Fantasy World - Episode 4
"Misi Pertama dari Guild"
Pagi itu, Fiqli, Tiya, dan Tiara berdiri di depan papan pengumuman guild. Di sana, ratusan misi tertempel, masing-masing dengan tulisan tebal yang menunjukkan level kesulitan, hadiah, dan detail tugas.
"Jadi, ini dia awal perjalanan kita," kata Fiqli sambil menatap papan itu.
"Sebagai petualang rank F, kita nggak bisa ambil misi yang terlalu sulit," Tiya menunjuk salah satu bagian papan yang diberi batas dengan garis biru. "Ini area misi untuk rank kita."
Tiara membaca salah satu misi. "Hah, cuma disuruh ngambil herbal di hutan? Bosen banget!"
Fiqli mendekati misi lain. "Kalau ini gimana? Membersihkan dungeon kecil di luar kota. Berisi slime dan goblin lemah."
Tiya mengangguk. "Kedengarannya cocok buat latihan. Kita juga bisa dapat item dari monster di sana."
Petugas guild, seorang pria paruh baya bernama Gavin, mendekati mereka dengan clipboard di tangannya. "Kalian mengambil misi pembersihan dungeon? Bagus. Tapi ingat, selalu hati-hati. Meskipun ini dungeon level rendah, banyak jebakan yang bisa membahayakan nyawa kalian."
Mereka bertiga mengangguk penuh semangat, lalu menandatangani kontrak misi itu. Gavin memberi mereka petunjuk arah dan beberapa tips sebelum mereka berangkat.
---
Memasuki Dungeon Kecil
Dungeon yang mereka tuju adalah sebuah gua kecil di kaki bukit. Dari luar, tempat itu tampak sepi, tapi begitu mereka masuk, suasana berubah. Cahaya temaram dari kristal di dinding menerangi lorong-lorong batu.
"Kita harus tetap bersama. Jangan ada yang bertindak sendiri," kata Fiqli sambil memegang tongkatnya erat.
Baru beberapa langkah masuk, seekor slime biru melompat dari atas langit-langit gua, mengincar Tiara.
"Aw!" Tiara menjerit, tapi dengan cepat dia membakar slime itu dengan bola api kecil. "Ugh, menjijikkan."
"Slime memang lemah, tapi mereka licik," kata Tiya sambil menebas slime lain yang mendekat.
Mereka melanjutkan perjalanan, mengalahkan beberapa slime dan goblin di sepanjang jalan. Setiap kali monster dikalahkan, mereka mendapatkan kristal kecil, bahan alkimia, atau koin emas yang muncul dari tubuh monster tersebut.
"Aku suka sistem ini," kata Tiara sambil memungut kristal hijau. "Kita bertarung, dapat uang, terus jual ke guild. Simpel dan menyenangkan."
---
Jebakan Tak Terduga
Di salah satu lorong, Tiya tiba-tiba berhenti. "Tunggu... ada sesuatu yang nggak beres."
Fiqli memeriksa lantai dengan seksama. "Benar. Ada pelat tekanan di sini. Kalau kita injak, jebakannya bakal aktif."
Tiara memutar mata. "Yah, ini baru jadi dungeon sungguhan. Jadi, gimana kita lewatin ini?"
Dengan hati-hati, mereka mencoba menghindari jebakan itu. Namun, tiba-tiba, seekor goblin yang lebih besar dari biasanya muncul dan menginjak pelat itu. Suara gemuruh terdengar, dan dinding di belakang mereka mulai bergerak, menutup jalan keluar.
"Kita terperangkap!" teriak Tiya.
"Kalau gitu, kita harus maju terus!" seru Fiqli, membekukan lantai di bawah goblin besar itu, membuatnya terpeleset dan jatuh.
Tiara memanfaatkan momen itu untuk menyerang dengan bola api besar, mengalahkan goblin tersebut.
---
Harta Karun Pertama
Setelah mengalahkan goblin besar, mereka menemukan sebuah peti harta di ujung lorong. Di dalamnya terdapat beberapa koin emas, ramuan penyembuh, dan sebuah belati dengan aura magis.
"Wow, ini keren banget," kata Tiya sambil memegang belati itu. "Ini jelas bukan barang biasa."
"Kita bisa jual ini di guild untuk dapat harga tinggi," kata Fiqli.
Tiara menggeleng. "Atau kita simpan untuk kita pakai. Barang ini bisa berguna nanti."
Mereka memutuskan untuk membawa belati itu kembali ke guild sambil melanjutkan misi mereka.
---
Kembali ke Guild
Saat mereka kembali ke guild, Gavin menyambut mereka dengan senyuman lebar. "Selamat, kalian menyelesaikan misi pertama kalian. Dan dari laporan ini, kalian menemukan belati magis? Kalian bisa menjualnya atau menyimpannya untuk keperluan pribadi."
Fiqli, Tiya, dan Tiara berdiskusi sebentar dan memutuskan untuk menyimpan belati itu. Mereka juga menjual kristal dan bahan-bahan lain yang mereka kumpulkan, menghasilkan beberapa koin perak sebagai hasil kerja keras mereka.
"Ini baru awal," kata Fiqli sambil tersenyum kecil. "Kita masih harus naik rank dan menghadapi dungeon yang lebih sulit."
"Tapi ini menyenangkan," kata Tiya. "Aku nggak sabar buat misi berikutnya."
Tiara mengangguk penuh semangat. "Ayo, kita jadi petualang terbaik di dunia ini!"