Ulpa berjalan dengan langkah cepat di sepanjang jalan setapak yang memisahkan rumah Ratu dari ladang Sam. Walaupun udara masih terasa hangat, hatinya malah terasa dingin. Setiap langkah yang diambilnya seperti membawa beban yang semakin berat. Sesuatu tentang Robert—kakaknya yang biasanya kuat dan tegas—telah berubah, dan ia tidak bisa melepaskan rasa curiga yang menggelayuti dirinya.
Sewaktu dirinya sedang mengantar hasil panen ke rumah Ratu, sebuah perasaan tak nyaman muncul ketika ia melihat Robert berbicara dengan wanita itu di pasar beberapa hari yang lalu. Wanita itu terlihat begitu akrab dengan Robert, dan ekspresi wajah Robert yang jarang ia lihat sebelumnya—semacam ketegangan, ketidakhadiran, atau mungkin kekhawatiran—membuat Ulpa semakin terperangkap dalam rasa cemas. Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar percakapan biasa?
Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi hatinya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Mengapa Robert bisa begitu dekat dengan wanita itu? Apakah hubungan mereka lebih dari sekadar kenalan biasa? Ulpa merasa cemas, namun ia tidak ingin langsung menuduh atau menyimpulkan sesuatu yang tidak jelas.
Sampai akhirnya, ia tiba di rumahnya, hati masih tak menentu.
Sam sedang duduk di luar, memeriksa peralatan pertanian yang baru saja selesai diperbaiki. Pemandangan itu sedikit menenangkan bagi Ulpa. Sam selalu bisa membuatnya merasa sedikit lebih tenang, meskipun ia tahu bahwa perasaan cemas ini bukanlah sesuatu yang bisa diatasi begitu saja.
Sam menoleh ketika mendengar langkah kaki Ulpa mendekat. Wajahnya tersenyum lebar, senyum yang selalu mengingatkan Ulpa pada hari-hari yang lebih sederhana, jauh sebelum segala kegelisahan ini muncul.
"Bagaimana perjalananmu?" tanya Sam.
Ulpa mengangguk sambil tersenyum, meskipun tidak sepenuhnya tulus. "Semuanya baik-baik saja. Aku baru saja mengantar hasil panen ke rumah Ratu."
Sam mengamati wajah Ulpa yang tampak sedikit tertekan. "Ada masalah?"
Ulpa tersenyum lagi, mencoba menyembunyikan kecemasannya. "Tidak, hanya sedikit lelah saja."
Sam mengangkat alisnya. "Kau selalu berkata begitu. Ayo, masuklah. Aku baru saja membuatkan teh, mungkin bisa membantu."
Mereka masuk ke dalam rumah kecil mereka. Ulpa duduk di kursi yang biasa ia duduki, menikmati secangkir teh hangat yang Sam buatkan. Namun, meskipun tubuhnya terasa lebih nyaman, pikirannya tetap terganggu. Ia tidak bisa menahan rasa curiganya terhadap Robert dan wanita itu.
Sam duduk di sebelahnya, menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran istrinya. "Ulpa, kau tahu kau bisa bercerita padaku, kan? Apa pun itu."
Ulpa menatap teh di tangannya sejenak. Ia ingin mengatakan semuanya, tetapi hatinya terasa berat. Bagaimana mungkin ia mengungkapkan kecemasannya tentang Robert? Apa yang bisa ia katakan tanpa membuat Sam merasa cemas juga? Ia tidak ingin membuat situasi semakin buruk.
"Aku hanya sedikit khawatir," akhirnya Ulpa membuka suara, meskipun suaranya terdengar ragu. "Tentang... Robert."
Sam terdiam, menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa yang kau maksudkan? Apa yang terjadi dengan Robert?"
Ulpa menggigit bibirnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Aku... aku melihatnya berbicara dengan wanita lain di pasar beberapa hari yang lalu. Aku merasa ada sesuatu yang tidak biasa, Sam."
Sam terkejut mendengar kata-kata itu. Wajahnya berubah serius, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Wanita lain?"
Ulpa mengangguk pelan. "Aku tidak tahu pasti. Mungkin hanya kebetulan, tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh."
Sam memikirkan perkataan Ulpa itu sejenak. "Ulpa, mungkin itu memang hanya kebetulan. Tapi kalau ada yang mengganggu perasaanmu, kita harus bicara lebih lanjut tentang ini."
Ulpa menatap suaminya dengan pandangan yang sedikit ragu. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Sam. Aku merasa tidak nyaman, tapi aku juga tidak ingin mengganggu hubungan kita dengan hal-hal yang belum tentu benar."
Sam menggenggam tangan Ulpa dengan lembut. "Kita harus saling percaya. Aku tahu, kau mungkin merasa cemas, tapi kita bisa menghadapi ini bersama-sama. Jangan biarkan keraguan menguasaimu."
Ulpa menarik napas dalam-dalam. "Aku hanya merasa cemas. Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapinya."
Sam tersenyum lembut. "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sini untukmu."
Ulpa merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar kata-kata Sam. Meskipun hatinya masih dipenuhi kecemasan tentang Robert, ia merasa sedikit lega karena bisa berbicara dengan Sam. Namun, di dalam hatinya, rasa ingin tahu tentang kebenaran masih mengganjal. Ia tahu, ada sesuatu yang harus diungkapkan, meskipun itu berarti ia harus menghadapi kenyataan yang mungkin sulit diterima.
---
Mencari Kebenaran
Ulpa memutuskan untuk tidak diam begitu saja. Meskipun ia merasa lega setelah berbicara dengan Sam, perasaan curiganya terhadap Robert masih belum bisa hilang. Ia tahu, untuk bisa benar-benar tenang, ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ia memutuskan untuk pergi menemui Ratu lagi, berharap bisa berbicara lebih lanjut tentang apa yang dilihatnya. Namun, kali ini dengan niat yang lebih kuat—untuk mendapatkan jawaban atas kegelisahannya.