Chereads / (18+) Godaan Untuk Seorang Istri / Chapter 3 - BAB 3 KEINGINAN ISTRIKU

Chapter 3 - BAB 3 KEINGINAN ISTRIKU

"neeeeng aaaccchhh aa mau keluar neng" desahku

"aaacchhh iya aaa ayooo terus aaa" sambil memejamkan matanya istriku terlihat sangat menikmati.

Croooott..croooot…croott.. "aaachh neng enak sekali" dengan nafas memburu penuh kepuasan aku turun dari atas tubuh istriku, aku berbaring di sampingnya dengan rasa Lelah yang membuat rasa kantuk begitu berat. Aku tertidur malam itu dengan hanya mengenakan baju dan sarung tanpa celana dalam.

Entah berapa banyak aku menumpahkan sepermaku di kemaluan istriku. Dengan tubuh indah dan wajah cantik istriku selalu membuat nafsuku membara dan rasa nikmat yang angat sangat dari sentuhan dinding kemaluannya yang sempit, dengan beberapa kali genjotan saja sudah bisa membuat aku menumpahkan sepermaku. Karna kami masih bisa di bilang pengantin baru kami cukup sering melakukan hubungan suami istri, bila badanku tidak begitu lelah untuk bekerja kami bisa melakukan seminggu tiga sampai empat kali. Aku selalu terpuaskan ketika berhubungan intin, dengan gaya yang selalu aku menindih istriku dari atas. Keterbatasanku dan istri tentang s*x tidak menjadi penghalang untuk kami melakukannya.

Seperti biasa pagi itu istriku akan membangunkanku untuk mandi besar.

"aaaa ayo bangun sudah subuh aaa" sambal mengusap pipiku.

"eeuuummmm aahhh sebentar lagi yah neng" jawabku

"iii aa ini udah subuh iii, itu air nya udah neng siapin" masih dengan mata tertutup istriku terus berbicara.

"ceeeppeeeet aa" sambil mencubit pahaku dengan gemas

"aaawwwwcchh iy iya iya iyaaa aa bangun" jawabku menahan sakit.

"iicch susah banget di bangunin" dengan wajah sebal sambil berajak pergi ke dapur kami.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah istriku, seketika aku langsung bangun karna tidak ingin membuatnya sebal lebih dari ini. Kami melakukan aktifitas pagi itu seperti biasa, istriku sedang asik di dapur mempersiapkan makanan untuk kami sarapan, aku masih sibuk mempersiapkan dokumenku untuk ku bawa kepada klien pagi ini, "bahaya kalo sampai kelupaan" gumanku. Jam sudah menunjukan pukul tujuh, masih sempat untukku sarapan terlebih dahulu. Setelah ku bereskan keperluanku untuk pekerjaan hari ini aku duduk di meja makan kecil kami yang terletak didalam kamar. Tidak lama aku menunggu istriku sudah membawa nasi beserta lauknya.

"eeuuuummhh harum sekali baunya neng" senyumku

"aa tau aja aku masakin kesukaan aa" jawabnya sambil meletakannya dimeja.

Sayur soup kesukaanku sudah ada di atas meja, Kami pun segera menyantap makanan kami, istriku duduk di depanku.

"a aku boleh ga bareng rita?" tanyanya sambil mengunyah makanan.

Rita adalah salah satu teman kami ketika masih kuliah dulu, kami masih berteman baik dengan teman-teman kampus. Meskipun sudah jarang kami bertemu, tapi kami masih suka berkomunikasi melalui whatsup dengan mereka.

"kan aa udah bilang neng sayaaang, neng ga usah kerja. Lagian kan gaji aa juga cukup buat keperluan kita, belum lagi kita juga masih bisa nabung kan dari gaji aa" jawabku.

"yaah tapi bukan itu masalahnya a, neng tu mulai bosen disini ga ada kegiatan gitu a. beresin kamar ga sampe setengah jam, udah itu langsung tiduran lagi, nonton TV lagi.. boseeen" timpalnya dengan wajah lesu.

Yaah memang tidak butuh waktu lama untuk membereskan ruangan sekecil ini untuknya, belum lagi kami hanya tinggal berdua di sini. Aku baru ingat sudah sebulan kami disini, dulu ketika masih tinggal dengan mertua istriku ada teman umi atau sepupunya di rumah, tapi kali ini ketika aku berangkat kerja dia akan sendirian. Istriku memang tipikal orang yang banyak bicara, dia orangnya ceria dan suka bercerita. Mungkin memang akan terasa sepi bila tidak ada teman untuk mengobrol dengannya.

"yaah kalo gitu neng harus ada kegiatan dong" jawabku cengengesan.

