Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kode Para Penguasa: Kronik De Force

DamianMarley
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
150
Views
Synopsis
Dunia yang di kuasai oleh berbagai ras dan mahkluk setiap wilayah memiliki banyak keunikan tersendiri, seperti Bangsa manusia " The Union " yang di pimpin oleh primarch misterius yang belum di ketahui di bawah primarch ada 15 lord berkumpul, dengan teknologi yang sangat maju dan modern. dan ada alien biasa di sebut Xyr yang mengancam umat manusia di daerah pedesaan mereka turun dari langit langit misterius oleh old lands.
VIEW MORE

Chapter 1 - Sang Primarch - De Force ptasinki

Suara gemuruh menggetarkan udara saat pesawat induk raksasa melayang di angkasa, menghalangi sinar matahari dan membelah awan-awan tebal bagaikan pisau tajam. Badan pesawat yang terbuat dari logam gelap berkilau itu kini berhenti tepat di atas sebuah pedesaan terpencil, menciptakan bayangan hitam pekat yang menyelimuti seluruh wilayah di bawahnya.

Di dalam ruang komando pesawat, sesosok figur bertubuh kekar berdiri menghadap jendela observasi. Armor hitamnya berkilat tertimpa cahaya redup dari panel-panel kontrol di sekelilingnya. Mata tajamnya mengamati desa kecil di bawah dengan tatapan dingin.

'Tch.' Dia berdecih pelan sebelum berbicara melalui sistem komunikasi. 'Turunkan pasukan sekarang juga. Hancurkan desa itu sampai ke akar-akarnya. Tidak boleh ada yang tersisa.'

Suaranya yang berat menggema di seluruh kabin, membuat barisan prajurit elite yang telah siaga segera bergerak. Mereka mengenakan armor tempur canggih berwarna biru kehitaman yang menutupi seluruh tubuh, dilengkapi helm dengan visor khusus yang memberikan penglihatan tajam dalam kondisi apapun. Di punggung mereka, senapan plasma modern siap digunakan.

'Kenapa mendadak sekali?' bisik salah satu prajurit pada rekannya saat mereka berjalan menuju pintu cargo. 'Desa sekecil itu rasanya tidak mungkin jadi ancaman.'

'Entahlah,' jawab rekannya sambil mengecek senjata. 'Mungkin ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Tapi perintah tetalah perintah.'

Suara langkah berat bergema di lorong saat sosok tinggi berjubah hitam muncul - Lord Voldemort. Matanya yang merah menyala menatap tajam pada pasukannya.

'DENGARKAN BAIK-BAIK!' teriaknya dengan suara yang menggetarkan dinding logam. " MISI KALIAN SIMPLE - MUSNAHKAN SETIAP JIWA DI DESA ITU! TIDAK ADA PENGECUALIAN, TIDAK ADA YANG BOLEH LOLOS! MENGERTI?! "

'SIAP, LORD!' teriak para prajurit serempak, sebelum bersiap melakukan terjun tempur ke arah desa yang masih terselimuti bayangan di bawah."

"Pintu cargo raksasa terbuka dengan suara menderu, membiarkan angin dingin menyapu masuk ke dalam kabin. Dua puluh prajurit elit berlari dan melompat ke dalam kegelapan, tubuh mereka membelah awan tebal yang menghalangi pandangan. Mereka berpencar menjadi sepuluh tim kecil, masing-masing mengarah ke sektor berbeda di desa.

Armor mereka berdentum keras saat menghantam tanah, meninggalkan retakan di permukaan. Tanpa menunggu komando, mereka langsung bergerak dengan presisi mematikan. Visor canggih mereka menyala dalam kegelapan, menampilkan tampilan thermal yang mendeteksi setiap kehidupan dalam radius 80 meter. Tidak ada yang bisa lolos.

Teriakan-teriakan ketakutan memenuhi udara saat pasukan mulai mengeksekusi misi mereka. Anak-anak yang menangis, orang tua yang tersandung saat berlari, wanita yang memohon - semuanya jatuh di hadapan tembakan plasma yang tak kenal ampun. Beberapa warga mencoba bersembunyi di balik dinding tipis rumah mereka atau berlari ke dalam hutan, namun teknologi deteksi thermal membuat usaha mereka sia-sia.

Di ruang komando pesawat, dua figur mengawasi pembantaian dari atas. Lord Voldemort dan Lord Ford, keduanya mengenakan armor elite dengan emblem elang emas yang menandakan status tinggi mereka. Voldemort, dengan wajah dinginnya yang masih berusia 25 tahun, berdiri tegap di samping Ford yang berusia 32 tahun.

