Tepat 25 tahun yang lalu orangtuaku melahirkanku dan memberiku nama Adnan Fahreza, aku terlahir dikeluarga yang cukup taat dengan agama dan aku lahir di kota T. sudah sedari kecil aku di ajari agama oleh orang tuaku sampe ketika masuk SMPpun orang tuaku lebih memilih memasukanku ke salahsatu pesantren. Pesantren tempatku menimba ilmu cukup ketat bahkan kobong tempat belajar para santri putri letaknya cukup jauh dari tempat kobongku. Aku menghabiskan masa remajaku dengan mengaji dan menghapal kitab yang berbeda dengan anak remaja seusiaku ketika menginjak masa puber dengan berpacaran. Pemahamanku terhadap wanitapun sangat kurang karna aku ingin lebih pokus ke pembelajaranku, aku ingin segera membereskan sekolahku disini dan melanjutkan kuliah serta mendapatkan pekerjaan.
ketika selesai pesantren aku memutuskan melanjutkan kuliah di kampus ternama di kota B. dengan basic pasatrenku aku tidak kesulitan untuk masuk ke sana. Di hari pertama kuliahku aku bertemu dengan wanita bercadar di kelasku yang kutau dialah yang akan menjadi istriku kelak. Namanya aalifah bahira usianya sama denganku teman-temannya sering memanggil dia ifah, pakaiannya sangat tertutup bahkan orang-orang tidak akan tau tubuh seindah apa yang ada di balik bajunya itu yang aku tau matanya begitu indah aku bisa memastikan dia adalah wanita yang cantik luar dan dalam. aku sering memperhatikannya, dia orang yang cukup ceria ketika sedang mengobrol dengan temannya. Ifahlah cinta pertamaku dan aku ingin dia juga jadi cinta terakhirku, tapi belum pernah sekalipun aku bertegur sapa dengannya aku tidak cukup punya keberanian untuk mengutarakan ketertarikanku padanya, sampai ketika perkuliahanku hampir selesai (semester akhir) aku bercerita dengan amran temanku. Ternyata di belakangku amran menyampaikan ketertarikanku pada ifah berkat amran lah aku berani mengutararakan maksudku pada ifah secara langsung dan ifah menjawab "ketika kamu sudah siap, datanglah kerumahku untuk bertemu kedua orangtuaku"
kuliahpun selesai dan aku lulus sebagai sarjana, amran punya kenalan salah satu perusahaan yang gajinya di atas UMR di kota B dan dia mengajakku untuk bekerja bareng dia, karna tekadku sudah bulat ingin menikahi ifah sesegera mungkin aku harus cepat mendapat pekerjaan batinku, tidak banyak berpikir aku iyakan ajakan amran. Singkat cerita aku dan amran sudah bekerja, kita ada di bagian yang sama kita sering menemui klien bareng atau mengantar barang ke klien kita. Biasanya sepulang dari klien kita selalu nyantai bareng sambil ngopi dikosanku baru balik ke kantor. Tidak terasa sudah setahun lebih kami bekerja disini sekarang aku dan amran bekerja menemui klien masing-masing.
Uang tabunganku pun sudah kurasa cukup untuk menemui ifah wanita pujaanku itu. Bibirnya yang tipis berwarna pink kulit pipi yang terlihat lembut dan putih di hiasi tahi lalat kecil di atas bibir kanannya dia terlihat sangat manis dan cantik, aku merasa melihat ciptaan paling indah yang Tuhan ciptakan sedang berada di depanku, aku sedikit tidak percaya bahwa gadis ini lah yang sebentar lagi akan jadi istriku. Begitulah kesan pertama ketika aku melihat ifah tanpa cadar ketika lamaran. Singkat cerita keluarga aku dan ifah memutuskan menikah secara sederhana hanya di hadiri kawan-kawan dekat dan keluarga kami saja. Karna kami lebih memilih untuk menabung uang kami untuk keperluar masa depan kami seperti membeli rumah, Ketika itu usia kami sama-sama 24 tahun. Ketika resepsi selesai kami berdua pulang ke rumah orangtua ifah, perasaanku tidak menentu jantungku berdetak kencang karna aku pikir malam ini akan jadi pengalaman yang tak akan bisa aku lupakan.
