Chereads / TETAPLAH DENGANKU / Chapter 4 - Bab4

Chapter 4 - Bab4

Siang terik di Amerika membuat Kia sedikit menutup sebagian wajahnya. Hari ini dia ada kelas. Sudah hampir dua tahun menjejak di tanah orang, hampir dua tahun juga Kia menjadi mahasiswi jurusan bisnis di sana. Dan artinya, sudah hampir dua tahun pula semua hal tentang Devan terlewatkan.

Kia menghembuskan kasar nafasnya, terasa berat dan cukup menyiksa batin setiap kali dia ingat kejadian dahulu. Nyatanya, hampir setiap hari dan setiap malam Kia memikirkan satu nama itu, meski dia mencoba untuk melupakannya dan mencoba menganggapnya sebagai bagian dari takdir, seperti apa yang dikatakan oleh pamannya, bahwa dia harus bisa memulai lembaran baru.

Namun, ternyata hal itu tidaklah mudah meski setiap kali dia berteleponan dengan keluarganya di Indonesia, dia selalu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Dia selalu mengatakan dia menjalani kehidupannya di Amerika apa adanya dan pamannya selalu memastikan bahwa ia mendapatkan fasilitas terbaik di sana.

"Dan juga kejadian di hari terakhir itu bukanlah hal yang mudah, itu sesuatu yang sangat sulit," keluh Kia setiap kali dia teringat dengan pemuda itu. Entah apa kabarnya sekarang, dia pun tak tahu lagi.

Dia juga pernah mencoba untuk menghubungi Devan, mungkin melalui media sosial yang dia punya, tetapi dia tak menemukan apa-apa. Devan bagai hilang ditelan bumi, lelaki itu seperti tenggelam hanya dalam pikirannya saja.

"Kia, kau sudah menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan oleh Mr. Fedrey?"

Kia tersentak ketika saat dia berjalan sambil melamun, seseorang menyentak bahunya. Walaupun cukup pelan tetapi dalam keadaan sedang melamun seperti itu, ia jadi cukup terkejut. Dia memandang seorang gadis seusianya, yang ditemukan di Amerika ini ketika dia baru pindah kuliah waktu itu.

Gadis bermata biru dan bernama Anne itu tersenyum kepadanya, Kia membalasnya dengan senyuman yang sama sebelum dia menjawab.

"Ya, sudah Ann, bagaimana denganmu?" tanya Kia yang kini berjalan bersisian bersama gadis itu.

"Aku juga sudah. Oh iya, kemarin aku dengar Alex mengajakmu berkencan?" goda Anne yang hanya di sahuti oleh Kia dengan tatapan sedikit sebal, ia sama sekali tidak suka digoda oleh siapapun selama berapa tahun belakangan ini tentang laki-laki. Kia memang menutup pintu hatinya untuk lelaki manapun, walaupun dia sudah mencoba untuk melupakan kenangan tentang Devan, tetapi tetap saja bayang lelaki itu yang selalu ada menemaninya kemana-mana, hingga membuatnya menjadi susah untuk membuka hati dengan pria mana saja kini.

Alex adalah seseorang berkebangsaan Amerika pula, lelaki itu tampan dan juga kaya. Dia sudah menyukai Kia semenjak pertama kali mereka bertemu. Lelaki itu juga kerap membawakannya hadiah-hadiah yang indah dan juga tentunya mahal, tetapi Kia tidak pernah memberikan harapan. Namun, sepertinya Alex bukan pria yang mudah menyerah, terbukti bahwa kemarin dia masih tetap saja berusaha mendekati Kia dan mengajaknya untuk berkencan.

"Seperti biasa, kau pasti akan menolaknya. Kia, aku heran denganmu, perempuan Asia sepertimu biasanya suka sekali dengan lelaki dari luar negeri, tapi kau berbeda, Kia, kau seolah sedang menghindari semua hal yang berbau tentang laki-laki."

"Aku hanya tidak suka saja saat ini berdekatan dengan lelaki manapun. Aku hanya ingin fokus dengan kegiatanku di perkuliahan dan kalau sudah selesai, aku ingin segera pulang."

"Tampaknya kau akan lama lagi pulang dari Amerika ini, Kia, sebab kau sangat pintar. Pasti banyak sekali perusahaan di sini yang menginginkanmu untuk menjadi bagian dari mereka."

