Malam itu, Ling Tian duduk bersila di belakang Sekte Xuan Tian, tepat di bawah pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun. Angin berhembus lembut, membawa aroma dedaunan yang menenangkan.
Ia perlahan menutup matanya, tenggelam dalam lautan energi spiritual. Sejak pertarungan melawan kultivator misterius itu, tubuhnya mengalami perubahan besar. Energi di dalam dirinya terasa jauh lebih kuat dan padat, seolah ada sesuatu yang tersembunyi dalam jiwanya.
Namun, saat ia semakin dalam dalam kultivasi—
"AAAAHHH!!!"
Kilasan ingatan tiba-tiba membanjiri pikirannya.
Dalam sekejap, Ling Tian melihat dirinya yang lebih muda, berdiri di atas gunung yang dikelilingi oleh api dan kehancuran. Mayat-mayat berserakan di sekelilingnya, darah menggenang seperti sungai.
"Kau adalah kunci menuju keabadian!"
Suara seseorang menggema dalam pikirannya.
Di kejauhan, sekelompok kultivator berdiri dalam bayangan, mata mereka dipenuhi dengan keserakahan dan niat membunuh.
"Ambil jiwanya! Jangan biarkan dia lolos!"
Ling Tian melihat mereka menghunuskan pedang dan melepaskan teknik mereka ke arahnya.
"AAAAHHH!!!"
Ia membuka matanya dengan terkejut, napasnya terengah-engah.
Keringat dingin membasahi dahinya.
"Apa itu tadi...?"
Tangannya mengepal erat.
"Kenapa mereka ingin mengambil jiwaku? Apakah jiwaku ini benar-benar milik seorang abadi...?"
Ling Tian terdiam sejenak, mencoba mengatur napasnya.
"Aku tidak peduli siapa mereka."
Tatapan matanya berubah tajam, dipenuhi dengan tekad yang membara.
"Jika mereka ingin mengambil jiwaku, aku akan membunuh mereka semua!"
Namun, ia tahu bahwa Sekte Xuan Tian bukan tempat yang aman lagi baginya. Jika orang-orang itu benar-benar memburunya, sekte ini bisa menjadi sasaran.
Ia tidak bisa membiarkan itu terjadi.
"Aku harus pergi."
Malam itu, Ling Tian mengambil sebuah kertas dan kuas.
Dengan tangannya yang sedikit gemetar, ia mulai menulis.
> Kakak Senior Lan Ruo,
Maafkan aku karena pergi tanpa berpamitan secara langsung.
Aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi. Ada sesuatu yang harus aku cari, ada jawaban yang harus aku temukan.
Aku tidak ingin kau terlibat dalam bahaya yang mengikutiku.
Tetapi ketahuilah, aku tidak akan pernah melupakanmu.
Mungkin perjalananku akan memakan waktu bertahun-tahun, mungkin kita tidak akan bertemu untuk waktu yang lama...
Namun, aku selalu mengingatmu, Kakak Senior.
Dan yang terakhir...
Aku masih gugup untuk mengatakannya secara langsung...
"...Aku, Ling Tian, sangat mencintaimu, Kakak Senior Lan Ruo."
Setelah selesai menulis, Ling Tian meletakkan surat itu di atas meja di kamar Lan Ruo, lalu pergi tanpa menoleh ke belakang.
Saat pagi tiba, Lan Ruo membuka matanya.
Ia merasa ada sesuatu yang aneh. Biasanya, Ling Tian akan datang untuk berlatih bersama, tetapi kali ini, ia tidak ada.
Dengan perasaan cemas, ia melangkah keluar dan berjalan menuju kamar Ling Tian.
Namun, ketika ia sampai, kamar itu kosong.
"Tidak mungkin..."
Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah kertas yang tergeletak di atas meja.
Dengan jantung berdebar, ia mengambilnya dan mulai membaca.
Matanya membesar.
Tangannya gemetar.
Air matanya mulai mengalir tanpa bisa ia tahan.
"Ling Tian... Kau benar-benar pergi...?"
Ia menggigit bibirnya, hatinya terasa seperti diremas-remas.
Tetapi saat membaca bagian terakhir dari surat itu, ia terdiam.
> "...Aku, Ling Tian, sangat mencintaimu, Kakak Senior Lan Ruo."
Air matanya semakin deras mengalir.
Ia menutup mulutnya dengan tangan, menahan isakannya.
"Bodoh... Bodoh sekali..."
Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa Ling Tian tidak akan pergi tanpa alasan.
"Aku akan menunggumu, Ling Tian... Aku pasti akan menunggumu..."
Di luar sekte, Ling Tian berdiri di atas puncak bukit, menatap cakrawala yang luas.
"Dunia ini luas... dan aku akan menemukannya..."
"Kebenaran tentang siapa diriku sebenarnya."
Dengan satu tarikan napas, ia melompat ke atas pedang terbangnya, lalu melayang tinggi ke udara.
"Tunggu aku, Lan Ruo. Aku pasti akan kembali."
Dengan tatapan penuh tekad, Ling Tian terbang meninggalkan Sekte Xuan Tian, menuju takdir yang telah menunggunya.
—