Selesai mandi Ifah duduk di kursi riasnya aku duduk di pinggir tempat tidurnya yang tepat berada di belakang meja rias. Aku memandang ifah dari pantulan cermin meja rias, "ya Tuhan betapa aku sangat mencintainya" gumanku dalam hati. Ifah melihat ke arahku, dia tau aku sedang memperhatikannya, ifah hanya tersenyum melihat kelakuanku.
"sini neng duduk pinggir aa" ucapku padanya
Ifah hanya tersenyum sambil membereskan peralatan makeupnya, kemudian dia berdiri dan duduk tepat di sampingku. Aku begitu lekat memandangi wajahnya yang cantik ifah mengenakan daster lengan panjang, naluri kelelakianku berkata aku harus menciumnya, mulutku mulai mendekat dan ifah hanya diam saja. Aku mengecupnya sepersekian detik ifah tetap diam aku kecup lagi bibirnya sambil aku pandang lekat-lekat wajahnya seakan mengagumi betapa cantiknya istriku ini. "kamu cantik sekali neng" ucapku padanya, dia hanya tersenyum seperti masih malu padaku, aku pikir ini pertama kalinya juga buat ifah sama sepertiku yang minim pengalaman. "neng buka yah baju nya aa pengen liat" suruhku padanya. Ifah hanya diam seperti ragu untuk melakukannya. Aku berinisiatif untuk menciumnya kembali, bibir kami kembali bertemu secara naluri aku memeluknya. Tanganku sudah mulai meraba-raba tubuhnya dengan tanpa sabar aku membuka kancing depan bajunya setelah terlepas tiga kancingnya aku mulai buka baju daternya dari arah atas terlihatlah miniset yang ifah pakai berwarna hitam, tonjolannya sangat terlihat besar aku mulai membuka kait branya dari belakang sekilas aku lihat mata ifah mulai sayu dengan bibir sedikit menganga. Setelah branya terlepas aku dengan takjub melihat payudara ifah, saking putihnya aku sampai bisa melihat urat-urat hijau disana. Bentuknya bulat dengan tidak sabar aku menggenggamnya, tanganku terasa penuh oleh payudaranya aku mulai meremas sambil terlihat ifah memejamkan matanya sambil aku mendengar desahan lembut ifah "achh aa".
Aku tidurkan ifah sambal membuka bajunya, ketika membuka celana dalamnya aku sedikit heran karna kewanitaannya tidak ada bulu sama sekali, karna penasaran aku buka kakinya lebar-lebar bentuknya seperti kewanitaan bayi lubangnya bahkan tidak terlihat olehku warnanya terlihat pink Batangku sudah sangat keras di bawah sana seperti ingin meledakkan sesuatu melihat tubuhnya membuat nafsuku tidak beraturan nafasku sangat berat,aku melihat ifah memejamkan mata terlihat pasrah. Aku segera berdiri membuka semua bajuku dan langsung kembali ke pangkal paha istriku sejenak aku pandangi tubuh istriku dari atas hingga bawah. Posisiku sudah siap untuk memasukan batangku yang panjangnya 10 cm ke kewanitaan istriku tiba-tiba ipah menggenggam tangan kiriku yang sedang mengelus perutnya "pelan-pelan yah a" ucapnya dengan mata yang sudah sayu. Aku hanya mengangguk lantas aku pegang batangku dengan tangan kanan sambal aku gesek-gesekan ke bibir kewanitaannya. Istriku terlihat mendesah cukup keras "accchh…aaaacch.. aa" aku merasakan cairan kewanitaannya hangat membajiri kepala batangku. Aku coba tekan sekuat tenaga tapi batangku malah meleset kebawah aku coba ulangi lagi tapi tetap meleset. Nafas istriku terdengar sangat berat makin membuat napsuku tak tertahankan aku coba lagi tapi tetap meleset sampai tangan kanan ipah memegang batangku dan di arahkannya ke lubang yang tepat.
