Chereads / Astral Odyssey : Gelang Bintang / Chapter 10 - Part 04

Chapter 10 - Part 04

Menuju ibu kota Aurora - Melalui Labirin Es

Badai salju semakin menggila saat Renzu dan timnya melanjutkan perjalanan menuju ibu kota Aurora. Kabut tebal menutupi pandangan mereka, sementara angin dingin menembus pakaian tebal yang mereka kenakan. Hera berjalan di depan dengan langkah mantap, seolah tidak terpengaruh oleh suhu yang menggigit.

Mira menggigil, merapatkan jubahnya. "Kau yakin kita di jalur yang benar, Hera? Aku bahkan tidak bisa melihat lima langkah ke depan."

Hera tidak menghentikan langkahnya. "Aku sudah melewati jalur ini berkali-kali. Percayalah, kita akan segera sampai."

Rufus menepuk-nepuk tangannya, berusaha menghangatkannya. "Lebih baik kita sampai secepat mungkin. Aku rasa jemariku mulai membeku."

Lyra, yang berjalan di samping Renzu, berbicara pelan. "Aku tidak suka ini. Terlalu sunyi. Tidak ada suara burung, tidak ada suara binatang... bahkan angin terasa aneh."

Renzu mengangguk setuju. "Sesuatu tidak beres. Aku bisa merasakannya juga."

Tiba-tiba, Hera berhenti dan mengangkat tangannya sebagai tanda agar mereka tetap diam.

"Kita tidak sendirian," bisiknya.

Mereka semua langsung bersiaga. Mira mencengkeram tombaknya, Rufus mulai merapal sihirnya, sementara Lyra menarik busurnya.

Dan saat itulah bayangan muncul di tengah badai.

Dari balik kabut salju, beberapa sosok muncul. Mereka mengenakan jubah tebal dengan lambang Kekaisaran Sunturion di dada mereka. Di depan mereka, seorang pria bertubuh tinggi dengan mata tajam melangkah maju.

Hera menggeram. "Tidak mungkin..."

Renzu memperhatikan pria itu dengan seksama. Ada sesuatu yang familiar tentangnya.

Pria itu menyeringai. "Lama tidak berjumpa, Renzu."

Jantung Renzu berdegup lebih kencang. "Siapa kau?"

Pria itu tertawa kecil. "Kau sudah melupakanku? Sayang sekali. Aku adalah Kael."

Mira mengangkat alis. "Kau mengenalnya?"

Kael mengangkat tangannya. "Bukan hanya mengenalnya. Aku dulu adalah temannya."

Renzu mengepalkan tinjunya. "Kau adalah bagian dari Kekaisaran sekarang?"

Kael mengangguk. "Aku memiliki misiku sendiri, Renzu. Sama seperti kau, aku juga mencari kebenaran tentang Gelang Bintang. Hanya saja, jalanku berbeda darimu."

Lyra menyipitkan matanya. "Ini jebakan."

Hera memutar badannya, menatap Renzu. "Aku tahu ada yang tidak beres sejak awal. Seseorang memberitahu Kekaisaran tentang perjalanan kalian."

Rufus menggerutu. "Kita punya pengkhianat?"

Kael tersenyum. "Lebih tepatnya, ada seseorang di antara kalian yang telah bekerja denganku sejak awal."

Renzu menoleh ke timnya, matanya menyelidiki satu per satu. "Siapa?"

Hera menggertakkan giginya. "Aku tahu siapa."

Dia berbalik dan menarik belatinya, langsung menyerang Lyra.

Semua orang terkejut. "HERA, BERHENTI!" Renzu berteriak.

Namun, sebelum belati itu mengenai Lyra, dia melompat ke belakang dengan lincah. Wajahnya tidak menunjukkan keterkejutan sebaliknya, dia tersenyum dingin.

"Sudah waktunya kalian tahu," Lyra berkata pelan. "Aku tidak pernah benar-benar berada di pihak kalian."

Mata semua orang melebar.

Mira mencengkeram tombaknya erat. "Apa maksudmu, Lyra? Kau mengkhianati kami?"

Lyra menghela napas, seolah ini adalah sesuatu yang sulit baginya untuk dikatakan. "Aku tidak punya pilihan. Aku selalu bekerja dengan Kael sejak awal. Sejak kita mulai mencari pecahan Gelang Bintang, aku tahu bahwa Kekaisaran juga mencari hal yang sama."

Rufus mengepalkan tinjunya. "Kau berbohong pada kami selama ini?!"

Lyra menundukkan kepala. "Tidak semuanya kebohongan. Aku menikmati waktu bersama kalian... tetapi aku harus menyelesaikan tugasku."

Kael melangkah lebih dekat. "Cukup basa-basinya. Renzu, serahkan pecahan Gelang Bintang itu."

Renzu mengangkat tangannya, energi astral mulai berkumpul di sekelilingnya. "Aku tidak akan menyerah tanpa bertarung."

Kael tersenyum. "Itu yang aku harapkan."

Tiba-tiba, tanah di bawah mereka mulai retak, dan seluruh area tertutup dalam sebuah labirin es raksasa. Lyra melompat mundur, berdiri di sisi Kael, sementara pasukan Kekaisaran mengepung mereka.

Hera mengutuk pelan. "Labirin ini adalah bagian dari Ordo Es Purba. Mereka telah merencanakan ini."

Mira menatap Lyra dengan marah. "Kau sudah mempersiapkan ini sejak awal?"

Lyra menatapnya dengan tatapan tajam. "Aku tidak punya pilihan, Mira. Kekaisaran akan selalu menang. Aku memilih bertahan di sisi yang benar."

Renzu menatap Lyra dalam-dalam. "Kau benar-benar berpikir bahwa Kekaisaran adalah sisi yang benar?"

Lyra tidak menjawab.

Rufus menarik napas dalam-dalam. "Baiklah. Jika kita terjebak di sini, maka kita akan bertarung."

Kael mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada pasukannya. "Bersiaplah. Ini akan menjadi akhir perjalanan kalian."

Dan dengan itu, pertarungan besar di dalam labirin es pun dimulai.