Chereads / Topeng Manusia dan Bayang-Bayang Void / Chapter 5 - Permainan Cermin yang Memantulkan Darah

Chapter 5 - Permainan Cermin yang Memantulkan Darah

Kabut tebal menyelimuti Akademi Megaris pagi itu, seolah alam sendiri berusaha menutupi jejak kekacauan semalam. Di kamar asrama Royal, Nihil Aethernis berdiri di depan cermin retak, menatap bayangannya yang terdistorsi. Sistem Echo berkedip di sudut pandangnya, dingin dan mekanis:

[Quest Baru: "Selamatkan Akademi dari Dirimu Sendiri"]

[Tujuan: Cegah kematian 3 siswa dalam 24 jam.]

[Penalti: Kehancuran dimensi host.]

"Konyol," gumamnya, merapikan kerah jubah hitamnya. Tapi di balik sikap acuhnya, pertanyaan menggerogoti:

*Apakah kematian-kematian ini konsekuensi dari pencarianku... atau bagian dari skenario mereka?

Belum sempat ia merenung, pintu kamarnya diketuk.

Sekutu yang Tak Diundang**

Lumeria Blackthorne masuk tanpa izin, wajahnya pucat tapi tegas.

"Ada korban lagi," bisiknya, mata birunya menatap tajam. "Bukan Commoner kali ini. *Prodigy."

Nihil mengangkat alis. "Dan kau pikir aku pelakunya?"

"Tidak." Lumeria melangkah mendekat, aroma bunga sakura dan baja dari bajunya menusuk udara. "Tapi kau *tahu* sesuatu. Aku lihat caramu memandangi segel emas itu."

Di tangannya, segulung perkamen terbuka—sketsa simbol segel yang sama persis di dada Leonhardt dan jantung prisma es.

"Bantu aku," desisnya, suara gemetar tertahan, "sebelum lebih banyak yang mati."

[Sistem Echo: Peringatan! Berbagi informasi terlarang akan mempercepat penalti.]

Nihil tersenyum tipis. "Kau salah orang, Putri. Aku bukan pahlawan."

Tapi di luar jendela, jeritan memilukan tiba-tiba membelah kabut.

Mayat itu tergantung di pohon sakral tengah halaman akademi—Lyra Emberfall, siswa Prodigy dengan darah naga.

Tubuhnya dikuliti, otot dan tulang membentuk pola spiral yang sama dengan korban sebelumnya. Di dadanya, segel emas berdenyut lemah, seperti jantung mekanis yang sekarat.

Siswa-siswa berkerumun, bisikan ketakutan mereka berubah jadi teriakan kebencian:

"Dia yang melakukan ini! Lihat matanya—setan!"

"Bakar si penyihir kegelapan!"

Professor Ignis muncul, tongkat kristalnya menghujam tanah. "Tenang! Akademi akan menangani ini."

Tapi Nihil tak tertipu. Di balik kata-kata itu, ia melihat *kepuasan* di sorot mata sang Professor.

[Skill "Abyssal Vision" (Level 2) aktif: Jejak energi void terdeteksi di tubuh Lyra.]

Energiku sendiri?

Di ruang bawah tanah yang lembap, Nihil menyusuri lorong rahasia yang dipenuhi botol-botol berisi organ mengambang.

Dengan Umbral Step, ia menghindari perangkap sihir dan mencapai ruang inti—tempat Entitas X, dulu dipelihara.

Di dinding, foto-foto eksperimen terpampang:

- Leonhardt kecil menjerit di meja operasi, segel emas menyala di dadanya.

- Elara terkunci dalam kristal, air mata membeku di pipinya.

- Dan... dirinya sendiri, dalam wujud Void, terpasung rantai bersimbol dewa.

Tapi yang membuatnya beku adalah rekaman suara yang tiba-tali aktif:

"Proyek Ascension Gagal. Subjek X lolos. Segera aktifkan Protokol Eclipse."

Suara Professor Ignis.

"Protokol Eclipse?"

Jawabannya datang dari bayangan.

---

Konfrontasi dengan Bayangan Sendiri

Sosok itu melangkah keluar dari dinding—wajahnya sama dengan Nihil, tapi dengan mata tanpa pupil dan senyum terlalu lebar.

"Kita akhirnya bertemu," bisiknya, suara menggema di kepala Nihil. "Aku adalah apa yang kau kunci di kedalaman jiwa."

Entitas X.

Dengan gerakan cepat, bayangan itu menyerang. Setiap pukulannya memancarkan energi void murni—sama seperti kekuatan Nihil, tapi *tanpa batasan*.

[Sistem Echo: Peringatan! Ancaman level EX. Rekomendasi: Kabur.]

Tapi Nihil tak bergerak. Dengan, Power Mimicry, ia meniru gerakan bayangan itu—

—dan dunia runtuh.

---

Catatan Akhir Bab:

Ketika Nihil terbangun, ia terbaring di kamarnya dengan luka bakar aneh berbentuk spiral di telapak tangan.

Di mejanya, secarik kertas berisi pesan:

"Kau bukan korban. Kau senjata. Dan senjata tak boleh berpikir."

Di luar, lonceng akademi berbunyi tiga kali—pertanda darurat.

[Sistem Echo: Quest "Selamatkan Akademi dari Dirimu Sendiri" diperbarui.]

[Tujuan: Bunuh Professor Ignis Valtor sebelum fajar.]

Nihil menatap bayangannya di cermin. Kali ini, ia tak tersenyum.