 "tekan pelan-pelan yah a" ucapnya dengan mata yang sayu sambal di pegang ipah aku coba tekan lagi tapi tetap susah untuk ditembus. Sampai akhirnya coba aku tekan lebih keras lagi batangku tiba-tiba ngerangsek seperti menghentak dengan keras kewanitaan istriku seketika membuat istriku ikut terhentak, istriku terbelalak dengan masuknya batangku secara paksa dan tiba-tiba, lehernya terangkat keatas sambal berteriak terisak "eeuuuuuuuhhhhh sakit a". secara bersamaan aku merasakan nikmat tiada tara seperti sudah ada sesuatu yang ingin keluar dengan tidak sabar aku mulai Gerakan pinggulku maju mundur. Melihat wajah istriku yang seperti menahan sakit malah membuat nafsuku tidak terbendung lagi. Hanya dengan beberapa kali genjotan aku sudah tidak kuat menahan ledakan di bawah sana "neng…neeeeng…aaaachhh aa mau keluaaarr nneeeng aaacchhhh"
Crrroooott… crrroooott… crrroooott… crrroooott …. Crrroooott
"aaaccchhh neng acccnnnhhhh..uuuuhhhh..accchh"
 Aku tidak tau berapa banyak aku menyemprotkan spermaku dikewanitaan istriku, setelah keluar semua aku terlukai lemas menindih sambal memeluk istriku.
Â
Istriku membangunkanku ketika subuh.
"aaaa aaaaa..aaa.. bangun aaa mandi dulu.."
Ketika membuka mata aku melihat sosok bidadari kesayangku, istriku rambutnya terlihat basah dan masih ada handuk yang melilit lehernya dengan baju model baju daster lengan Panjang dengan motif yang berbeda dengan semalam.
"mandi dulu a kita mau solat subuh kan" ucap istriku
Aku masih menatap matanya, seakan tidak percaya dengan sosok istriku ini. Aku baru sadar ternyata semalam aku langsung tertidur setelah bersenggama dengan istriku tadi malam.
"makasih ya neng semalam aa enak banget" jawabku.
Istriku hanya tersenyum dan pergi mempersiapkan peralatan mandiku. Kamar istriku sudah ada kamar mandinya di dalam jadi aku tidak usah repot-repot pergi keluar kamar. Malu juga kalo sampai harus terlihat mertuaku mandi sepagi ini.
Waktu cutiku pun habis aku mulai beraktifitas seperti biasanya. Bekerja dan pulang kerumah mertuaku, ada sedikit yang berbeda. Aku yang biasa hidup mandiri sedari remaja mulai merasa tidak enak untuk lama-lama tinggal dengan mertuaku, karna sekarang istriku itu adalah tanggung jawabku. Aku ngerasa kalo tinggal disini hanya akan merepotkan mertuaku saja. Sampai aku putuskan untuk berbicara dengan istriku untuk ngontrak rumah saja.
pada akhirnya istriku akan ikut keputusanku sebagai suaminya, setelah bicara dengan mertua tentang keputusan kami untuk pindah ngontrak. Aku bercerita dengan amran untuk mencarikanku kontrakan karna dia sudah paham betul dengan kota tempat dia lahir. Amran cukup bijak mencarikan kami kosan saja karna kalo sewa rumah biayanya cukup mahal tidak akan bisa untuk nabung beli rumah untuk kami.
Setelah dua bulan tinggal di rumah mertua akhirnya kami menemukan kosan yang bisa di tempati untuk keluarga kecil seperti kami. Ketika melihat kosannya aku merasa nyaman dan cocok, kosannya seperti rumah gedongan Cuma ketika masuk kedalam banyak kamar-kamar dengan bentuk yang berbeda-beda, setiap kamar punya harga yang berbeda. Dan kebetulan kosan yang aku pilih adalah kamar yang paling ujung di lantai dua kamarnya seperti balkon rumah ukurannya lumayan besar dengan dapur di dalamnya, jadi kamar dengan dapur/kamar mandi saling berhadapan di tengah-tengah dapur dan kamar ada space tanpa atap 2,5x4m cocok untuk di jadikan tempat menjemur baju. Dan lagi kosan ini di tengah-tengah perumahan mewah di kota B belum lagi di lengkapi satpam/penjaga kosan 24 jam yang jaga depan kosan. Tangga ke lantai dua terletak di bangunan paling depan di samping post satpam.
Tanpa banyak lama aku mulai persiapan beli barang-barang keperluanku untuk tinggal disana bareng istriku. Setelah semua kebutuhanku dan istriku terpenuhi kami mulai tinggal disini. Cukup senang rasanya bisa mandiri kembali hidup hanya berdua dengan istriku di tempat mungil ini aku bisa menghabiskan banyak waktu bersama istriku, itu yang awalnya aku pikirkan. Tapi disini lah kisah istriku di mulai.