Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

PROF

🇮🇩realnamehidden
--
chs / week
--
NOT RATINGS
336
Views
Synopsis
Domenico King, dua puluh enam tahun, pria dengan kecerdasan di atas rata-rata itu adalah dosen Anatomi yang terkenal killer. Mengajar di Yale School of Medicine di Kota New Haven, Connecticut. Hidupnya adalah rutinitas yang monoton; mengajar, gym dan rumah. Tapi berkat mahasiswanya yang pembangkang, rubah kecil yang sulit diatur, yang memukul dirinya di sebuah kedai kopi saat pertama kali mereka bertemu, hidup Domenico yang semula dirinya pikir sudah mati, tiba-tiba seolah dihidupkan kembali. *** Ethan Arru, delapan belas tahun, memilih untuk keluar dari rumah mewahnya di Manhattan dan menjadi mahasiswa tingkat pertama di Yale School of Medicine. Itu adalah salah satu bentuk pembangkangan dirinya terhadap ayahnya yang kejam. Dia berpikir, berada jauh dari rumahnya akan memberi lingkungan dan situasi yang baru dan lebih baik dari yang dirinya miliki di Manhattan. Ya, hidupnya sebagai mahasiswa kedokteran pada awalnya sangat menyenangkan, sampai akhirnya dia bertemu Profesor Anatomi yang paling brengsek di seluruh jagad raya. Kehidupan damai Ethan hanya tinggal kenangan, ketika Profesor Domenico Fucking King mulai menyiksa dirinya dengan sikapnya yang sungguh menyebalkan dan juga berbagai macam tugas dan revisi. Semakin lama dirinya mengenal pria itu, Ethan tahu ada sesuatu yang pria itu sembunyikan, dan selain senyum serta tawa pria itu yang langka, sisi misterius pria itu justru membuat Prof King semakin menarik di matanya. Mampukah Ethan menanggung konsekuensi setelah dirinya mengetahui apa rahasia besar yang disembunyikan oleh Profesor-nya itu?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - The beginning

Ethan

Ini adalah hari senin, dan I hate Monday adalah quotes yang sangat tepat.

Memaksakan diri untuk bangun dengan malas, Ethan Arru meraih ponsel dari bawah bantalnya. Hari ini adalah hari yang akan sangat panjang karena dia akan memulai paginya dengan melihat satu-satunya perusak suasana. Siapa lagi kalau bukan Profesor Domenico King. Dosen anatomi dan fisiologinya, bajingan sialan, si tukang perintah, pemilik wajah yang sangat menyebalkan. 

Kehidupan Ethan sebagai mahasiswa kedokteran di Yale School of Medicine yang terletak di New Haven, sebelumnya sangat menyenangkan...walaupun di tengah semua rutinitas yang membosankan. Tapi semua itu berubah, bukan sejak negara api menyerang, melainkan sejak kedatangan Profesor Domenico-Asshole-King, dua bulan yang lalu. 

Dia terdiam, mengingat kembali awal pertemuannya dengan Prof King. 

Dua bulan lalu...

Ethan sedang duduk di kedai kopi favoritnya pagi itu, dan berharap bertemu dengan seorang gadis yang bisa dirinya kencani. Ponselnya berdengung dan dia meraihnya dari saku dengan penuh semangat, berpikir kalau itu adalah pesan dari salah satu gadis-gadis cantik nan-aduhai. Ethan menggeser jari di layar dan melihat ke ikon pesan. Tetapi sialnya, itu hanya notifikasi alarm, mengingatkannya kalau tiga puluh menit lagi adalah waktu untuk kelas pertama. Dia harus bergegas melintasi kampus karena itu Ethan buru-buru menarik resleting ranselnya hingga tertutup dan mengangkat talinya ke bahu. Kedai kopi ramai pagi ini. Dia tahu tak satupun dari mahasiswa lain yang ada di kedai kopi ini terbiasa bangun pagi. Kafein adalah kebutuhan, karena itu kedai kopi penuh sesak. Ethan meraih cangkir kopi kertas di satu tangan, mencoba berjalan sehati-hati mungkin karena sisa-sisa hujan membuat lantainya licin, tetap di dekat pintu keluar, dan ketika kakinya sedikit meluncur di atas lantai, nyaris terjatuh...tapi berhasil berpegangan pada seseorang untuk menjaga keseimbangannya, seseorang yang baru saja memasuki kedai kopi. Pintu berayun kedalam dan bertabrakan dengan cangkir yang dipegang Ethan. Kopi memercik ke bajunya sebelum jatuh ke lantai, dan ketika Ethan mulai tergelincir lagi, dia merasakan dua tangan yang kuat memegang tubuhnya dengan mantap. 

"Lain kali gunakan matamu saat berjalan, smart boy." Kata suara husky yang dalam. 

Ethan menatap siapapun itu yang berbicara dan kamus makiannya meluncur begitu saja dari mulutnya. "Brengsek, sialan, bajingan, kau yang berjalan masuk tidak memakai mata dan bisa-bisanya sekarang kau menyalahkan diriku, hah?"

Pria itu tidak mau kalah, dia menunjuk ke arah pintu, bertuliskan In dan Out di kacanya. "Orang bodoh mana yang keluar tapi mengambil sisi bertuliskan In?"

Ethan geram, andai saja dirinya tidak memiliki kelas pagi pukul delapan hari ini, dia siap meladeni pria sialan dihadapannya. Pria itu tampak lebih tua darinya, mungkin seorang mahasiswa pascasarjana. Rambutnya berwarna coklat gelap dan basah karena hujan, tapi tetap dan terlihat seperti baru saja disisir. Rahangnya tajam dan, matanya coklat pria itu sama gelap seperti rambutnya. 