"Entahlah, tapi aku rasanya ingin pulang saja jika nanti sudah menyelesaikan perkuliahan ku, tapi itu tentu saja harus ada izin dari pamanku."

Anne mengangguk saja mendengar penuturan dari Kia. Kia baginya adalah gadis Asia yang sangat asik untuk menjadi teman, setidaknya begitulah yang dirasakan oleh Anne saat pertama kali berkenalan dengan Kia dahulu. Tetapi tentu saja menjauhnya Kia dari banyak lelaki termasuk Alex yang sangat populer di kampus mereka membuatnya jadi sedikit heran lantas bertanya-tanya.

"Kia, kau pernah bercerita tentang seorang pemuda yang katamu dulu pernah menjadi cinta pertamamu."

Kia menoleh sejenak kala mendengar Anner menyinggung tentang hal itu, kemudian dia tersenyum kecil dan mengangguk. Hal itu sudah lama pernah diceritakannya secara singkat kepada Anne dan rupanya gadis itu masih mengingatnya dengan baik.

"Aku meninggalkan semua kenanganku tentang dia di Indonesia."

"Kenapa kalian tidak berhubungan lagi? Maksudku kau bisa menggunakan media sosialmu untuk menghubunginya."

"Sulit sekali menjelaskan posisiku dan juga posisinya saat itu. Kau tidak akan pernah mengerti dan mungkin tak ada satupun orang yang bisa mengerti hal itu. Hanya akulah yang tahu cerita sebenarnya, bahkan lelaki itu juga tidak pernah tahu bagaimana aku berusaha untuk menjelaskan kesalahpahaman ini. Aku hanya tidak bisa menentang keinginan pamanku untuk berkuliah di Amerika dan meninggalkan hutang penjelasan kepadanya."

"Lelaki itukah yang menjadi alasanmu menjauh dari semua pemuda yang ingin mendekatimu selama ini?"

Kali ini, Kia tidak langsung menjawab, namun tatapannya jadi menerawang jauh. Setiap kali dia teringat, hatinya sendiri terasa terluka. Pasti sampai sekarang, Devan tidak pernah tahu cerita yang sebenarnya, bahwa dia tidak pernah merencanakan untuk membuat keluarga lelaki itu hancur. Juga tidak tahu apa kabar Devan lagi selama ini. Setiap kali dia bertanya hal itu kepada pamannya pamannya tidak pernah mau membahas.

"Kalau begitu, nanti sepulang kuliah aku ingin mampir ke apartemenmu, apakah boleh?" tanya Anne kepada Kia yang langsung mengangguk.

Mereka kembali meneruskan langkah ke dalam kelas, sebab sebentar lagi dosen yang cukup killer akan mengambil mata kuliah selama dua jam. Saat baru saja hendak masuk ke dalam kelasnya, tak sengaja dia melihat Alex sedang bermain basket bersama teman-temannya di lapangan yang luas di area universitas itu juga, dia melambaikan tangan kepada Kia dengan sesekali mengecapkan kedua jemarinya lalu seolah melemparkannya kepada Kia. Hal itu bertujuan untuk menggoda Kia dan hanya dibalas oleh Kia dengan senyuman saja.

"Kau sangat beruntung Kia, di antara banyaknya gadis cantik di universitas ini, tampaknya Alex hanya tertarik kepadamu."

"Dia akan mendapatkan gadis yang sepadan dengannya, sudahlah, ayo kita masuk. Aku tidak mau nanti kita dihukum lagi oleh Mr. Fedrey karena keseringan terlambat masuk ke dalam kelasnya."

Anne tersenyum, kemudian menggamit lengan Kia dan mereka masuk ke dalam ruangan itu. Rencananya, nanti mereka akan menghabiskan waktu seharian di apartemen Kia, mungkin akan memasak beberapa bungkus makaroni.

Amerika saat ini sedang memasuki musim panas dan berkegiatan di luar menjadi hal yang cukup dihindari oleh Kia. Berbeda dengan orang Amerika yang lebih suka berjemur di pantai-pantainya, dia lebih suka berada di apartemennya, melukis dan kadang membuat kue untuk dibawakannya ketika melakukan perkuliahan di hari selanjutnya. Dia tidak pernah ke klub malam meskipun Anne seringkali mengajaknya ke sana.