"iyaaa aa sayaaang" jawabnya dengan wajah masam.

"tapi aa ga bakal ngijinin neng buat kerja, gimana kalo jualan online aja? Kan lagi musin tuh sekarang orang-orang jualan online" jawabku

"eummh iya yah a" jawab istriku seperti orang bingung.

"kan enak tuuh bisa ngerjainnya di rumah, nanti kamu packaging sendiri, cari pelanggan sendiri di laptop kamu. Nanti masalah modalnya bakal aa kasih ke neng" tambahku.

"tapi neng harus jualan apa yah a" masih dengan tampang bingung.

"yaah kaya kerudung, gamis, make up pokonya banyak lah. Nanti neng cari suplayernya di internet, luamayan juga tuh neng punya kegiatan kan.. hehe" candaku.

Masih dengan tampang bingung dan sedikit melamun menandakan istriku cukup tertarik dengan saran dariku.

"nanti deh neng coba cari a" jawabnya sambil melanjutkan makan.

Setelah meminum teh hangat buatan istriku aku lekas bersiap untuk berangkat kerja, Aku mengemas tas kerjaku dan berpamitan kepada istriku. Seperti biasa pagi itu derik dengan telanjang dada sedang membersihkan dapur yang biasa di pakai para penghuni kost.

"berangkat a" sapanya sopan

"iya a, mari a" jawabku tersenyum

"hati-hati a" balasnya.

Begitulah keseharian aku dengan derik, aku selalu bertemu hanya di pagi hari dengannya, sepulang kerjaku kadang aku hanya melihat lampu kamarnya menyala dengan pintu tertutup, atau bahkan masih gelap pertanda pemiliknya masih belum pulang. Kami tidak pernah mengobrol lebih dari itu, itulah kenapa aku tidak terlalu banyak mengenalnya.

Untuk sampai ke tempat parkir dari pintu depan kamarku, aku hanya perlu berjalan lurus mengikuti jalan setapak, dari arah kanan ada kamar bertipe seperti kamar derik dengan lebar sekitar tiga meter, aku melihat ada tiga pintu disana, sedangkan di sisi kiri itu ada kamar mandi berukuran 1,5 meter, di pinggirnya ada Gudang tempat biasa para penjaga menyimpan barang seperti Kasur, lampu, tangga dlll dengan lebar 2,5 meter dengan arah pintu yang sama dengan kamar mandi, berjalan sedikit kedepan ada pagar pembatas, kamar-kamar kost disini mengelilingi taman di lantai satu, aku bisa melihat taman itu di balik pagar pembatas. Dan atap yang tepat di atas taman itu menggunakan atap tipe transparan sehingga cukup untuk memberikan pencahayaannya ke lantai satu dan lantai dua, area paling gelap disini area kamar derik saja, mungkin itu alasannya derik sering membuka pintu kamarnya karna kurang pencahayaan, hanya saja kamar derik lebih dekat ke dapur dan kamar mandi, karna tipe kamar derik tipe yang tidak ada kamar mandinya. Setelah itu aku hanya tinggal lurus saja dan menemukan pagar pembatas depan Gedung kos, dari sini aku bisa melihat area parkir dan post sekuriti, aku tinggal belok kanan dan akan menemukan tangga disana. Pagi itu yang giliran berjaga adalah mang saron dan mang cawil. Ketika sampai di parkiran motor yang letaknya di pinggir post aku melihat mang saron sedang menyapu halaman kosan kami, dia melirikku seakan mengerti kalo aku akan segera berangkat kerja.

"tumben a pagi betul berangkatnya" tanyanya sambil membantu mengeluarkan motorku.

"aah iya nih mang mau ketemu klien dulu soalnya" jawabku sambil memakai helm.

Sekilas aku melihat jam ditanganku, ternyata sudah setengah delapan lebih. Segera aku naiki motorku untuk berangkat, aku tidak ingin membuat klien menunggu jadi aku usahakan untuk datang lebih dulu dari pada klienku.

"mari maangg" ucapku berpamitan.

Mang saron hanya melambaikan tangannya, aku segera memacu kuda besiku, tempat klienku kali ini diarah yang berlawanan dengan kantorku. Sudah terbiasa aku dengan kemacetan di kota besar ini, dengan telaten dan penuh kesabaran akhirnya sampai juga ke tempat tujuanku. Sudah ku duga klienku belum datang pagi itu, resepsionis menyuruhku untuk menunggu dilobi. Ada beberapa berosur yang tergeletak dimeja, tapi tidak ada satupun yang membuatku tertarik. Di tengah lamunanku, aku mulai teringat dengan usia pernikahan kami, ternyata sudah tiga bulan lebih aku menikahi ifah istriku, tapi sampai sekarang aku belum melihat tanda-tanda kehamilan darinya. "aah pasti akan seru kalo kelak aku punya anak" batinku. Aku tidak perlu menghawatirkan istriku akan kesepian ketika aku sedang bekerja, dan pastinya dia akan punya banyak kegiatan setelah punya anak. Akan lengkap rasanya pernikahanku kalo memiliki anak, aku sudah ikhtiar dan berdoa, sisanya aku menyerahkan kepada tuhan semoga kami cepat diberi momongan.