'Aku tidak mengerti,' Ford memecah keheningan, suaranya sedingin es. 'Mengapa Primarch memerintahkan pemusnahan desa sekecil ini? Bahkan tanpa penjelasan sama sekali.'

Voldemort berbalik menuju pintu, armor hitamnya berkilau di bawah cahaya redup. 'Aku pun tidak tahu, Ford,' jawabnya datar. 'Tapi perintah tetaplah perintah. Kita tidak punya pilihan.' Dia melangkah keluar, meninggalkan Ford sendirian dengan pemandangan pembantaian di bawah.

Seorang wanita muda, tidak lebih dari 18 tahun, tersudut di antara puing-puing rumahnya. 'Kumohon, tuan... ampuni aku,' isaknya dengan air mata mengalir. Prajurit di hadapannya tidak menunjukkan reaksi, hanya mengangkat kakinya dan mengakhiri hidup wanita itu dengan brutal.

Namun keadaan berubah drastis ketika dua prajurit memeriksa sebuah gubuk tua. Dari kegelapan, sesosok makhluk alien muncul - tubuhnya setinggi prajurit dengan mata predator yang berkilat berbahaya. Tanpa peringatan, makhluk itu melompat, mendarat di atas helm salah satu prajurit dan menyemburkan asam yang mendesis menembus visor. Ekor tajamnya yang mirip kalajengking menusuk armor seperti menusuk kertas.

'ALIEN! BUTUH BANTUAN SEGE-' Teriakan panik memenuhi radio. Suara tembakan plasma dan jeritan kesakitan terdengar dalam kekacauan. 'MEREKA TERLALU BANYAK! CEPAT KE SI-' Transmisi terputus dengan jeritan mengerikan, digantikan static yang memekakkan telinga.

Di ruang komando, Ford langsung bereaksi. 'Semua unit! Segera bergerak ke koordinat terakhir Tim Dua! Kita punya situasi darurat!'"

"TEMBAK MEREKA SAMPAI MATI!" Teriakan bergema saat pasukan Marine Troops Elite bergerak cepat dari berbagai arah, laser plasma menyala-nyala dalam kegelapan. Para Xyr - makhluk alien dengan tubuh bergigi tajam dan kulit seperti exoskeleton - terus bermunculan dari kegelapan hutan dan reruntuhan desa.

Dentuman demi dentuman terdengar saat plasma bertemu dengan armor alami para Xyr. Beberapa Marine mengeluarkan Energy Blade mereka - pedang pendek dengan bilah yang berputar pada kecepatan tinggi, mengeluarkan energi panas yang mampu membelah armor terkuat sekalipun. Saat pedang-pedang itu bersentuhan dengan tubuh Xyr, daging alien itu langsung terbakar dan hancur.

"Mereka terlalu banyak!" teriak salah satu Marine saat tiga rekannya jatuh oleh cakar dan asam Xyr. "Butuh bantuan sege-"

Kata-katanya terpotong oleh ledakan dahsyat dari langit. Tanah bergetar saat sosok gelap menghantam permukaan, menciptakan kawah yang menghancurkan beberapa Xyr sekaligus. Lord Voldemort berdiri di tengah kehancuran, armor elitenya berkilau ditimpa cahaya api.

"Kalian pikir bisa mengalahkan pasukan eliteku?" geramnya sambil membentuk bola api raksasa di tangannya. Energi panas memancar, membuat udara bergetar. Dengan satu gerakan, dia melemparkan Fire Ball itu ke arah kerumunan Xyr, menciptakan ledakan yang membakar segala sesuatu dalam radius puluhan meter.

Di atas pesawat, Lord Ford mengoperasikan meriam utama. "Voldemort, bergerak ke sektor tiga. Akan kubersihkan sektor empat dan lima." Suaranya tenang namun tegas dalam radio.

"Pastikan kau tidak mengenai pasukanku, Ford," balas Voldemort sambil menghancurkan kepala Xyr dengan tinjunya yang diperkuat armor. "Kita sudah kehilangan terlalu banyak hari ini."

"Hmph. Sejak kapan kau peduli dengan korban?" Ford mendengus, jarinya menekan tombol penembak. Tembakan plasma besar menghujam ke bawah. "DUM! DUM! DUM!" Tanah hancur lebur, membuat Xyr-Xyr terpental.

