Chereads / Pria Nestapa / Chapter 4 - Hubungan Mulai Renggang

Chapter 4 - Hubungan Mulai Renggang

Hubungan seumur jagung perlahan memudar ketika Hisar dan kawan-kawannya dihukum guru karena kedapatan bermain judi dikelas.

Roselin yang sangat membenci pejudi tiba-tiba sepulang sekolah menelpon Hisar.

"Bg,kita putus aja"kata pembuka pembicaraan mereka membuat Hisar terdiam dan akhirnya menjawab

" Iyalah selin" dan akhirnya mematikan telpon.

Satu malam penuh Hisar kepikiran mengapa mereka putus sehingga merasa bersalah untuk hendak minta maaf .

Lalu paginya Hisar melihat Roselin duduk di kelas sedang belajar mendengarkan arahan dari guru.

"tok-tok" bunyi pintu diketok Hisar meminta izin kepada guru yg mengajar.

Permisi Ibu, "mau manggil Roselin" kata Hisar.

"Siapa yang menggil" ujar guru

"Kepala Sekolah,Ibu"jawab Hisar.

Ditengah jalan Hisar memberikan bunga mawar kepada Roselin, lalu berkata " Maaf, iya" .

Wajah Roselin tiba-tiba memerah dan hanya diam menerima mawar itu meski tetap melangkah kedepan.

" Kau tidak di panggil Kepala sekolah,sel".Dia membalik badan.

"aku hanya mau minta maaf makanya aku memanggil mu" sambung Hisar.

Roselin masih tetap diam menempatkan mawar kepunggung dan masuk kelas.

Kurang puas atas reaksi Roselin di waktu istirahat Hisar menjumpainya kekelas dan duduk disamping Roselin tanpa menghiraukan kawan-kawan selin di dalam kelas itu.

"Iya aku maaf kan kata, selin" dengan kepala di tutupi ranselnya.

"Kita ngga jadi putuskan" tanya Hisar.

"Nanti aku telpon,aku mau keluar ke kantin pergilah nei" sahut Selin.

Makasih selin kata Hisar lalu beranjak keluar dengan senyum tipis.

Malam nya telpon berbunyi lalu suara yang beberapa hari dirindu kembali di dengar hingga mampu membuat mata yang redup dalam hitungan detik kembali semangat.

"Halo, belum tidurkan ?" tanya selin.

"Belum, nungguin telpon dari Selin." Jawab Hisar sambil mengucek mata,

"Kenapa di tungguin ?" tanya selin kembali.

"Nggak ada paket Telpon mau nelpon Selin." Kata Hisar dengan suara berpasrah.

"ouwh."

Kita nggak jadi putuskan? Kini Hisar bertanya.

"Iya nggak".Jawab Selin singkat.

Seriuskan??

"Iya,serius. tapi tadi waktu disekolah Wali kelas kami marah lohh"

Kenapa marah?

"Soalnya ada metik bunga mawar ditaman kami, Abg tau nggak siapa yang metik?"

Huahaahah tapi Selin tau kan siapa yang ngambil?

Manatau selin, "tapi ada tadi yang ngasih selin bunga mawar,orang nya usil bohongi guru kami pas waktu belajar"

Aih,serius siapa yg berani ngasih bunga sama gadisku hehehe.

Sampai mereka kembali terlelap seperti bagaimana rutinitas mereka sebelumnya.

Ujian nasionalpun usai sudah dilalui Hisar akan tetapi dia bingung untuk melanjutkan pendidikan atau menjadai pemuda desa seperti halnya anak bungsu lainnya.

Jika dia tidak melanjut pendidikan apakah pantas meminang Roselin yang hidup dalam keluarga berpendidikan dan bila melanjut pendidikan dia mau mengabil jurusan apa nantinya.

Soalnya tiga tahun dia belajar ilmu pengetahuan alam tak ada ilmu yg dia dapat menurutnya di karenakan tekanan para guru yg mengajar terhadapnya.

Dengan pilihan matang menurutnya Hisar lebih memilih meninggalkan disiplin ilmunya selama tiga tahun dan berpaling memilih ilmu sosial humaniora (SOSHUM).

Tapi dengan prinsip harus mengikuti bimbingan belajar tiga bulan kedepan di kota provinsinya yang jaraknya cukup jauh dari kampung halaman.

Tiga bulan lamanya dia dibimbing tuk belajar menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negri dan saat dia pun balik kekampung halaman sembari menunggu nilai yang dia dapat.

Sesampai dikampung halaman dia menjumpai ayahnya dalam keadaan sakit hendak akan dirujuk ke Rumah sakit yang memerlukan biaya banyak.

Dikesibukan Hisar merawat ayahnya membuat Roselin seakan tidak diperhatikan hingga kembali mengucap kata perpisahan, Pikiran Hisar yang ruyam kini di tambah pula seperti halnya pepatah yang mengatakan sudah jatuh ditimpa tangga pula.

"Sebelum Kasih berubah menjadi Kisah,

Aku telah menerka bagaimana ujung dari cerita.

Ketika janji hanya pemanis belaka.

Di umur yang masih kanak-kanak katanya.

Kita di pertemukan dalam waktu singkat.

Tapi mengapa kenangan begitu lama melekat.

Bukan perkara aku tidak bisa melupa.

Sebab ini soal rasa yg tak mungkin dihapus dengan muda."