Lamunanku terbuyar dengan sapaan seseorang, ternyata itu klienku. Diajaknya aku keruangan dia untuk menyelesaikan pekerjaan kami. Ruangan yang cukup besar untuk ditempati sendiri dengan kursi sofa santai didalamnya. Cukup lama kami mengobrol, aku bersyukur klienku ini tertarik dengan barang dan jasa yang perusahaanku tawarkan. Kulihat jam ditanganku sudah menujukan diangka sebelas, aku pun ijin pamin untuk meneruskan pekerjaanku.

Masih dilobi kulihat Hpku sejenak takut amran atau orang-orang kantorku meneleponku tadi, ketika menemui klien aku selalu membuat Hpku silent, tidak sopan rasanya ketika presentasi malah ada gangguan dari suara hp. Dulu pertama aku dan amran bekerja kami selalu berangkat Bersama menemui klien, seiring berjalannya waktu pengalaman kami sudah bertambah dan memutuskan untuk menemui klien kami sendiri-sendiri. Bonus yang kami dapatpun sekarang sudah tidak dibagi dua lagi dengan amran, lumayan juga pikirku untuk menambah tabunganku beli rumah. Ada beberapa pesan masuk disana, termasuk dari istriku ifah.

"aa ini gimana ii wastafelnya mangpet" isi chatnya di barengi dengan poto wastafel kami.

"ko bisa mangpet, emang neng masukin apa ke situ" candaku

"ii aa mah" balasnya cepat dengan emot sebal.

Aku tidak begitu paham dengan masalah teknis seperti itu, dan lagi aku tidak tau alat seperti apa yang harus aku beli untuk menghilangkan sumbatannya. Sejenak aku berpikir mungkin mang saron atau mang cawil bisa menyelesaikan masalah istriku ini.

"neng coba tanya ke mang saron atau mang cawil siapa tau mereka bisa bantu tuh, aa mah ga tau caranya.. hehe" balasku.

 "siap ndan" balasnya cepat dengan emot hormat.

Begitulah istriku, dia kalo akan keluar dari kamar selalu laporan kepadaku, termasuk ketika dia akan pergi ke warung dekat kost kami untuk sekedar membeli beberapa cemilan kesukaannya. Perjalanan ke kantorku akan cukup memakan waktu, mungkin aku akan menghabiskan istirahat siangku di perjalanan, arah ke kantorku akan melewati kosan kami jadi aku putuskan untuk kembali dulu ke kosanku dan makan siang disana Bersama istriku, aku tidak pernah mengabari istriku kalo akan pulang ketika kerjaanku senggang. Dan beberapa hari ini aku sudah jarang pulang selain dijam pulang kerja, "kasihan juga istriku tidak ada teman mengobrol akhir-akhir ini" batinku. Setelah membalas semua pesan masuk aku langsung tancap kuda besiku untuk pulang.

Sebelum pulang aku sempatkan untuk membeli makanan untuk kami makan Bersama, aku memilih nasi padang kesukaan istriku sebagai tanda terimakasihku sudah memasak makanan kesukaanku pagi tadi. Aahh aku bersukur siang ini tidak semacet pagi hari, kulihat mang saron dan mang cawil sedang menyantap makan di ruang depan post.

"sini a ikut makan" tawar mang cawil.

"makasih mang, saya makan di dalem aja bareng istri" jawabku

"ooohh iya iyaa a" sahut mang cawil.

Segera ku masukan motorku ke parkiran, aku mulai berjalan melewati tangga. Ketika sampai di atas dan belok ke kiri aku bisa melihat dari sini pintu kamar depanku. Pintunya terbuka, aku melihat seseorang disana, dia memakai cadar yang aku kenal itu adalah istriku. "sedang apa dia disana" gumanku, gestur tubuhnya dia seperti sedang berbicara dengan seseorang. "biacara dengan siapa istriku", dengan rasa penasaran aku mulai berjalan menyusuri jalan setapak, istriku masih belum melihatku waktu itu. Ketika baru beberapa langkah berjalan aku melihat seseorang selain istriku, dia menggunakan celana boxer dengan telanjang dada. Yaaah orang yang sedang di kamarku adalah derik.