Di garis depan, dua Marine berlindung di balik pohon yang hampir roboh. "Sial, senjataku macet!" seru yang satu sambil berusaha memperbaiki senapannya.

"Tenang, dengan Lord Voldemort di sini, kita pasti-" Kata-katanya terputus oleh cakar Xyr yang menembus dadanya dari belakang. Darah menyembur saat tubuhnya diangkat tinggi-tinggi.

"ANDERSON!" Marine pertama berbalik, hanya untuk melihat tiga Xyr lain mengepungnya. Teriakannya yang terakhir tenggelam dalam deru pertempuran.

Voldemort melihat kejadian itu dan amarahnya meledak. "SEMUANYA, FORMASI DELTA! KITA AKHIRI INI SEKARANG!" Dia melompat tinggi, energi merah berkobar di sekitar tubuhnya.

"Voldemort, tunggu!" Ford berteriak dalam radio. "Sensor mendeteksi sesuatu yang lebih besar mendekat dari arah timur!"

"Peduli setan dengan sensor! Aku akan menghabisi mereka semua!" Voldemort menukik turun, tangannya bercahaya dengan energi mematikan.

Saat itulah tanah bergetar. Dari kegelapan hutan, sesuatu yang jauh lebih besar dari Xyr biasa mulai bergerak...

"Tanah bergetar hebat saat sosok raksasa muncul dari kegelapan hutan. Bolts, pemimpin Xyr, dengan tinggi dua kali lipat manusia normal dan tubuh yang dilapisi exoskeleton hitam mengkilat, mengeluarkan raungan yang memekakkan telinga.

'Perhatikan belakangmu, Voldemort!' Ford berteriak melalui radio, tapi terlambat. Bolts sudah bergerak dengan kecepatan tak masuk akal untuk ukuran tubuhnya. Ekornya yang tajam menghantam Voldemort dari belakang, mengirimnya terpental puluhan meter hingga menabrak pohon-pohon.

'Brengsek!' Voldemort bangkit, armor elitenya retak di beberapa bagian. Darah menetes dari sudut bibirnya, tapi matanya menyala dengan amarah. Berkat pemberkatan Primarch, dia bisa merasakan gerakan Bolts meski makhluk itu menghilang dalam kegelapan.

Di sisi lain medan pertempuran, sisa pasukan Marine Elite terdesak. 'Bentuk formasi melingkar!' teriak komandan unit. 'Jangan biarkan mereka masuk ke celah pertahanan!'

Mereka membentuk lingkaran dengan punggung saling bersentuhan, senapan plasma terarah ke segala arah. Xyr terus bermunculan dari hutan, cakar dan ekor mereka berkilat dalam kegelapan.

'Lord Ford! Kami butuh bantuan udara!' teriak salah satu Marine melalui radio.

Ford tidak menjawab, tapi respon datang dalam bentuk hujan plasma dari pesawat induk. 'DUM! DUM! DUM!' Turret otomatis menembakkan peluru plasma tanpa henti, membakar para Xyr yang mencoba mendekat.

'Voldemort, bagaimana keadaanmu di bawah?' Ford berbicara melalui kanal pribadi mereka sambil terus mengarahkan tembakan.

'Diam dan fokus menembak!' Voldemort mengelak dari semburan asam Bolts yang hampir mengenai kepalanya. 'Makhluk ini... dia berbeda.'

Tiba-tiba, dua sosok raksasa turun dari pesawat induk - Mecha Marine, robot tempur setinggi tiga lantai dengan flamethrower dan pedang gergaji energi. Tanah bergetar saat mereka mendarat, langsung membakar dan memotong Xyr yang mendekat.

'Lord! Pesan darurat dari Primarch!' suara operator pesawat memecah fokus Ford. 'Kita diperintahkan mundur sekarang juga!'

Ford menggertakkan gigi. 'Voldemort! Kita dapat perintah mundur dari Primarch! Segera kembali ke pesawat!'

'Tch.' Voldemort mengelak dari tebasan cakar Bolts. 'Di saat seperti ini...' Dia melompat mundur, mengambil jarak. 'SEMUANYA MUNDUR! KEMBALI KE PESAWAT SEKARANG!'

Para Marine bergerak teratur mundur sambil terus menembak. Mecha Marine memberikan cover dengan semburan api dan tebasan pedang mereka sebelum terbang kembali ke pesawat.

'Voldemort, cepat!' Ford melihat Bolts mengejar rekannya dengan kecepatan mengerikan. 'Dia semakin dekat!'

