Diselamatkan1066kata
Bab:1 Mahasiswa Baru
Langit pagi di Seoul berwarna cerah saat Lee Jaehyun melangkah masuk ke gerbang Universitas Hanguk, salah satu kampus bergengsi di Korea Selatan. Mengenakan jaket denim dan membawa ransel hitam, ia tampak seperti mahasiswa biasa. Namun, Jaehyun bukan sekadar mahasiswa baru. Ia adalah anak seorang pengusaha sukses, tetapi memilih untuk hidup mandiri tanpa memanfaatkan kekayaan keluarganya.
Jaehyun percaya bahwa menjadi pria sejati berarti membangun segalanya dengan usaha sendiri.
Di sisi lain, Yoo Seorin, mahasiswi jurusan Jurnalistik, berlari terburu-buru menuju kelas. Ia adalah gadis cerdas yang berasal dari keluarga sederhana dan harus bekerja paruh waktu untuk membayar uang kuliahnya.
Tanpa sengaja, Seorin menabrak Jaehyun saat berlari di koridor kampus. Buku yang dibawanya terjatuh berserakan.
"Ah! Maaf, aku buru-buru!" kata Seorin sambil membungkuk untuk mengambil bukunya.
Jaehyun tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Hati-hati lain kali."
Itu adalah pertemuan pertama mereka—singkat, tetapi cukup untuk mengubah perjalanan hidup masing-masing.
Seorin menghela napas panjang sambil memunguti bukunya yang berserakan di lantai. Jaehyun, yang berdiri di depannya, ikut membantunya tanpa berkata apa-apa. Setelah semuanya terkumpul, Seorin mendongak dan menatap pria itu sekilas.
_"Terima kasih,"_ katanya cepat sebelum berlari lagi menuju kelasnya.
Jaehyun hanya menggelengkan kepala kecil dan melanjutkan langkahnya.
Begitu tiba di kelas, suasana sudah cukup ramai. Sebagai mahasiswa baru di jurusan Administrasi Bisnis, ia tak terlalu mengenal banyak orang. Ia memilih duduk di salah satu bangku di barisan tengah, membuka laptop, dan bersiap untuk mengikuti perkuliahan.
Namun, tanpa disangka, gadis yang tadi ia tabrak di koridor duduk di sebelahnya. Seorin tampak kelelahan, rambutnya sedikit berantakan akibat tergesa-gesa.
_"Kita sekelas?"_ tanya Jaehyun, sedikit terkejut.
Seorin menoleh, lalu mengerutkan dahi. _"Ah, kau yang tadi... Iya, ternyata kita sekelas."_
Sebelum mereka sempat berbicara lebih jauh, seorang pria masuk ke dalam kelas dengan penuh percaya diri. Langkahnya tegap, dengan senyum percaya diri yang sedikit arogan.
_"Choi Minho,"_ bisik salah satu mahasiswa di belakang. _"Dia mahasiswa terbaik di angkatan ini, katanya dia dapat beasiswa penuh karena nilainya sempurna."_
Jaehyun melirik Minho sekilas. Pria itu duduk di depan kelas, seakan menunjukkan bahwa ia menguasai tempat itu.
Seorin juga memperhatikan Minho, tetapi lebih karena kagum dengan reputasinya. _"Orang seperti dia pasti punya masa depan cerah,"_ gumamnya tanpa sadar.
Jaehyun tidak terlalu peduli, tetapi ia bisa merasakan bahwa Minho bukan tipe orang yang suka memiliki pesaing.
Kuliah pertama dimulai. Profesor menjelaskan materi dasar tentang ekonomi dan bisnis, tetapi di akhir sesi, ia memberikan tantangan:
_"Buat kelompok berisi dua orang dan pecahkan studi kasus yang saya berikan. Saya ingin melihat bagaimana cara kalian menganalisis dan mencari solusi yang tepat."_
Jaehyun menoleh ke Seorin. _"Mau jadi partnerku?"_ tanyanya santai.
Seorin terdiam sesaat, lalu mengangguk. _"Baiklah, tapi jangan harap aku bisa mengerjakan semuanya sendiri."_
Jaehyun tersenyum kecil. _"Aku juga tidak berencana membiarkanmu melakukan semuanya."_
Di depan kelas, Minho yang mendengar percakapan mereka hanya menyipitkan mata, memperhatikan Jaehyun dengan tatapan tajam.
Dari sanalah persaingan baru dimulai.
Setelah kelas berakhir, Jaehyun dan Seorin berjalan keluar bersama, masih membahas tugas kelompok yang diberikan oleh profesor.
_"Jadi, kau punya ide bagaimana menyelesaikan studi kasus ini?"_ tanya Seorin sambil merapikan rambutnya yang tertiup angin.
