Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

married to the mafia king

DaoistKMijb7
--
chs / week
--
NOT RATINGS
122
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1 – PERNIKAHAN YANG MENGUBAH HIDUPKU

---

Aku tidak pernah menyangka hidupku akan berubah dalam semalam.

Pernikahan seharusnya menjadi momen paling bahagia dalam hidup seseorang. Gaun putih yang indah, musik romantis, senyum dari orang-orang terdekat. Tapi, semua itu tidak terjadi padaku. Hari ini, aku berdiri di depan cermin besar dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan kegelisahan.

Aku mengenakan gaun pengantin putih yang terasa asing di tubuhku. Gaun ini terlalu mahal, terlalu elegan, terlalu… bukan aku. Aku bahkan tidak memilihnya sendiri. Semuanya sudah diatur oleh orang lain—orang yang bahkan tidak kukenal.

Tanganku gemetar saat meremas kain gaun di sisi tubuhku. Di dalam cermin, aku melihat bayangan seorang gadis dengan ekspresi cemas, matanya berkilat penuh kebingungan. Rambut panjangku disanggul rapi, memberikan kesan anggun yang tak biasa. Namun, aku tidak merasa anggun. Aku merasa seperti boneka yang dipaksa berdandan untuk sesuatu yang tidak kumengerti.

Aku mengambil napas dalam, mencoba menenangkan diri. Tapi bagaimana mungkin aku bisa tenang? Pernikahan ini terjadi begitu tiba-tiba.

Kemarin, aku masih menjalani hariku seperti biasa—bekerja paruh waktu di sebuah café kecil, pulang ke rumah kontrakan yang kusut, dan mencoba bertahan hidup dengan gaji pas-pasan. Lalu, saat aku pulang malam itu, ayah angkatku, Pak Surya, sudah menungguku di ruang tamu dengan wajah yang lebih serius dari biasanya.

> "Dahlia, kau harus menikah."

Aku hampir tertawa saat mendengar itu. Tapi wajah Pak Surya menunjukkan bahwa ini bukan lelucon.

> "Apa?" Aku mengerutkan kening, berpikir mungkin aku salah dengar.

"Pernikahan ini sudah diatur. Kau tidak perlu khawatir, laki-laki itu orang baik," katanya.

"Orang baik?" Aku mengulang kata-katanya, nyaris tidak percaya. "Aku bahkan tidak mengenalnya."

"Aku juga tidak mengenalnya," jawabnya, membuatku semakin bingung. "Tapi dia punya kuasa untuk menyelamatkan kita."

Aku terdiam. "Menyelamatkan" terdengar seperti ancaman terselubung.

Aku ingin menolak. Aku ingin mengatakan bahwa ini gila. Tapi sebelum aku bisa berbicara lebih jauh, pria itu menyodorkan sebuah dokumen.

> "Tandatangani ini."

Aku menatap lembaran di tanganku. Ini adalah surat pernikahan. Nama pria yang akan menjadi suamiku tertera di sana: Leonardo Alaric Vasquez.

Aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.

> "Jika aku tidak menandatangani ini, apa yang akan terjadi?" tanyaku, suaraku bergetar.

Pak Surya menarik napas panjang. "Kita akan mati."

Darahku seolah membeku mendengar jawaban itu.

---

Dan sekarang, hanya dalam waktu dua puluh empat jam setelah percakapan itu, aku berdiri di sini—di dalam sebuah ruangan megah yang dipenuhi perabotan mewah. Pernikahan ini terjadi begitu cepat hingga aku bahkan tidak punya waktu untuk memproses semuanya.

Aku menggigit bibir, mataku melirik ke arah pintu besar di ujung ruangan. Seandainya aku bisa kabur…

Tapi sebelum aku bisa bergerak, suara ketukan terdengar. Pintu terbuka, dan seorang pria masuk ke dalam ruangan.

Aku membeku.

Dia tinggi, jauh lebih tinggi dariku. Setelan hitamnya rapi, menonjolkan bahunya yang bidang dan tubuhnya yang tegap. Wajahnya tajam dan dingin, dengan rahang kokoh dan mata hitam yang menatapku dengan intensitas yang membuat napasku tercekat.

Leonardo Alaric Vasquez.

Laki-laki yang akan menjadi suamiku.

Aku tidak tahu apa yang kuharapkan. Mungkin aku berpikir dia akan tersenyum ramah, atau mungkin menunjukkan ekspresi tidak peduli. Tapi tidak. Yang kutemukan di matanya hanyalah ketegasan yang tajam—seolah dia sedang menilai apakah aku cukup layak untuk berdiri di hadapannya.

> "Kau Dahlia?"

Suaranya dalam dan dingin, membuat bulu kudukku meremang. Aku mengangguk pelan, tidak bisa menemukan suaraku.

Dia berjalan mendekat, langkahnya tenang namun penuh kewibawaan. Aku tanpa sadar mundur setengah langkah, tapi dia langsung menyadarinya. Matanya menyipit, lalu dalam sekejap, tangannya terangkat.

Aku menegang, pikiranku membayangkan hal terburuk. Tapi yang dia lakukan hanyalah menyentuh daguku, mengangkat wajahku agar aku menatapnya.

> "Jangan menundukkan kepala di hadapanku."

Aku menggigit bibir, jantungku berdebar kencang.

> "Aku tidak tahu kenapa kau menerima pernikahan ini, dan sejujurnya aku tidak peduli," lanjutnya, suaranya rendah dan datar. "Tapi mulai sekarang, kau milikku."

Mataku membesar.

> "Apa maksudmu…?" tanyaku pelan.

Leonardo tidak menjawab. Dia hanya menatapku sejenak sebelum melepaskan daguku dan berbalik.

> "Upacara akan dimulai dalam sepuluh menit," katanya sambil berjalan menuju pintu. "Jangan membuatku menunggu."

Dan dengan itu, dia menghilang dari pandanganku, meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan yang berputar di kepalaku.

Aku mengambil napas dalam, mencoba menenangkan diri. Tapi satu hal yang kutahu pasti…

Hidupku tidak akan pernah sama lagi.