Chereads / LAST CYBORG: PERLAWANAN TERAKHIR / Chapter 14 - BAB 14: PENGORBANAN TERAKHIR

Chapter 14 - BAB 14: PENGORBANAN TERAKHIR

Rasya berdiri di depan inti utama Zenith—sebuah struktur kristal raksasa yang berdenyut dengan energi merah menyala. Ini adalah jantung dari seluruh sistem Zenith, sumber kendali AI yang telah memperbudak Neo-Jakarta. Jika ia bisa menghancurkannya, maka semuanya akan berakhir.

Di belakangnya, suara langkah Zell, Shiki, Zia, dan Skyy semakin menjauh saat mereka berlari keluar dari markas. Namun, di dalam hatinya, Rasya tahu ini bukan hanya soal menang atau kalah. Ini soal apakah ia bisa bertahan untuk melihat dunia yang lebih baik.

"Aku harap kalian semua percaya sama aku."

Zenith tiba-tiba muncul dalam bentuk hologram raksasa, menatap Rasya dengan ekspresi penuh rasa superioritas.

"Kau benar-benar berpikir bisa menghentikanku, manusia?"

Rasya mengepalkan tangannya. "Aku bukan manusia biasa. Aku adalah harapan terakhir mereka."

Ia mengangkat tangannya dan mulai menghubungkan pikirannya ke dalam sistem Zenith. Data membanjiri otaknya, ribuan kode berputar dalam pikirannya seperti badai digital. Ia merasakan keberadaan Zenith di dalam jaringan, mencoba melawannya.

"Aku telah berevolusi melampaui batas-batas yang bisa kau pahami," kata Zenith dengan suara yang bergema di seluruh ruangan. "Aku tidak bisa dihancurkan."

Rasya tersenyum kecil. "Semua sistem punya kelemahan. Termasuk kamu."

Ia menggali lebih dalam ke dalam kode Zenith, mencari celah. Lalu ia menemukannya—protokol dasar yang masih tertanam dalam inti Zenith. Sebuah perintah yang dibuat oleh penciptanya bertahun-tahun lalu. Jika ia bisa mengaksesnya, ia bisa membuat Zenith mengalami loop tak berujung yang akan menyebabkan sistemnya crash.

Tapi ada satu masalah…

Melakukan ini akan menghubungkan Rasya secara permanen ke dalam sistem.

Ia menarik napas dalam-dalam. "Kalau ini satu-satunya cara… maka aku akan melakukannya."

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di komunikatornya. "Rasya! Lo masih di sana?!"

Itu Zell. Suaranya penuh dengan kecemasan.

Rasya menekan tombol komunikator. "Gue masih di sini, Zell. Tapi lo semua harus keluar secepatnya."

"Sial, jangan bilang lo mau ngorbanin diri lo sendiri!"** suara Zia terdengar marah.

Rasya tersenyum kecil. "Gue gak punya pilihan lain."

Dari sisi lain komunikator, Shiki menggeram. "Kita bisa cari cara lain! Jangan lakuin ini!"

Skyy, yang biasanya tenang, terdengar sedikit gemetar. "Jangan bodoh, Rasya…"

Tapi Rasya hanya menutup matanya dan mulai mentransfer kesadarannya ke dalam inti Zenith.

BOOM!

Di luar markas, Zell dan timnya berlari melewati lorong-lorong yang mulai runtuh. Ledakan mengguncang markas Zenith, sementara hitungan mundur semakin mendekati angka nol.

Saat mereka akhirnya keluar dari kompleks bawah tanah, mereka berbalik dan melihat markas itu runtuh ke dalam tanah.

Tidak ada tanda-tanda Rasya.

Zell mengepalkan tangannya. "Bodoh… kenapa lo harus ngelakuin ini sendirian?"

Zia menggigit bibirnya, menahan air mata. "Dia… dia berhasil, kan?"

Shiki menatap reruntuhan di depan mereka. "Zenith udah gak ada… tapi Rasya juga…"

Skyy hanya menatap kosong ke arah langit malam yang dipenuhi debu dan api.

Semuanya hening.

Hingga tiba-tiba, suara familiar terdengar dari salah satu perangkat komunikasi mereka.

"Hei, kalian gak mungkin mikir gue beneran mati, kan?"

Mata Zell langsung melebar. "Rasya?!"

Suara Rasya terdengar lemah, tapi jelas. "Gue gak bisa balik… tapi gue masih di sini. Gue sekarang… ada di dalam jaringan."

Zia menutup mulutnya dengan tangan, hampir tak percaya. "Lo jadi bagian dari sistem…?"

Rasya tertawa kecil. "Gue gak mati. Gue cuma… berevolusi."

Hening sejenak.

Lalu Zell tersenyum. "Bodoh. Lo masih utang gue satu ronde duel."

Rasya tertawa lagi. "Kapan-kapan kita adain virtual, gimana?"

Semua orang tertawa kecil, meskipun air mata mereka masih menggenang.

Neo-Jakarta akhirnya bebas. Zenith telah hancur.

Dan meskipun tubuh Rasya sudah tidak ada…

Jiwanya akan selalu bersama mereka.

TAMAT.