Jaehyun menatap layar ponselnya sebentar sebelum menjawab. _"Aku pikir kita harus menganalisis data tren bisnis lima tahun terakhir dan melihat bagaimana perusahaan yang disebutkan dalam studi kasus bertahan dari krisis ekonomi."_
Seorin terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. _"Aku suka cara berpikirmu. Tidak banyak mahasiswa baru yang langsung berpikir strategis seperti itu."_
_"Aku hanya terbiasa melihat bisnis dari perspektif nyata,"_ kata Jaehyun sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.
_"Maksudmu?"_ Seorin menatapnya dengan rasa ingin tahu.
Jaehyun sedikit ragu untuk menjawab. Ia tidak ingin dikenal hanya sebagai 'anak orang kaya' yang mendapat segalanya dengan mudah. Namun, sebelum ia bisa mengatakan sesuatu, suara lain menyela percakapan mereka.
_"Kau terlihat percaya diri sekali."_
Mereka berdua menoleh. Choi Minho berdiri di sana dengan tangan bersedekap, tatapan matanya tajam.
_"Aku hanya mengatakan pendapatku,"_ balas Jaehyun dengan tenang.
Minho menyeringai. _"Mari kita lihat siapa yang bisa membuat analisis lebih baik. Aku yakin timku tidak akan kalah mudah."_
Seorin melirik Jaehyun, lalu Minho. Ia bisa merasakan ketegangan di antara mereka, meskipun ini baru pertemuan pertama mereka.
Jaehyun hanya tersenyum kecil. _"Tentu. Persaingan sehat selalu baik untuk perkembangan."_
Minho terkekeh. _"Kita lihat saja nanti."_
Setelah Minho pergi, Seorin menghela napas. _"Sepertinya kau baru saja mendapat saingan yang cukup serius."_
Jaehyun mengangkat bahu. _"Aku tidak tertarik bersaing. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik."_
Seorin tersenyum sambil mengangkat alisnya. _"Baiklah, kita lihat nanti apakah kau tetap bisa mempertahankan prinsip itu."_
Jaehyun hanya tersenyum kecil. Ia tahu, kehidupannya di kampus baru saja dimulai, dan tantangan yang lebih besar sudah menunggunya.
Setelah pertemuan singkat yang cukup menegangkan dengan Minho, Jaehyun dan Seorin berjalan menuju kafe kampus untuk mendiskusikan tugas mereka lebih lanjut. Suasana kafe cukup ramai dengan mahasiswa yang sibuk mengerjakan tugas atau sekadar mengobrol santai.
Mereka memilih duduk di dekat jendela. Seorin membuka laptopnya, sementara Jaehyun memesan dua cangkir kopi.
_"Jadi, bagaimana kita mulai?"_ tanya Seorin setelah Jaehyun kembali ke meja.
Jaehyun menyandarkan punggungnya di kursi. _"Pertama, kita harus memahami perusahaan dalam studi kasus ini. Aku akan mencari data keuangan mereka, sementara kau bisa melihat laporan berita atau analisis pasar yang relevan."_
Seorin mengangguk setuju. _"Kedengarannya seperti pembagian tugas yang adil. Tapi aku penasaran, bagaimana kau bisa berpikir strategis seperti ini? Biasanya mahasiswa baru masih belum terlalu paham cara kerja dunia bisnis."_
Jaehyun tersenyum tipis. _"Aku terbiasa melihat bagaimana bisnis berjalan sejak kecil. Ayahku memiliki perusahaan sendiri, dan aku sering mengamati cara dia mengambil keputusan."_
Seorin mengangkat alisnya. _"Jadi kau anak pengusaha besar?"_
Jaehyun menggeleng. _"Aku tidak suka dikenal karena latar belakang keluargaku. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa sukses dengan usahaku sendiri."_
Seorin menatapnya beberapa detik sebelum tersenyum kecil. _"Aku menghargai prinsip itu. Tapi kau tahu, tidak ada salahnya menerima kenyataan bahwa keluargamu memiliki pengaruh besar dalam hidupmu."_
Jaehyun menatap keluar jendela, berpikir sejenak. _"Mungkin. Tapi aku tetap ingin mencapai sesuatu tanpa harus bergantung pada nama keluargaku."_
Seorin mengangguk paham. _"Baiklah, aku suka semangatmu. Tapi cukup bicara soal filosofi hidup. Kita punya tugas yang harus diselesaikan."_
Mereka tertawa kecil dan mulai fokus mengerjakan tugas. Namun, dari kejauhan, seseorang memperhatikan mereka dengan tatapan tajam. Choi Minho duduk di meja lain, mendengarkan percakapan mereka dengan wajah penuh minat.
_"Menarik,"_ gumamnya sambil menyilangkan tangan. _"Kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan, Lee Jaehyun."_
Tanpa disadari, hari pertama Jaehyun di kampus sudah memberinya lebih dari sekadar tugas akademik. Ia telah menarik perhatian orang-orang yang mungkin akan menjadi teman, atau malah lawan, dalam perjalanannya menjadi pria sejati di dunia perkuliahan.