Sang Pencipta Ilmu Astronomi
Pada suatu masa di tanah Babilonia, di bawah langit malam yang luas, hiduplah seorang pemuda bernama Nabu. Sejak kecil, Nabu selalu terpesona oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip di angkasa. Setiap malam, ia duduk di atap rumahnya, mengamati pola yang terbentuk dari cahaya gemintang. Tidak seperti kebanyakan orang yang percaya bahwa bintang adalah dewa-dewa yang bertengkar, Nabu meyakini bahwa ada keteraturan dalam pergerakan benda-benda langit.
Ketertarikannya membawa Nabu ke kuil-kuil tempat para pendeta Babilonia mencatat pergerakan bintang dan planet. Ia belajar dengan tekun, mencatat setiap perubahan langit di atas tanah kelahirannya. Berbeda dengan pendeta lainnya yang hanya mencatat untuk tujuan ramalan, Nabu ingin menemukan aturan yang mengatur pergerakan langit.
Suatu hari, ketika mengamati langit dengan perhitungan yang cermat, ia menemukan pola bahwa planet-planet tertentu tidak bergerak secara acak, melainkan mengikuti lintasan yang bisa diprediksi. Dengan penuh semangat, ia mencatat temuannya dan menyusun tabel pergerakan planet. Ia membagikan temuannya kepada para pendeta, tetapi mereka menolak gagasannya karena bertentangan dengan kepercayaan yang sudah lama dipegang.
Namun, seorang raja muda yang tertarik pada ilmu pengetahuan mendengar tentang pemuda cerdas ini. Raja itu mengundang Nabu ke istana dan memberinya kesempatan untuk membuktikan teorinya. Dengan berbagai perhitungan dan pengamatan, Nabu mampu memperkirakan gerhana bulan yang akan datang. Ketika ramalannya terbukti benar, seluruh istana terkejut dan mengakui kejeniusannya.
Penemuan Nabu menjadi awal dari ilmu astronomi yang lebih maju. Karyanya dicatat di tanah liat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ilmunya akhirnya mencapai Yunani dan menginspirasi ilmuwan besar seperti Ptolemaeus dan Copernicus berabad-abad kemudian.
Meskipun namanya perlahan memudar dalam sejarah, warisan Nabu tetap abadi di langit malam yang terus bergerak sesuai aturan yang telah ia coba pahami. Sang pencipta ilmu astronomi telah membuka jalan bagi peradaban untuk memahami alam semesta yang luas.
Beberapa tahun setelah keberhasilannya di istana, Nabu mendirikan sebuah sekolah di pinggiran kota Babilonia. Di sana, ia mengajarkan astronomi kepada murid-murid muda yang juga tertarik pada rahasia langit. Dengan penuh semangat, ia mengajarkan bagaimana menghitung pergerakan bintang dan planet dengan cara yang lebih akurat.
Namun, semakin besar pengaruhnya, semakin banyak pula orang yang menentangnya. Kelompok pendeta yang masih berpegang pada tradisi lama menganggap ajarannya sebagai ancaman. Mereka menghasut raja untuk menghentikan kegiatan Nabu, dengan alasan bahwa pengetahuannya dapat mengganggu keseimbangan dunia spiritual.
Suatu malam, Nabu dipanggil ke istana dan diperintahkan untuk meninggalkan ajarannya atau menghadapi hukuman. Dengan berat hati, ia memilih untuk pergi, tetapi tidak sebelum meninggalkan catatan lengkap tentang temuannya kepada murid-muridnya yang paling setia.
Meskipun ia harus menghilang dari sejarah, ilmunya terus berkembang melalui para penerusnya. Murid-muridnya melarikan diri ke berbagai penjuru dunia, membawa serta pengetahuan yang kelak akan menginspirasi kebangkitan ilmu astronomi di peradaban lain.
Dengan begitu, jejak sang pencipta ilmu astronomi tetap hidup, meskipun ia sendiri harus menghilang dalam kabut waktu. Malam-malam berikutnya, bintang-bintang tetap bersinar seperti biasa, menjadi saksi bisu dari perjalanan seorang pemuda yang berani menantang batas pengetahuan zamannya.