Leon berdiri di depan cermin, menatap wajah mudanya dengan mata penuh perhitungan. Di kehidupannya sebagai Raja Alistair, ia terbiasa melihat seorang pria tua dengan janggut putih dan sorot mata yang dipenuhi kebijaksanaan. Namun, kini ia hanya melihat seorang pemuda dengan tubuh lemah, wajah yang tampak terlalu polos untuk seorang pahlawan, dan pakaian upacara yang terasa tidak nyaman.
"Jadi, ini tubuh yang kutempati sekarang… Begitu rapuh."
Dalam ingatannya, Leon Ardeth bukanlah seorang petarung berbakat. Dia hanya seorang pemuda biasa yang dipilih oleh Gereja Suci sebagai "Pahlawan" tanpa alasan yang jelas. Ia tidak memiliki pengalaman bertarung, tidak punya sihir kuat, dan bahkan sering dihina oleh para ksatria yang meragukan kemampuannya.
"Menarik… Seorang raja yang ditakuti kini menjadi pahlawan yang diremehkan."
Sebuah ketukan keras di pintu mengganggu pikirannya.
"Leon! Berhenti melamun dan segera datang ke Balai Agung! Jangan membuat Yang Mulia menunggu!" suara ksatria yang sama terdengar.
Leon menarik napas panjang. Baiklah, mari kita lihat dunia seperti apa yang menungguku.
Balai Agung, istana pusat kerajaan, dipenuhi dengan para bangsawan, ksatria, dan petinggi Gereja Suci. Di ujung ruangan, Raja Eldric—penguasa yang sekarang memimpin kerajaan—duduk di atas singgasananya, memandang dengan ekspresi penuh wibawa.
Di hadapan Leon, seorang pria berbaju zirah berat melangkah maju. Duke Reynard, Jenderal Tertinggi Kerajaan. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi skeptis saat menatap Leon dari atas ke bawah.
"Jadi, ini 'Pahlawan' yang dipilih oleh gereja?" suaranya sarat dengan penghinaan. "Aku melihat pemuda lemah yang bahkan tidak bisa mengangkat pedang dengan benar."
Tawa kecil terdengar dari beberapa ksatria dan bangsawan di ruangan itu. Leon hanya tersenyum tipis.
"Benarkah begitu, Duke Reynard?" Ia melangkah maju tanpa gentar, menatap langsung ke mata sang jenderal. "Aku penasaran, apakah dirimu juga berpikir begitu saat berlutut di hadapanku di kehidupan sebelumnya?"
Seketika, ruangan menjadi sunyi.
Reynard mengernyit. "Apa maksudmu, bocah?"
Leon tidak menjawab. Ia hanya mengangkat pedang upacara yang diberikan kepadanya, menghunusnya perlahan. Meskipun tubuh ini lemah, ingatan dan pengalaman bertarungnya sebagai Raja Alistair tetap utuh.
"Jika kau ragu akan kemampuanku…" Senyum licik muncul di wajahnya. "Kenapa tidak kita buktikan sekarang?"
Mata para bangsawan dan ksatria melebar. Seorang pahlawan menantang jenderal terkuat kerajaan?
Di sudut ruangan, Raja Eldric menyeringai kecil. "Menarik… Aku ingin melihat sejauh apa kemampuan 'pahlawan' kita ini."
Dengan satu gerakan, Duke Reynard mencabut pedangnya. "Baiklah, bocah. Jangan menangis saat aku menghancurkan kepercayaan dirimu!"
Leon hanya tersenyum. Pertunjukan baru saja dimulai.
Bagaimana? Mau lanjut ke Bab 3? Aku bisa buat duel mereka lebih epik!