Aku Florany Michael, orang Indonesia asli campuran Jawa dan Madura. Aku juga bingung bagaimana bisa orang tuaku menamaiku dengan nama itu. Umurku tujuh belas tahun, kelas dua SMA.
Rupaku biasa-biasa saja, kulitku sawo matang dan hidupku juga sederhana. Meski begitu, entah kenapa aku selalu mudah mendapatkan teman.
Hari ini aku sedang berada di sekolah, jam istirahat.
***
Lelyana Fitriani, teman dekat Flora, berjalan ke depan papan tulis sambil memegang sapu. Ia kemudian menaikkan sapu itu persis seperti sedang memegang mikrofon.
"Hoo ... Aku sadar diri ... Aku sadar posisi ...," ucap Lely bernyanyi.
"Aku seng sepele, tak nanges dewe ...," sambung Lely.
Flora yang sedang duduk di kursinya, ia menatap temannya itu, lalu menarik sedotan di mulutnya. Flora berkata, "kenapa Ly? HTS an mu ngilang?"
"Iya, njir. Langsung di blok aku, aku tuh nggak bisa diginiin!" jawab Lely, ia tampak lesu.
Laki-laki bernama Jidan Husain yang duduk tak jauh dari mereka ikut mencibir. "HTS kok baper."
Flora kembali menimpali, "HTS kok minta kepastian."
Mendengar jawaban temannya, kesedihan Lely bukannya makin berkurang, malah semakin menjadi emosi.
Lely langsung memegang kerah baju Flora, tidak kuat, karena ini hanya candaan.
"Lu bijak sama gua sekarang! Lu panggil semua anjing-anjing, lu bijak sekarang! Gua mau tengok!"
Dengan lemah lembut Flora memegang tangan Lely yang berada di kerahnya.
"Santai Lely ... Dengan ini ijinkan saya mengucap satu kalimat ... " Flora sengaja menggantung kalimatnya, ingin membuat Lely penasaran.
"HTS an lu sebenarnya udah punya cewek!" ucap Flora cepat, ia langsung berlari keluar kelas.
"Anjing!" umpat Lely kesal.
Sambil cekikikan Flora keluar dari kelas, dan terus berlari hingga lumayan jauh. Dengan nafas ngos-ngosan Flora memandangi sekitar.
Rupanya ia berada di depan kelas tiga. Yang jadi masalah, sekarang adalah jam istirahat, yang pasti banyak kakak kelasnya yang berlalu lalang.
Ia jadi malu sendiri, kenapa ia tadi asal berlari tanpa melihat jalan?
Masih juga diam, bingung mau ngapain, eh, tiba-tiba Flora di dorong dari belakang oleh kakak kelas perempuan.
"Eh, maaf!" ucapnya, sedangkan Flora terjatuh.
Namun, bukan ke lantai, melainkan ke pelukan kakel laki-laki. Dengan sekejap Flora langsung menjadi sorotan publik.
"Ciee ... " ucap kakel lainnya serentak.
Flora menahan malu berlipat ganda, ia mendorong pelan tubuh laki-laki itu agar ia bisa berdiri dengan benar.
"Maaf-maaf! Aku pergi dulu!" Flora berlari menjauh secepat-cepatnya.
Laki-laki itu sebenarnya ingin memanggil Flora, tapi sudah keduluan menjauh Flora-nya.
Sampai kembali di kelasnya, Flora langsung membanting pintu kelas. Membuat orang-orang yang ada di dalamnya kaget, termasuk Lely dan Jidan.
"Jiancok!" umpat Flora.
"Dateng tuh, salam. Bukan misuh." tegur Jidan.
"Lu, kenapa, dah? Kek dikejar rentenir aja!" balas Lely.
Flora langsung menghampiri Lely yang berada di kursinya. "Lu inget kakel cewek yang waktu itu marah, karna ku bilang gincunya kek jin tomang, warna ungu?!"
"Oh, itu ... Kenapa?"
"Sengajanya di dorong aku!"
"Njir, sakit, dong."
"Sakitnya tuh, nggak seberapa, Ly. Malunya itu, loh! Aku jatuh ke kakel cowok tadi!"
"Hallah, malu-malu dugong. Paling dalam hati seneng," celoteh Jidan.
Flora langsung melempar penghapus papan tulis yang berada diatas meja guru, kearah Jidan.
"Lu diem, lu ga diajak!"
Sementara itu, Lely malah menunjukkan muka iri dengkinya. "Ah ... Flora ... Gua juga pengen dapet momen kek gitu ..."
