlah kakak yang dikenal oleh wanita itu.

"Kak, apakah kamu juga melupakan diriku?"

Dantes mengangguk dan menjawab dengan ekpresi kebingungan, "Kurasa begitu..."

Ekpresi dari wanita yang mengaku sebagai adiknya pun berubah menjadi melakonis, dia tampak bersedih mendengar jawaban dari kakaknya.

Dan Dantes yang melihat hal itu langsung mengelus rambut adiknya sambil tersenyum,

"Bagaimanapun juga aku adalah kakakmu bukan? Kehilangan ingatan tidak akan membuatku meninggalkanmu. Sebagai kakakmu, aku berjanji untuk itu."

Mendengar ucapan dari Dantes, wanita itu pun mengusap wajahnya yang melakonis dan mulai bertanya,

"Kak, apakah kita memerlukan ramuan dari para penyihir untuk mengembalikan ingatanmu?"

Dantes menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Itu tidak perlu. Akan lebih baik jika adikku sendiri yang menceritakan kepadaku tentang siapa diriku."

Wanita muda itu sedikit ragu tapi pada akhirnya menerima, "Baiklah kak..."