"hufftt"
Bosan bukan jika harus terus bekerja? Di tuntut menjadi wanita serba bisa dan harus melakukan apapun sendirian?, di usia yang sekarang sudah 22 tahun memang aneh jika belum memiliki pasangan, terutama untuk gadis yang sedari tadi duduk sambil melamun menghadap komputer dan menopang dagu.
Ziyara olive, gadis kelahiran Bandung indonesia itu lebih pokus pada karir nya daripada basa basi soal percintaan, karna menurut nya cinta bukan lah segala nya, yang ada dalam pikiran nya saat ini hanyalah uang uang dan uang.
Terkadang rasa iri merayapi dirinya, karna kedua sahabat yang berkarir bersama nya di perusahaan penyedia layanan concierge dan acara sudah memiliki pasangan, Mira sudah memiliki suami dan Fitri akan segera menyusul karna sudah bertunangan, hanya tersisa ziyara yang masih melajang.
Mira dan Fitri adalah rekan sekaligus bagian dari Butterfly perusahaan yang mereka dirikan bersama, entah dapat ide darimana awal nya mereka bertiga hanya gabut, tapi perlahan mereka menerima klien yang berkembang pesat karna menyukai layanan kinerja mereka.
"ayolah Zi, apa kau tidak bosan terus melajang?"
"benar, cobalah mencari seseorang untuk menemani mu? Seperti kencan online?"
Ziyara menghela nafas, "dan... kurasa itu konyol" hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut nya, mungkin suatu hari nanti, sekarang belum saat nya.
"kapan terakhir kali kau berpacaran?"
Mira menaruh gelas hingga berdenting dengan bunyi nyaring sebelum mendarat kan bokong nya di atas kursi kulit berwarna coklat tua.
"mungkin 6tahun yang lalu saat aku berusia 17tahun"
"Kau bercanda ya?"
"serius aku tidak bercanda, bahkan setelah itu aku tidak pernah dekat dengan siapapun lagi"
"ayolah Zi, kau sudah cukup usia untuk mengenal hal hal dewasa"
"aku setuju pendapat Mira, kau tidak mau kan di anggap sebagai perawan tua?"
Ziyara memiringkan kepalanya mencerna komentar dari kedua teman nya itu, apakah memang harus dia mencari pria? Tapi untuk apa? Hanya memuaskan nafsu sesaat?, atau mencari pasangan sehidup semati?.
dia tidak pernah memikirkan itu, menurut nya semua itu membosankan, mematikan komputer yang sedari tadi menyala tidak di otak atik, "Entahlah guys, aku belum tertarik"
***
Surat kabar menunpuk di depan halaman, si tuan rumah sepertinya tidak mau membaca surat yang menurut nya tidak penting, setelah kematian Sivanya setahun yang lalu membuat lelaki itu lebih sering di dalam rumah daripada mencari kebebasan di luar.
Merogoh ponsel dari atas laci, ruangan tersebut senyap hanya ada suara detak jam dan deru nafas teratur, sudah berapa lama dia tidak melihat atau memainkan ponsel nya? Beberapa pesan dan panggilan tidak terjawab dari teman dan rekan kerja nya,
Panggilan masuk dari Jefri asisten pribadi yang mengurus kantor milik nya, Jendral malas melakukan aktifitas apapun setelah kehilangan istri tercinta nya sivanya.
Dia masih memikirkan mendiang istrinya, tidak peduli dengan urusan kantor dan hal membosankan apapun itu, walaupun diam di dalam kamar dia tetap di banjiri banyak uang.
"hallo? Mr.ardiaz? Apa tuah mendengar saya?"
"ya, ada apa Jef?"
"apa anda tidak menerima surat? Beberapa pengacara ribut berdatangan mencari keberadaan anda"
Ya benar sekali semenjak itu juga Seorang Jendral Ardiaz tidak terlihat dan tidak pernah lagi masuk dalam liputan berita di acara televisi. "persetan dengan semua itu, kau urus saja Jef"
"tapi tu-
Belum sempat Jefri menjawab, jendral sudah memutus panggilan telfon itu, dan melemparkan ponsel nya kesembarang arah.
Penthouse yang begitu tampak sepi hanya tersisa Jendral lelaki yang kesepian setelah di tinggal oleh istrinya setahun yang lalu, bayangan tentang sivanya masih melekat di sana, di segala penjuru rumah.
"aku selalu merindukan mu"
***
Tubuh ziyara terasa sakit saat berdesakan dengan beberapa barang di dalam mobil, sopir taksi yang melirik terkekeh pelan, "Anda baik-baik sajah nona?"
Ziya hanya mengangguk, sebenarnya dia kesal karna sedari tadi lelaki tua yang menjadi sopir taksi itu tersenyum dan melirik nya dari kaca spion, ziyara jadi risih di buat nya, untung sajah dia sudah sampai di lokasi yang di berikan oleh Michael.
Pintu gerbang terbuka hanya ada beberapa pengawal yang berjaga di halaman rumah yang luas itu?, ini baru kali pertama nya ziyara datang kerumah seorang Jendral Ardiaz yang biasa dia lihat hanya dalam televisi.
"tidak apa-apa, Michael bilang kan Mr.Ardiaz ada di Bali" batin nya, ziyara menyeret kedua kakinya memasuki halaman penthouse.
"ada yang bisa di bantu nona?" Ujang yang berjaga di pos dekat gerbang bertanya sambil tersenyum, karna di rasa satpam itu baik hati ziyara balas senyum.
"maaf menganggu waktu istirahat nya pak, saya dari agen butterfly, nyonya Michael menugaskan saya untuk membersihkan rumah Mr.ardiaz sebelum dia kembali dari Bali" ziyara langsung nyerocos menjelaskan secara panjang lebar,
Ujang mengangguk angguk sambil tersenyum, "Nggeh, ini bawaan nya banyak banget non" melirik beberapa kardus besar yang baru di turunkan oleh satu satpam lain nya.
"hehe iya pak, titipan Michael"
"mari saya antar kedalam non"