Flora bengong sambil menatap kesal sahabatnya itu. "Susah ya, curhat sama buaya betina."
Tak lama setelah itu, bel berbunyi menandakan jam istirahat sudah berakhir. Murid-murid kembali kedalam kelas mereka masing-masing.
"Tapi memang kakelnya siapa, Ra?" tanya Lely penasaran, sebelum guru masuk kelas.
"Ngga tau, ngga merhatiin. Intinya di depan kelas 12 IPS 2."
Lely mengangguk. "Eh, btw. Soal kelas itu, denger-denger ada murid baru cowok disana."
Flora menghela nafasnya, sahabatnya satu ini sudah seperti cenayang. Yang bisa tau apa saja soal laki-laki.
Kelakuannya random, kadang terlihat tidak waras, tapi saat Flora kesulitan, ia seperti malaikat yang siap membantu. Karena itu ia sangat menyayanginya.
Tanpa mereka sadari, laki-laki bangku belakang mereka dari tadi mendengarkan percakapan mereka.
"Luas bener, ya, pengetahuannya kalo soal cowok?" ucap laki-laki dengan nama Arrassya Alvian itu.
Flora dan Lely sontak menoleh kebelakang, lalu Lely membalas, "iya, dong. Gua aja tau kalo Lo kemarin habis ditolak cewek!"
Rassya melotot, ia kaget juga karena Lely bisa tau tentang hal itu, padahal ia sudah mencoba merahasiakannya. "Buset, neng. Ngga sekalian pake toa ngomongnya?"
"Oke, gue ambil dulu." Lely berpura-pura beranjak pergi.
"Bercanda anjing!" umpat Rassya kesal, bisa-bisanya ia mendapatkan teman cewek yang seperti ini.
"Ra, mending kandangin, gih, temenmu tu!" sambung Rassya menatap Flora.
"Percuma, Sya. Kandangnya ntar bolong, digerogotin dia," ucap Flora malas.
Mereka bertiga tertawa, menikmati waktu bersama sebelum akhirnya guru datang dan mereka belajar seperti biasanya.
***
Flora mempunyai beberapa teman dekat di kelas, diantaranya adalah Lelyana Fitriani, Jidan Husain, Arrassya Alvian dan yang terakhir, orang yang belum muncul, Rion Febrian.
Rion hari ini tidak masuk sekolah karena ia demam. Sebagai teman yang baik hati dan tidak sombong, mereka berempat berencana menjenguk Rion selepas sekolah.
Flora dan Lely berasal dari suku yang sama, yaitu Jawa. Maka tidak heran kalau keduanya suka misuh atau berkata kasar. Tetapi tidak semua orang Jawa begitu.
***
Bel berbunyi kembali untuk jam istirahat kedua, setelah kurang lebih sejam setengah mereka menghadapi pelajaran, yang sama-sama berhitung. Matematika dan fisika, akhirnya mereka bisa istirahat.
"Ly, ke kantin, yok!" ajak Flora.
"Nggak deh, Ra. Otak gue ngebul," jawab Lely.
Akhirnya semuanya berakhir dengan Flora berjalan ke kantin sendirian, tetapi ia sambil mengomel karena Lely tidak menemaninya, malah menitip makanan seperti bakso dan gorengan.
"Nemenin kagak, nitip iya! Tai emang!"
Setelah membeli es plastikan, sambil menyeruput esnya melalui sedotan, ia kemudian memesan bakso untuk Lely.
"Duduk aja, dulu, Lora. Agak lama kayaknya ini," kata ibu kantin sambil menunjuk ke arah kursi yang tersedia, menyuruh Flora menunggu.
"Ok."
Flora berjalan ke kursi yang kosong tanpa melihat sekelilingnya. Ia dengan tenang menunggu sambil menyeruput esnya dan mengeluarkan ponselnya untuk menghilangkan kebosanan.
"Hei ... Kamu! Flora!"
Tiba-tiba ada yang memanggil namanya. Flora langsung mencari sumber suara. Matanya terhenti di sekumpulan kakak kelas cowok yang juga sedang memandanginya.
"Aku?"
Flora mencoba memperjelas, karena ia merasa tidak ada masalah dengan mereka.
"Iya, kamu Flora, kan?"
"Kenapa, ya?"
Laki-laki itu tau kalau Flora lupa dengannya, sambil menatap Flora ia tersenyum. "Aku cowok yang kamu peluk jam istirahat pertama tadi."
Bersambung...