Satu pukulan sepertinya sudah cukup untuk melampiaskan kekesalan yang dirinya rasakan saat ini. 

BUGH!

Ethan memukul tepat tengah dada pria itu. "Rasakan itu brengsek." Makinya sambil berlalu pergi, meninggalkan bajingan brengsek yang terhuyung dan mengerang kesakitan karena pukulannya.

Ethan tersenyum penuh kemenangan ketika dia berjalan ke kelasnya. Setidaknya...dia tidak akan bertemu lagi dengan senior brengsek yang baru saja merasakan pukulan telan darinya. Karena...entah pria itu berasal dari fakultas dan jurusan apa, dirinya tidak peduli. 

Sebelum memasuki kelas, Ethan melihat sekilas noda kopi di bagian depan pakaiannya, itu memang terlihat buruk, tapi Caleb pasti akan suka mendengar cerita dibalik noda itu.

Dia melihat jadwalnya kembali, hanya untuk memeriksa ulang nomor ruang kelas sebelum masuk. Setelah rasa malu yang dirinya rasakan di kedai kopi tadi, Ethan tidak ingin membuat dirinya terlihat bodoh lagi. Rupanya dia adalah yang pertama datang, jadi Ethan berjalan menuju bagian belakang kelas berbentuk auditorium itu. 

Di sebagian besar kelas yang membosankan, Ethan lebih memilih menjadi penonton daripada partisipan, dan kelas ini akan menjadi salah satu mimpi buruknya. Kebanyakan mahasiswa akan menunda mengambil kelas ini sampai semester berikutnya, tapi Ethan lebih memilih untuk mengambil dan menyelesaikannya lebih awal. 

Dan sekarang aku benar-benar menyesali keputusanku. 

Ethan duduk di salah satu meja kayu di sudut, mengeluarkan buku catatan dan pena, kemudian menatap ke luar jendela di sampingnya, kelas akan dimulai lima belas menit lagi dan belum ada yang datang. Suasana seperti ini sangat menenangkan. Tidak lama beberapa mahasiswa mulai memasuki ruang kelas dan menempati tempat duduk yang tersedia.

"Selamat datang di Med 117, kelas Anatomy dan Fisiologi. Perkenalkan, aku Profesor King." Pria itu berhenti sejenak dalam perkenalannya dan Ethan mengalihkan pandangan dari jendela untuk menatap ke arah sumber suara. Tatapan pria itu langsung tertuju ke arahnya dan Ethan menarik nafas dalam-dalam. Itu adalah pria asing di kedai kopi tadi, yang menerima pukulan telak dari nya beberapa waktu yang lalu. 

Oke! shit! You're fucking dead-Arru! Batin Ethan.

"Aku tahu kalau sebagian besar dari kalian adalah junior dan mungkin ada beberapa senior yang melakukan pengulangan, demi nilai yang baik. Tapi selama aku mengajar, aku belum pernah bertemu dengan seorang siswa yang bersemangat terkait bau formaldehida yang kuat hingga dinginnya ventilasi lab anatomi. Aku sendiri sejujurnya juga tidak suka berada di sana terlalu lama." 

Tawa ringan pecah di antara para siswa dan Ethan hanya menatap pria itu dengan ngeri. Oke, semua ini benar-benar bukan hal yang baik.

"Kalian akan belajar tentang struktur tubuh, bagaimana fungsinya dan pemahaman tentang penyebab, diagnosis dan pengobatan penyakit serta pengaruhnya terhadap berbagai bagian tubuh."

Prof King terus mengoceh, sementara yang ada di dalam pikiran Ethan saat ini adalah...

Profesor brengsek itu pasti akan membuat jalanku luar biasa sulit untuk lulus mata kuliahnya dengan nilai yang memuaskan. Damn it!

"Ok, berhenti mengingat hari sial itu Arru." Ethan mengingatkan dirinya sendiri sambil meregangkan tubuhnya di tempat tidur.

Nostalgia tentang pertemuannya dengan Prof King, hanya akan membuat harinya menjadi suram. Sekarang saatnya bergegas, dia tidak boleh terlambat atau Profesor sialan itu akan kembali membuat sisa harinya seperti di neraka. 

Dia meraih handuk, berjalan dengan malas menuju kamar mandi. Tapi sepertinya mandi bukan hal yang penting, jadi dia hanya membasuh wajah dan menyikat gigi. Ethan yakin kadar ketampanannya tidak akan berkurang 0.01% pun. 

Ethan menajamkan telinga, mencoba mendengar suara dari kamar sebelah, tapi sepertinya Caleb sudah berangkat lebih dulu ke kampus. Caleb adalah teman satu flat-nya di asrama kampus, pria itu adalah mahasiswa junior sama seperti dirinya. Caleb berasal dari Delaware, dia adalah pria yang cukup menyenangkan. Mereka berdua menjadi sahabat sejak Ethan menginjakkan kaki di New Haven dan mengikuti orientasi mahasiswa baru. Kebetulan Caleb mengambil jurusan yang sama dengannya, tapi memang pria itu jauh lebih rajin daripada dirinya, itu benar. Caleb begitu rajin menuju kampus lebih awal, dengan tujuan yang sangat mulia, yaitu agar bisa mencuci mata dengan melihat rok-rok mahasiswa yang berterbangan tertiup oleh angin.

Benar-benar tujuan yang sangat mulia, iyakan?