'Aku tahu!' Voldemort berlari, sesekali menembakkan bola api untuk memperlambat Bolts. Namun makhluk itu tidak menunjukkan tanda-tanda lelah atau luka, regenerasinya terlalu cepat.

Saat jarak Bolts semakin dekat dengan Voldemort, Ford mengambil keputusan cepat. 'Semua turret, target makhluk itu! TEMBAK!'

Hujan plasma menghujam area di sekitar Bolts, memberinya cukup waktu untuk mencapai pesawat. Tapi dari kejauhan, raungan Bolts masih terdengar - bukan raungan kesakitan, melainkan seperti... janji untuk pertemuan berikutnya."

"Pesawat induk meluncur menjauhi zona pertempuran, meninggalkan desa yang kini hancur dalam kegelapan. Para Marine yang selamat duduk terengah-engah di kabin, beberapa memeriksa armor mereka yang rusak.

'Kekuatan regenerasi Bolts itu... tidak masuk akal,' Voldemort bergumam sambil memeriksa retakan di armornya.

Ford mengangguk dari kursi pilotnya. 'Yang lebih mengkhawatirkan, dia bisa menghindari deteksi thermal kita.'

Perjalanan berlanjut hingga mereka melihat siluet megah pangkalan De Force Ptasinki di horizon - kompleks militer terbesar umat manusia yang membentang ribuan hektar. Dinding-dinding titanium setinggi ratusan meter menjulang dengan turret pertahanan berjajar di sepanjang perimeternya. Logo elang emas raksasa terukir di gerbang utama.

Pesawat mendarat di salah satu hangar utama. Pintu-pintu titanium bergeser terbuka, menampakkan aktivitas pangkalan yang tak pernah berhenti. Mecha Marine berbaris rapi menjalani maintenance, konvoi kendaraan lapis baja bergerak dalam formasi, dan skuadron pesawat tempur lepas landas untuk patroli.

'Lord Voldemort, Lord Ford!' seorang operator berlari menghampiri. 'Primarch meminta kehadiran kalian di Command Center segera.'

Mereka berjalan menyusuri koridor-koridor metal yang dipenuhi aktivitas. Di sebelah kiri mereka, jendela besar menampakkan fasilitas latihan tempat ratusan Marine menjalani simulasi pertempuran. Di kanan, pabrik senjata menghasilkan ribuan unit plasma rifle setiap jamnya.

'Lukamu perlu diobati dulu?' tanya Ford saat melihat darah yang mengering di armor Voldemort.

'Nanti saja. Primarch tidak suka menunggu.'

Mereka melewati ruang pertemuan dimana tiga Lord lain sedang berdiskusi. Lord Leon, ahli strategi dengan armor putih bergaris emas, mengangguk pada mereka. Di sampingnya, Lord Nir yang terkenal dengan kemampuan snipernya mengamati hologram medan pertempuran. Lord Vior, teknisi jenius di balik banyak inovasi senjata mereka, tampak serius menjelaskan sesuatu.

'Kudengar kalian bertemu Bolts,' Nir memanggil. 'Sebrutal rumor yang beredar?'

'Lebih buruk,' jawab Voldemort tanpa berhenti.

Akhirnya mereka tiba di Command Center - ruangan bundar raksasa dengan layar-layar holografik menutupi seluruh dinding. Di tengah ruangan, Primarch berdiri menghadap peta galaksi 3D yang berputar perlahan. Sosoknya yang menjulang dalam armor emas membuat Voldemort dan Ford segera berlutut.

'Bangkitlah,' suara Primarch bergema dalam ruangan. 'Ceritakan padaku tentang Bolts.'

Voldemort melangkah maju. 'Yang Mulia, makhluk itu... berbeda dari Xyr yang pernah kami hadapi. Regenerasinya hampir instan, kekuatannya di luar perhitungan, dan yang paling mengkhawatirkan...'

'Dia bisa menghindari semua sistem deteksi kita,' Ford menambahkan. 'Bahkan thermal imaging level militer tidak bisa melacaknya.'

Primarch terdiam sejenak, matanya menyala dalam keremangan. 'Mungkin ini saatnya...' Dia berbalik menghadap mereka. 'Kalian akan memimpin operasi khusus. Kita tidak bisa membiarkan makhluk seperti itu bebas berkeliaran.'

'Yang Mulia,' Voldemort dan Ford membungkuk dalam-dalam, menunggu perintah selanjutnya dari pemimpin tertinggi mereka."