Zaon berdiri di luar rumah, menatap langit yang cerah di atasnya. Angin sepoi-sepoi mengalir pelan, dan aroma tanah yang basah setelah hujan mengingatkannya pada ketenangan dunia yang jauh dari kekerasan. Namun, ketenangan itu terasa berlawanan dengan jalan hidup yang harus ia pilih.
Di usia 17 tahun, Zaon merasa dirinya sangat berbeda dibandingkan dengan teman-temannya. Banyak dari mereka yang sudah mulai berlatih bela diri, mempersiapkan diri untuk menjadi prajurit hebat. Namun Zaon, yang tumbuh di keluarga prajurit terkenal, tidak tahu apapun tentang bela diri.
Ayah Zaon, seorang prajurit legendaris, dikenal karena kekuatan luar biasa yang dimilikinya. Begitu pula dengan Khai, kakaknya yang sudah menjadi prajurit kerajaan, mengikuti jejak ayah mereka. Namun, meskipun dunia bela diri sangat dekat dengan keluarga mereka, Zaon tidak pernah merasakan dorongan untuk belajar itu. Sebaliknya, ia lebih memilih untuk menghindarinya.
Ibu Zaon, seorang wanita yang sangat cantik dan lembut hati, selalu mengingatkan Zaon untuk tidak mengikuti jejak ayah dan kakaknya. "Zaon, jangan jadi prajurit. Dunia ini penuh dengan kekerasan. Aku tidak ingin kamu terjun ke dalamnya," kata ibunya dengan penuh perhatian. Bagi Zaon, ibunya adalah segalanya, dan ia sangat menghormati keinginan ibunya untuk menjauhkan dirinya dari dunia peperangan.
Namun, meskipun Zaon sangat menyayangi ibunya, ia tidak bisa menghindari kenyataan bahwa kakaknya, Khai, sangat khawatir dengan masa depan Zaon. Zaon merasa terperangkap dalam dilema antara menghormati ibunya yang sudah tiada dan mencari jalan hidupnya sendiri.
Khai, meskipun tahu betapa beratnya pengaruh ibunya terhadap Zaon, akhirnya mendekati adiknya. "Zaon, kau tidak bisa terus seperti ini. Jika kamu tidak ingin berlatih bela diri, carilah sesuatu yang bisa berguna bagi dirimu sendiri. Jangan hanya menjadi orang biasa yang tak tahu apa-apa," kata Khai dengan nada penuh perhatian. "Aku ingin kamu belajar sesuatu. Sekte Obat di luar sana mengajarkan banyak hal. Mereka mengajarkan pengobatan. Itu bukan bela diri, tapi itu bisa memberi makna bagi hidupmu."
Zaon menatap kakaknya dengan ragu. Belajar pengobatan? Itu adalah pilihan yang sama sekali tidak pernah ia pertimbangkan sebelumnya. Namun, ia merasa tertekan. Ia tidak ingin menentang kakaknya, apalagi setelah ibunya meninggal. Zaon tahu bahwa keputusan ini adalah cara untuk menjaga kedamaian dan menjalani hidup tanpa menentang pesan terakhir ibunya.
Dengan berat hati, Zaon akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran kakaknya. Belajar pengobatan mungkin tidak seberat belajar bela diri, dan lebih penting lagi, itu tidak bertentangan dengan pesan ibunya untuk menghindari kekerasan. Ia memutuskan untuk pergi ke Sekte Obat, yang terkenal karena ilmu pengobatan mereka.
Meskipun hatinya berat, Zaon tahu bahwa ini adalah langkah yang tepat. Kakaknya mengantarnya ke gerbang Sekte Obat, dan sebelum Zaon melangkah lebih jauh, Khai menepuk pundaknya dengan lembut.
"Kau tidak tahu ke mana jalan ini akan membawamu, Zaon. Tapi ingat, apapun yang kau pelajari di sini, kau harus tetap menjadi dirimu sendiri," kata Khai dengan senyum yang penuh harapan.
Zaon mengangguk pelan, merasakan rasa ragu yang masih ada dalam dirinya. Sekte Obat adalah tempat yang penuh dengan kedamaian, jauh dari dunia kekerasan yang selama ini ia hindari. Di sana, Zaon berharap bisa menemukan jalan hidup yang lebih cocok untuk dirinya—jalan yang tidak melibatkan peperangan atau kekerasan, namun tetap memberi arti bagi dirinya.
Namun, dalam perjalanan menuju sekte, Zaon tidak tahu bahwa keputusan ini akan mengubah hidupnya selamanya. Pengaruh ibunya yang sangat kuat masih ada dalam dirinya, tapi seiring waktu, Zaon mulai belajar untuk melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu dan mencari jalan yang benar-benar miliknya sendiri.
-